Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Potret Suram Kapitalisme, Langgengkan Anak Durhaka


Topswara.com -- Anak durhaka, sebuah ungkapan yang tidak pernah kita harapkan terlontar dari orangtua kita. Setelah memiliki keturunan pun kita tidak ingin memiliki anak-anak yang durhaka. Sebab, sebutan ini laksana simbol hilangnya ridha disisi kedua orangtua. Padahal ridha Allah terletak pada keridaan kedua orangtua. Maka bila ridha orangtua hilang, Allah cabut keridhaannya juga dalam hidup seseorang.

Namun realitas di kehidupan nyata berkata sebaliknya. Makin banyak anak yang membantah, berani dengan orangtuanya, bahkan tega membunuh keduanya dengan tangannya sendiri. Adapun perlakuan-perlakuan secara tidak halus yang kerap terjadi ketika orangtua telah berusia lanjut seperti enggan berbakti dan menolak keberadaan mereka dengan cara memasukkannya ke tempat penitipan / panti-panti jompo.

Seperti yang terjadi di Aceh, seorang lelaki paruh baya berusia 80 tahun, ditemukan berpostur kurus, lemah, nafas terengah-engah dan tangan membengkak sebelum beberapa menit kemudian wafat, mengaku dibuang oleh anaknya. Di Magelang, seorang ibu yang telah lansia sengaja di berikan ke tempat penitipan lansia karena ketiga anaknya sibuk bekerja sehingga tidak mampu merawat sang ibu. Di waktu yang lain, viral di media sosial, seorang ibu lansia dibuang di jalanan oleh anak perempuannya dengan alibi sang anak akan kembali namun tak kunjung datang menjemput pulang.

Faktor Pendukung

Sungguh pilu menghadapi realita ini. Anak yang telah dibesarkan dengan penuh kasih sayang bahkan taruhan nyawa rela, ternyata tak tega kepada orang tuanya. Banyak faktor yang melatar belakangi, media misalnya. Berbagai tontonan yang menyajikan adegan tak patut ditiru seperti membentak orangtua, dan menyiksa dengan ucapan atau tindakan. Hal ini membawa pengaruh pada perilaku seseorang yang menontonnya secara berulang-ulang. Sehingga bukan tidak mungkin tontonan akan menjadi tuntunan.

Sementara itu, faktor ekonomi menjadi salah satu persoalan terkait. Kerasnya tekanan hidup, sulitnya memenuhi kebutuhan sehari-hari, yang menuntut seseorang bekerja lebih giat, menjadikan mindset zaman ini "orang tua adalah beban tambahan" sehingga akan menyusahkan bila merawatnya. Apalagi ketika sedang sakit, biaya yang dikeluarkan tentu lebih banyak.

Adapun pemerintah sebagai pihak yang berkewajiban melindungi dan melayani seluruh persoalan rakyatnya tidak menjamin kehidupan yang layak bagi setiap rakyat. Rakyat tetap kesulitan dan berpacu mempertahankan hidup masing-masing. Akibatnya waktunya habis untuk mencari nafkah hingga melupakan salah satu fitrahnya yakni sebagai anak yang harus memuliakan orangtuanya saat muda maupun lanjut usia.

Inilah hasil kerja sistem kapitalisme. Sebuah sistem yang mengutamakan materi sebanyak-banyaknya. Negara yang seharusnya menjadi penanggung jawab dalam riayah rakyat, menjadi berlepas tangan terhadap seluruh persoalan. Akibatnya berbagai masalah silih berganti. Persoalan rakyat semakin rumit, bukannya jadi usai, justru semakin meluas.

Islam Solusi Tuntas

Islam adalah agama sekaligus sistem yang memerintahkan umatnya untuk memuliakan kedua orang tua. Disebutkan dalam Al-Qur'an mengenai kewajiban seorang Muslim untuk menghormati menghormati keduanya.

Sebagaimana firman Allah: 
"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai. Berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.
(TQS. Al-Ahqaf: 15)

Allah Ta’ala juga berfirman, “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (TQS. Al-Isra’: 23)

Dalam surat yang lain dikatakan bahwa mengucapkan 'ah' (kata-kata menyela, menghiraukan dan mengabaikan) kepada kedua orangtua tergolong suatu dosa. Sebesar apapun usaha seorang anak membalas kebaikan ibu dan ayahnya, maka tidak akan mampu membalas. Allah pun menetapkan syurga-Nya bagian tengah adalah bagi para hamba-Nya yang berbakti kepada kedua orang tuanya. Dengan demikian seorang mukmin akan terdorong untuk berhati-hati dalam ucapan, dan bersikap hormat kepada keduanya. Sebab ia paham betul tanggung jawab nya kepada kedua orangtuanya. Tidak seperti kondisi saat ini, negara saja berlepas diri.

Dalam Islam,  anak akan diedukasi sejak dini dengan kewajiban birrul walidayn dan pahala yang besar bila melakukannya. Di samping itu tidak ada media yang menyajikan tayangan-tayangan yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Sementara itu, negara juga menjamin kehidupan sehari-hari. Keluarga tidak perlu pusing dengan memenuhi kebutuhan hidup karena semua telah dicukupi oleh negara. Ia akan dengan ikhlas merawat orangtuanya ketika sudah lanjut usia kelak. Di samping itu, negara juga senantiasa menjaga ketakwaan individu, menindak tegas ketika ada pelanggaran syariat. Sehingga minim sekali orang tertarik pada kemaksiatan, dan berlomba-lomba untuk fastabiqul khairat kebaikan. 

Hal ini hanya bisa kita dapatkan dalam penerapan Islam kaffah di institusi Khilafah. Sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah dan para khalifah.

Wallahu a'lam bishawwab.

Oleh: Being Ulinnuha
(Mahasiswi Pegiat Literasi)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar