Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Genjot UMKM: Layakkah menjadi Solusi Ekonomi?


Topswara.com -- Bak buah simalakama, perekonomian makin meleset, perempuan makin menjerit. Kebijakan genjot UMKM semakin diperkuat untuk pemulihan ekonomi. Hal ini menjadi alarm bagi negeri ini untuk menuntaskan persoalan ekonomi yang tak kunjung usai sampai saat ini.

Sebagaimana dilansir dari Viva.co (31/10/2021)Pada Side Event KTT G20 bahwa Presiden Joko Widodo menyebut bahwa G20 harus terus mendorong penguatan peran UMKM dan perempuan melalui sejumlah aksi nyata.

Di saat yang sama, 64 persen pelaku UMKM Indonesia adalah perempuan sehingga bagi Indonesia, memberdayakan UMKM berarti juga memberdayakan perempuan. UMKM juga menunjukkan ketangguhan yang cukup tinggi di tengah pandemi. Untuk mencapai hal itu, pembiayaan yang ramah dan akses pendanaan bagi UMKM di Indonesia akan terus diperkuat. Indonesia mengalokasikan USD17,8 miliar kredit usaha rakyat (KUR) dan lebih dari 2,4 juta pengusaha perempuan telah menerima bantuan ini.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam keterangannya menjelaskan bahwa dalam acara tersebut Presiden Joko Widodo merupakan salah satu dari empat pembicara yang diundang selain Perdana Menteri Italia Mario Draghi, Ratu Maxima dari Belanda, dan Kanselir Jerman Angela Merkel. "Memberdayakan UMKM dan perempuan adalah kebijakan sentral dalam percepatan pencapaian SDGs di Indonesia menurut Presiden," kata Menlu di Hotel Splendide Royal, Roma.(Antaranews.com, 31/10/3021).

Kapitalisme Membajak Peran Perempuan

Persoalan ekonomi semakin meningkat, terlebih kemiskinan yang tak pernah selesai. Pada masa pandemi Covid-19 ini semakin parah kondisi ekonomi masyarakat. Hal ini pun berimbas pada kaum perempuan. Banyak dari mereka yang kehilangan nafkah disebabkan suami di PHK atau usaha harus gulung tikar. Alhasil, perempuan harus terjun langsung mengais rezeki untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.

Kemiskinan yang makin meningkat membuat kehidupan masyarakat semakin sempit. Di satu sisi dorongan peningkatan peran UMKM digencarkan bahkan bisa mengalihkan dari revisi kebijakan sumber daya alam (SDA) yang nyatanya tidak menjadi solusi dalam mengatasi kemiskinan. Tetapi malah makin memperkaya para kapital yang menguasai sumber daya alam (SDA) tersebut. 

Hal inilah tabiat dari sistem kapitalis yang meniscayakan pengelolaan sumber daya alam (SDA) tidak benar-benar untuk rakyat. Tidak untuk mengatasi problem kehidupan masyarakat termasuk kemiskinan yang semakin tajam tersebut. 

Bagi kapitalisme, siapa pun dianggap sebagai sumber daya ekonomi yang harus bisa mendatangkan manfaat secara materi. Termasuk pula perempuan, ia dipandang sebagai sumber daya yang bisa dimanfaatkan termasuk dalam aktivitas ekonomi. Ketika ia masuk dalam dunia kerja karena kebutuhan hingga cenderung menerima pekerjaan apa saja tanpa adanya perlawanan apapun.

Belum lagi adanya arus kesetaraan gender yang membuat perempuan agar setara dengan laki-laki semakin masif, arus ini semakin membuat perempuan untuk setara atau lebih dari apa yang bisa dilakukan oleh laki-laki. Ketika laki-laki bekerja dan bisa menjadi seorang pemimpin, perempuan pun semestinya bisa seperti hal tersebut. Ini lah dampak dari arus kesetaraan gender yang semakin mengikis pemahaman dan peran perempuan sesungguhnya. 

Kesetaraan gender dalam dunia kerja yang  membuat perempuan memiliki posisi tawar yang tinggi, dianggap merupakan jawaban dari persoalan kemiskinan perempuan. Padahal keterlibatan perempuan yang lebih besar dalam aktivitas ekonomi bisa melahirkan masalah baru terkait tanggung jawabnya sebagai pendidik generasi. 

Ketika perempuan sebagai tumpuan mengais rezeki menggantikan suami atau melebihi suami saat mendapatkan hasil dari bekerjanya akan membuat keretakan keluarga semakin meningkat. Banyaknya angka perceraian hari ini dikarenakan salah satunya faktor suami tak mampu menghidupi istri. Di sisi lain, ketika istri bekerja maka peran sebagai ibu pendidik generasi pun tidak maksimal. Akhirnya anak kehilangan kasih sayang ibunya dan generasi menjadi terancam rusak.

Sayangnya semua dampak buruk ketika perempuan bekerja keluar rumah ini sama sekali tidak diperhitungkan oleh kapitalisme. Maka benarlah hidup di bawah naungan sistem kapitalis sekuler tidak memandang apakah hal tersebut menghancurkan perempuan. Bagi kapitalisme adanya partisipasi perempuan dalam dunia kerja baik dalam menjalankan UMKM atau dunia kerja apapun mereka adalah penggerak roda ekonomi. Inilah tabiat rusak dari sistem kapitalisme yang tidak bisa menuntaskan problem kemiskinan. Alih-alih mampu meningkatkan ekonomi. Justru sistem ini melahirkan persoalan baru di tengah masyarakat.

Islam Solusi Paripurna

Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh dalam mengatasi seluruh persoalan kehidupan. Menurut aturan Islam, kekayaan alam adalah bagian dari kepemilikan umum. Kepemilikan umum ini wajib dikelola oleh negara. Hasilnya diserahkan untuk kesejahteraan rakyat secara umum. 

Sebaliknya, haram hukumnya menyerahkan pengelolaan kepemilikan umum kepada individu, swasta apalagi asing. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Kaum Muslim berserikat (memiliki hak yang sama) dalam tiga hal: air, rumput dan api”. (HR Ibnu Majah).

Pandangan Islam terkait penetapan peran perempuan juga sangat jelas.  Pada kehidupan rumah tangga, Allah memberikan peran bagi suami sebagai pemimpin rumah tangga yang wajib memimpin, melindungi, dan memberi nafkah kepada anggota keluarganya. Sedangkan peran istri sebagai ibu dan pengurus rumah, bertanggung jawab mengatur rumahnya di bawah kepemimpinan suami. (Nizham Ijtima’i fi al-Islam, Syekh Taqiyuddin an-Nabhani). 

Islam tidak mewajibkan perempuan bekerja namun tidak pula melarangnya. Nafkah perempuan di tanggung oleh suami atau walinya, dan yang terakhir bertanggung jawab ialah negara. Kalaupun perempuan bekerja maka hukumnya boleh (mubah) dalam Islam, akan tetapi hasil kerjanya tersebut menjadi hak miliknya bukan milik keluarganya. Jika dia memberikan hasil kerjanya untuk keluarga, maka dia mendapatkan pahala dari Allah sebagai amal sedekah.

Islam memuliakan perempuan bukan menjadikannya sebagai pemimpin dalam pemerintahan. Namun, kemuliaan perempuan terwujud ketika dia menjalankan peran utamanya sebagai ummu wa rabbatul bayt, yaitu sebagai ibu pendidik generasi serta mengurus rumah tangga. 

Demikianlah solusi Islam dalam mengelola sumber daya alam (SDA) dan penetapan peran perempuan. Solusi yang paripurna dan menentramkan. Semua ini bisa direalisasi dalam kehidupan jika hidup ini menerapkan syariah Islam secara kaffah di bawah naungan negara Khilafah Islamiyah. 

Wallahu a'lam bishawab.

Oleh: Qonitta Al-Mujadillaa 
(Aktivis Muslimah Banua)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar