Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Di Manakah Kalian Wahai Waratsatul Anbiya'?


Topswara.com -- “Abu Ad Darda berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa meniti jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mempermudahnya jalan ke surga. Sungguh, para malaikat merendahkan sayapnya sebagai keridaan kepada penuntut ilmu. Orang yang berilmu akan dimintakan maaf oleh penduduk langit dan bumi hingga ikan yang ada di dasar laut. Kelebihan seorang alim dibanding ahli ibadah seperti keutamaan rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang. Para ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang banyak.” ( Abu Daud no. 3641)

Berbicara tentang ulama tak jauh dari ilmu dan agama. Ulama adalah tumpuan dan teladan bagi masyarakat. Perkataan mereka ditaati, perbuatan mereka diteladani. 

Ulama adalah figur sentral yang sangat berpengaruh bagi masyarakat. Karena masyarakat cenderung merujuk kepada mereka untuk memecahkan suatu masalah. Imam Al-Ghazali dalam Ihyal Ulumuddin  (VII\92) menggambarkan rusaknya masyarakat akibat rusaknya ulama dan kerusakan penguasa akibat kerusakan ulama.

Rasulullah SAW pun menyebutkan ia sebagai pewaris para nabi. Peran ini tampak dalam tugas mereka dalam membimbing manusia ke jalan yang benar. Memperbaiki kerusakan umat, memberikan solusi terhadap seluruh persoalan umat tanpa terkecuali berdasarkan Al-Qur'an dan sunah. Yang pasti mereka juga berjuang untuk penerapan lslam kaffah.

Rasulullah SAW, sosok yang mewariskan ilmunya kepada ulama adalah pemimpin di segala bidang. Ia mengurusi dan memimpin umat di masjid, di dalam pemerintahan, juga di medan peperangan. Ia tampak seperti psikolog yang merubah jiwa manusia yang biadab menjadi beradab. Ia juga seorang politikus yang berhasil menyatukan suku-suku bangsa hanya dalam waktu kurang dari seperempat abad. Ia juga pemimpin ruhani yang aktivitas peribadahannya telah mengantarkan jiwa manusia ke alam kelezatan samawiyah dan keindahan suasana ilahiyah.

Sayang, ulama hari ini melalaikan tugas mulia mereka. Banyak tercipta ulama suu' di antara kaum Muslim. Ulama pencinta dunia dan lalai terhadap akhirat. Mereka yang hanya menyeru umat dalam aktivitas ibadah mahdhah saja. Sedangkan dalam aktivitas kehidupan lainnya mereka abaikan. 

Mayoritas ulama hari ini menjadikan harta dan jabatan menjadi contoh keberhasilan dakwahnya. Mereka enggan mengoreksi penguasa yang salah. Bahkan ia membuat fatwa ilegal untuk melegalkan perbuatan zalim mereka.

Pernyataan mereka pun banyak yang bertentangan dengan nash Al-Qur'an, mulai dari pelegalan sekularisme, memperbolehkan pembacaan ayat Al-Qur'an dengan langgam Jawa dan sebagainya.

Padahal para ulama adalah waratsatul anbiya'. Mereka semestinya membimbing manusia agar sukses, tidak hanya di akhirat, tapi juga di dunia. Di tangan mereka, seluruh problematika umat terselesaikan, tidak sekadar masalah ibadah, akan tetapi begitu pula dalam masalah sosial, ekonomi dan politik.

Bahkan, para ulama terdahulu tidak terkenal dan dikenang hingga saat ini semata karena kedalaman ilmu dan keluasan wawasan fikih. Karena ulama pada saat itu banyak jumlahnya. Namun mereka terkenal dan dikenal karena sikap dan tantangan mereka dalam menghadapi problematika vital yang mereka hadapi di zaman mereka. 

Abdullah bin Abbas menantang kaum Khawarij. Said bin Jubair menantang Hajjaj bin Yusuf. Ahmad bin Hanbal telah menghadapi tantangan dalam masalah kemakhlukan al-qur'an. Ibnu Taimiyah telah berperang melawan Tatar.

Peran Ulama Terhadap Nusantara

Lebih dekat lagi, para ulama nusantara di masa lalu juga telah mencontohkan peran ulama yang sesungguhnya di tengah masyarakat. Mereka tak sekadar menjadi pembangkit ruh spiritual di tempat-tempat ibadah. Mereka juga pembangkit dan pelopor perjuangan melawan penjajah Inggris-Belanda melalui seruan jihad yang mereka gaungkan. (Lihat: Film Jejak Khilafah di Nusantara 2, https://youtu.be/JqQLIJW77Ug)

Siapa sangka, pahlawan yang hari ini dinobatkan sebagai pahlawan nasional, mulai Pangeran Diponegoro, Pangeran Antasari dan lainya, merupakan seorang ulama. Coba bayangkan, dengan apa mereka membangkitkan gelora perlawanan seluruh rakyat secara bersamaan jika bukan dengan seruan ideologis. Seruan jihad yang merasuki kalbu setiap rakyat saat itu yang mayoritas adalah Muslim taat. (Ibid)

Kita pun tak bisa menafikkan fakta jikalau para penguasa kerajaan di masa lalu, selain penguasa politik, namun mereka juga merupakan ulama pada zamannya. Sebut saja, Sultan Muku, sultan yang menggelorakan semangat takyatnya dengan firman Allah yang menyebut larangan kepemimpinan kaum kafir ( Al-Maidah: 51)

Ummat Merindukan Ulama Akhirat

Umat membutuhkan sosok ulama negarawan. Pribadi yang menyeru lslam secara kaffah, bukan setengah-setengah. Sosok pejuang yang mengembalikan sejarah historis lndonesia yang berdiri disebabkan dari keinginan para ulama terdahulu untuk memiliki negara yang menerapkan sistem lslam secara kaffah, menggantikan kekhilafahan Turki yang telah runtuh. 

Maka tunjukkan diri kalian yang sebenarnya wahai tumpuan umat! Mengapa kalian hari ini rela menjadi pendukung, pembantu dan alat para penguasa dan pengkhianat umat itu? Apa manfaatnya keberadaan anda? Apa manfaatnya ilmu anda, jika anda tidak membela kebenaran, ber amar ma'ruf nahi munkar, serta mengoreksi penguasa?

Keluarkan suara kalian. Bangkitkan gema perubahan. Lihatlah, negeri ini sejatinya masib terjajah. Perjuangan belum selesai wahai waratsatul anbiya'. Penjajah masih menguasai kita disegala lini. Mulai dari bidang politik hingga ekonomi. Maka, pantaskah kalian  berdiam diri. Bangkitlah! Berdirikan umat dibelakang kalian! Tuntutlah penerapan lslam secara kaffah serupa dengan pendahulu kalian.

Wallahu a'lam bishawab

Oleh: Wafi Mu'tashimah
Siswi SMAIT Al-Amri
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar