Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Hanya Islamlah yang Mampu Sejahterakan Papua, KH Ahmad Anderson Meage [1978-2016], Ketua MUI Kab Sorong, Papua Barat


Topswara.com -- KH Ahmad Anderson Meage merupakan tokoh Muslim yang dikenal taat agama dan mengayomi masyarakat. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat tersebut gigih mengurusi permasalahan umat Muslim khususnya di Papua Barat. Kini masyarakat Kota Sorong telah ditinggalkan oleh salah satu putra daerah terbaiknya itu. Tepat pada hari Ahad, 31 Januari 2016 pukul 16.00 WIT, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragam (FKUB) tersebut menghembuskan nafas terakhirnya.

Tak ayal lagi, begitu mendengar Kepala Sekolah MTsN Model Mariyai (SP 2) tersebut meninggal, ratusan umat Muslim beramai-ramai ziarah kekediamannya di jalan Budi Utomo, Kelurahan Makbusun, Kecamatan Mayamuk, Kabupaten Sorong untuk mengurus jenazah dan mengantarkan ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Ribuan tamu datang silih berganti, mulai dari para pelajar, santri pondok pesantren, dan ratusan masyarakat dari Wamena. Mereka datang untuk berbelasungkawa dan memberikan penghormatan terakhir berpulangnya sang tokohy ang vokal dalam menyuarakan kerukunan dan persatuan itu.

Tampak hadir pula Wakil Bupati Sorong Suka Harjono, Sekda Kabupaten Sorong H Solossa, Kepala BPKAD Kabupaten Sorong Johny Kamuru, Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Sorong, jajaran Kemenag Kota Sorong, tokoh
agama Muslim maupun non Muslim, tokoh masyarakat, dan tokoh adat setempat.

Wajar saja warga Sorong berduka cita, sebab kepergiannya terkesan tiba-tiba alias mendadak. Sehari sebelum wafatnya, pengelola Pondok Pesantren Nurul Yaqin
(Makbusun) tersebut masih sibuk mengisi kajian di majelis-majelis ta’lim dan bersilaturrahim dengan sanak famili. Bahkan pada saat menjelang wafat, ia masih berdiri di atas mimbar mengisi sebuah kajian. Namun karena merasa kurang enak badan, ia pun menghentikan kajian tersebut sesaat kemudian pingsan sehingga harus dibawah ke rumah sakit. Namun diperjalanan menuju RS. Selebe Solu Kota Sorong, ia telah berpulang menghadap Allah SWT.

Bupati Sorong Stepanus Malak menilai figur Anderson Meage menyatakan merasa kehilangan. “Memang kita merasa kehilangan dengan telah meninggalnya Almarhum H. Meage, baik dalam bidang keagamaan maupun bidang lain secara menyeluruh. Jadi kita melihat bagaimana figur pemimpin itu bukan saja dilihat dari sisi keagamaan semata, tapi bagaimana figur itu bisa mengayomi masyarakat di sekitar lingkungan atau wilayah Kabupaten Sorong pada umumnya,” jelas Malak usai mengikuti rapat bersama Ketua BPK RI Perwakilan Papua Barat, di Sorong, Senin (1/2) kepada awak media.

Masuk Islam

Anderson Meage, itu adalah nama kecilnya. Ia berasal dari keluarga bangsawan, ayahnya bernama Meage adalah seorang kepala suku, dengan kepercayaan animisme dan kental dengan adat istiadat. Anderson Meage lahir di Wamena pada 5 Desember 1978 dan beristrikan Hj. Ambar Yuli Astuti orang Kebumen, Jawa Tengah dan kini telah memiliki 3 orang putra dan seorang putri. Masuk Islam pada saat duduk di bangku kelas 3 Sekolah Dasar (SD).

Ada kisah menarik tentang keputusannya untuk masuk Islam. Berawal dari hobinya membaca buku-buku tentang agama Islam di perpustakaan sekolah, maka ia pun meyakini dengan kebenaran akidah Islam.

Merasa sudah tidak sepaham lagi lalu ia memutuskan untuk menghindari ayahnya, dan melarikan diri ke Jawa bersama dengan seorang gurunya yang kemudian membuatnya menjadi muallaf. Sehingga namanya berubah menjadi Ahmad Anderson Meage.

Lebih dari itu, kecintaanya pada dunia Islam membuatnya ingin sekali menjadi mubalig. selanjutnya ia berusaha meningkatkan wawasan Islamnya dengan belajar di sebuah pondok pesantren di Kebumen selama beberapa tahun dan pindah lagi di sebuah pondok pesantren di Wonosobo, Jawa Tengah.

Setelah merasa cukup, kemudian ia mencoba terjun di masyarakat, mencari pekerjaan dan menikah dengan seorang wanita shalihah. Namun itu semua tidak berjalan mulus, banyak liku-likunya. Beberapa kali ia ditolak untuk bekerja tetapi ia tidak pernah putus asa, sampai bekerja menjadi tukang bersih-bersih di sebuah kapal pun pernah ia jalani.

Sampai akhirnya ia memutuskan untuk menikah dan membawa istrinya kembali ke Papua. Di Papua, ia benar-benar memulai karirnya dari nol. Siapa sangka, karena keistiqamahannya dalam berjuang ia pun menjadi tokoh di Sorong.

Ia sering tampil di tengah-tengah masyarakat khususnya masyarakat Papua dalam upaya penyelesaian permasalahan-permasalahan umat bersama dengan ormas-ormas Islam sebagai mitra aparat keamanan. Permasalahan seperti kasus pembakaran masjid dan pembubaran jamaah sholat Id di Tolikara, kasus penolakan pembangunan Masjid Andai Manokwari oleh umat Kristen dan penolakan pembangun masjid dan mushola di beberapa daerah pedalaman Papua yang diprakarsai oleh misionaris Kristen sempat digelutinya sebelum akhirnya ia wafat.

Di lingkungan tempat tinggalnya, ia dikenal sebagai seorang yang memiliki sifat sosial dan gemar bersilaturrahim. “Pak Meage adalah aset umat Islam di Papua, dan sulit untuk mencari penggantinya’’ kenang salah seorang sahabat dekat beliau. “Beliau juga senang merangkul berbagai elemen masyarakat dan ormas-ormas yang ada,’’ lanjutnya ketika dikunjungi Media Umat.

Lebih dari itu, Anderson Meage sangat memuliakan guru. Karena setiap berkunjung ke Jawa dalam hal pekerjaan, selalu berusaha menyempatkan waktunya untuk berkunjung menemui orang-orang yang dikenal semasa hidup di Jawa, terutama guru-gurunya yang telah mengajar sewaktu belajar di tingkat SMP sampai SMA.

Selain itu, ia memiliki hobi bekerja, ia tidak ingin waktunya terbuang sia-sia. “Saya teringat waktu masih SD, setiap saya pulang sekolah, sering saya dapati beliau sedang mengepel, menyapu rumah, setelah itu menyuruh saya membeli es campur dan kami minum bersama-sama. Dan yang pasti beliau selalu mengingatkan saya untuk jangan pernat telat shalat,” kenang Roisah Elbaety warga Kebumen yang rumahnya ditumpangi Anderson Meage saat sekolah di Jawa, dalam blog pribadinya Shining in the sky.

Anderson Meage pun mengapresiasi sebuah kelompok Islam kaffah dan sangat mendukung perjuangan penerapan syariah Islam secara kaffah. “Kelompok ini selalu peduli terhadap permasalahan umat dan kami siap mendukungnya dalam berjuang untuk penegakkan syariah Islam secara kaffah khususnya di bumi Papua ini. Karena hanya Islam-lah yang mampu menyejahterakan masyarakat Papua,” tegasnya dalam diskusi publik yang diselenggarakan komunitas tersebut di  Papua Barat pada 2015 lalu.

Semoga semangatnya dalam berdakwah dan memperjuangkan Islam khususnya di Papua dapat menjadi pelopor lahirnya putra-putri asli Papua pejuang syariah dan khilafah. Aamiin.[] Faturrahman Rasyid/Joy

Sumber: Taat Syariat Hingga Akhir Hayat (10 Kisah Menggugah Pejuang Khilafah yang Istiqamah Hingga Berkalang Tanah)
Baca Juga

Posting Komentar

1 Komentar

  1. Diskusi publik dari kelompok mana?
    Sy kira beliau kemungkinannya kecil untuk pro khilafah ala2 ormas. Melihat sepak terjangnya sbg mantan ketua MUI, pengurus Persatuan Guru NU PWNU Papua Barat sekaligus mustasyar PCNU Kab. Sorong.

    BalasHapus