Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Dai Berdaya Bukan dengan Sertifikasi Wawasan Kebangsaan


Topswara.com -- Setelah kontroversi Tes Wawasan Kebangsaan oleh KPK. Selanjutnya Kemenag tidak mau kalah melakukan hal yang serupa. Obyeknya adalah para dai dengan program Sertifikasi Wawasan Kebangsaan. 

Dilansir dari Republika.Co.Id (04/06/21), Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas dalam Rapat Kerja Komisi VIII DPR menyebut akan melakukan sertifikasi wawasan kebangsaan bagi para dai dan penceramah. Sertifikasi ini dilakukan dalam rangka penguatan moderasi beragama.

Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Jenderal  (Sekjen) MUI Dr Amirsyah Tambunan menolak rencana tersebut. Karena, menurut Amirsyah, sertifikasi ini tidak jelas manfaat yang diterima oleh penceramah dan dai yang akan disertifikasi.

Adapun  Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama (Kemenag) Kamaruddin Amin mengatakan program sertifikasi dai disebut dengan bimbingan teknis (bimtek) penceramah agama. Bagi penceramah yang belum mengikuti bimtek, mereka dibolehkan mengisi ceramah dengan catatan.

"Yang belum mengikuti bimtek ini tetap boleh berceramah dengan catatan ceramah yang disampaikan adalah ceramah yang teduh damai dan mengajak kepada kebaikan dan persatuan, menghormati perbedaan," kata Kamaruddin (Republika.co,4/6/21).

Pernyataan dengan nada khawatir diungkapkan oleh Ketua Umum Ikatan Dai Seluruh Indonesia (Ikadi) KH Ahmad Satori. Beliau mengingatkan bahwa jangan sampai ada syahwat-syahwat dari golongan tertentu dalam sertifikasi dai berwawasan kebangsaan. Sertifikasi dai dinilai harus bertujuan hanya karena Allah SWT.

Menurut Satori, hadirnya sertifikasi dai berwawasan kebangsaan pada hakikatnya adalah bagus. Asalkan tujuannya adalah untuk meningkatkan kompetensi dai, dapat menjadikan rakyat Indonesia mengerti mengenai Islam dan bangsa, serta dapat memperkuat persatuan NKRI. Namun apabila tujuan dari sertifikasi tersebut hanyalah ‘titipan’ dari golongan-golongan tertentu, ia pun menyayangkan hal tersebut. (Ayo Bandung.com, 4/6/21).

Dai adalah penyeru kebenaran ditengah-tengah masyarakat. Sandaran mereka Al-Qur'an dan As-Sunnah. Dengan adanya sertifikasi ini haruskah mereka menjadi dai moderat?

Dai Moderat Jauhkan Umat dari Islam

Seperti yang dikatakan oleh Menag, program sertifikasi wawasan kebangsaan ini  bertujuan sebagai penguatan moderasi beragama. Sehingga dai yang diinginkan adalah dai yang moderat yakni dai yang bersikap kompromis dan tidak kaku alias toleran.

Jika kita telisik lebih jauh, seperti apa sikap kompromis itu? Kompromi artinya mengambil jalan tengah. Ibarat warna bukan menetapkan hijau atau kuning namun mencampurnya hingga menjadi biru. Sehingga semua pihak akan terakomodir dan diharapkan dapat hidup damai berdampingan.

Sayang sekali konsep demikian tidak ada didalam Islam. Dalam Islam tidak boleh mencampur adukkan antara haq dan batil. Islam adalah kebenaran dan diluar Islam adalah batil. Bukankah Allah SWT telah menyatakan bahwa agama yang benar disisi Allah SWT adalah Islam. Sebagaimana termaktub dalam Qs. Ali Imran: 19

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَنْ يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ

"Sesungguhnya agama (yang diridhoi) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) diantara mereka . Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya"

Lantas, apakah seorang dai disebut radikal jika menyatakan bahwa agama yang benar adalah Islam? Sungguh sebuah kekejian yang nyata jika demikian. Karena dia hanya menyatakan apa yang ada didalam agamanya, pun tidak memaksa orang lain untuk memeluk Islam.

Moderasi beragama mengajarkan sikap toleran.Toleran seperti apa? Yakni toleran terhadap keragaman yang ada di negeri ini.  Toleran terhadap kearifan lokal meskipun bertentangan dengan ajaran Islam karena sudah menjadi budaya. Bukankah Islam menghapus budaya-budaya jahiliyah? Yakni budaya yang bertentangan dengan syariat, sehingga tidak semua budaya harus dilestarikan.

Dari sini menjadi jelas, bahwa jalan tengah bukanlah pilihan. Karena Islam telah menentukan segala sesuatu secara tegas. Seorang dai harus menyampaikan Islam apa adanya sebagai amanah keilmuan yang ada padanya. Menyampaikan kebenaran meski pahit terasa, karena yang dia takutkan hanyalah Allah SWT bukan manusia termasuk penguasa.

Dai Sejati, Dakwahkan Islam Tanpa Kompromi

Allah Swt. berfirman dalam Qs Fushilat; 33

وَمَنۡ اَحۡسَنُ قَوۡلًا مِّمَّنۡ دَعَاۤ اِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَّقَالَ اِنَّنِىۡ مِنَ الۡمُسۡلِمِيۡنَ

" Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, "Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri) "

Dai berasal dari kata دَعَا - يَدْعُو - دَاعٍ artinya menyeru. Isim fail atau pelakunya adalah  penyeru. Jadi dai adalah penyeru, bukan sembarang menyeru namun seruannya hanyalah kepada Allah SWT seperti termaktub pada ayat di atas. Menyeru kepada Allah SWT adalah menyerukan apa-apa yang diturunkan-Nya kepada Rasulullah SAW.

Seorang dai sandarannya jelas, hanya Islam saja. Pun tidak dicampur dengan seruan-seruan lainnya menurut syahwat manusia. Seorang dai haruslah jujur dengan keilmuannya dan amanah dengan ucapannya, jauh dari sifat khianat.

Seorang dai tidak akan takut dengan celaan orang yang mencela. Pun pujian terhadap orang yang memuji. Takutnya hanya kepada Allah SWT, keikhlasan menjadi perisainya. Dia akan sampaikan Islam apa adanya meskipun berbeda dengan keyakinan umum.

Misalnya dia akan katakan riba itu haram meskipun bank-bank konvensional berdiri tegak dan mewah, bahkan negarapun ditopang oleh hutang ribawi. Karena kebenaran tetaplah kebenaran bahkan dia harus bersifat mengubah segala kesalahan. Dan terbukti berkat seruan para dai sudah banyak orang melepaskan diri dari riba.

Seorang dai tidak akan mencampur-adukkan haq dan batil. Dia tidak akan mengatakan semua agama benar sehingga bebas mau masuk agama mana saja dan ikut prosesi agama apa saja toh semua kembali kepada tuhan. Tidak, dia akan katakan " Untukmu agamamu dan untukku agamaku ". Sehingga dia tidak akan latah ikut do'a bersama atau merayakan perayaan agama lain atas nama moderasi.

Ketika dai konsisten dengan agamanya apakah kemudian menjadi agen pemecah belah bangsa? Sungguh, ini adalah tuduhan yang serampangan, apalagi jika keluar dari mulut seorang muslim. Justru dia lah hakikatnya pemecah belah itu. Islam adalah rahmat, maka selama yang disampaikan adalah Islam pasti mendatangkan maslahat.

Kompetensi dai memang harus terus ditingkatkan. Bagaimana dia mencerahkan masyarakat dan memberi solusi sesuai syariah. Begitu banyak persoalan dinegeri ini, tentu dai harus berkontribusi memberikan buah pikirnya. Buah pikirnya adalah Islam sehingga dia akan mendekatkan masyarakat pada Islam.

Persoalan bangsa ini adalah kelalaiannya menegakkan hukum-hukum Allah SWT. Mengaku menyembah Allah SWT namun mencampakkan hukum-hukumnya bahkan menentangnya. Saatnya dai mengambil posisi serukan Islam secara murni agar turun rahmat Allah SWT, dan kita semua dijauhkan dari bala bencana.
Wallahu a'lam

Oleh: Ersa Rachmawati
(Pegiat Literasi)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar