Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Islamofobia di Tengah Wabah


Topswara.com -- Gelora kebencian di tengah pandemi masih bergentayangan. Ada yang sedang memancing di air keruh, memanfaatkan pandemi untuk mendiskreditkan umat Islam.

Apa yang dilakukan kaum ekstremis non-Muslim sungguh tidak manusiawi. Saat dunia berupaya melawan virus Corona, mereka justru memanfaatkannya untuk menggelorakan kembali kebencian terhadap kaum Muslim. Saat semua orang berlomba mencari obat dan vaksin untuk mengatasi wabah, mereka sibuk menebar islamofobia.

Coronafobia telah menjangkiti kaum pembenci Islam. Saking takutnya dari virus tidak terlihat ini, mereka berasumsi liar. Padahal virus ini bermula dari pola hidup abnormal yang memakan sembarang hewan. Lalu mereka menuding kerumunan ibadah di masjid dan bulan Ramadhan memicu penularan virus.

Ini asumsi konyol dan di luar nalar. Faktanya saat pandemi terjadi, umat Islamlah yang terdepan mematuhi aturan dan protokol kesehatan. Tanpa diminta, masjid disterilisasi dengan membatasi pergerakan jamaah dan kegiatan yang mengundang banyak orang.

Islam mengajarkan hidup sehat dan bersih. Tidak semua hewan boleh dimakan. Islam mengajarkan memakan makanan halal lagi thayyib.

Dari pola hidup ini, apa yang Allah tetapkan tentu tidak akan menimbulkan mudharat bagi manusia. Kecuali bila manusia melanggar ketentuan syariat-Nya. Di situlah muncul yang namanya kerusakan dan bahaya.

Terlebih, nilai nyawa bagi Islam itu berharga. Nyawa bahkan masuk dalam kategori “al-Dharuriyat al-Khamsah” (lima hal primer yang wajib dipelihara).

Artinya pada dasarnya, nyawa manusia tidak boleh dihilangkan begitu saja tanpa ada alasan yang jelas. Entah nyawa Muslim atau kafir.

Allah berfirman, “Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.”(TQS Al-Ma’idah [5]: 32).

Dengan pandangan Islam terhadap kehidupan dan nyawa manusia, apa yang dituduhkan kelompok Hindu radikal beraroma kebencian mutlak. Bagaimana mungkin virus Corona dituduh sebagai senjata pembunuh manusia non-Muslim, sementara ajaran Islam bertentangan dengan hal itu?

Islamofobia adalah penyakit lama kaum pembenci Islam. Segala strategi dilakukan hanya untuk menyematkan Islam sebagai sumber masalah. Beraneka cara dibuat untuk membusukkan Islam dan kaum muslim.

Sayangnya, cara mereka gagal. Islam, makin diserang, makin diperhatikan. Islam, makin dicitraburukkan, makin mendapat tempat di hati umat.

Di kala pandemi, Allah justru menunjukkan buruknya sistem kehidupan yang dipimpin kapitalisme. Apa yang menimpa Muslim di Amerika, Inggris, dan India merupakan bukti sekularisme gagal memberi keharmonisan di masyarakat.

Masih saja ada golongan islamofobia, ekstremis kanan, dan para pendukungnya yang serampangan beropini tanpa nalar sehat. Produksi massal islamofobia sejak peristiwa 9/11 silam masih saja mendarah daging dalam pemikiran mereka.

Maka dari itu, hendaknya setiap Muslim perkuat iman untuk menghalau wabah islamofobia. Perkuat pula imun untuk bertahan di tengah wabah global Covid-19. Semoga Allah SWT hilangkan kedua wabah ini dari muka bumi.

Hakikat Islamofobia

Sebenarnya fakta islamofobia bukan hal baru, sudah tampak sejak masa Rasulullah SAW. Kafir Mekkah melakukan berbagai cara untuk menghalang-halangi dari dakwah Islam. Mereka pun melontarkan tuduhan keji terhadap Islam dan Rasulullah SAW sendiri.

Sebagaimana dikabarkan Allah SWT dalam firman-Nya, 

“Demikianlah, tidak seorang Rasul pun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan, “ia adalah seorang tukang sihir atau orang gila. Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu? Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas.” (TQS Az-Zariyat [5]:52-53).

Dewasa ini, para penyeru Islam tidak disebut tukang sihir. Ada istilah lain yang disematkan, namun memiliki konotasi sama sebagai ajaran yang buruk dan berbahaya. Maka, muncullah istilah baru seperti Islam agama teroris disebut “ideologi iblis” sebagaimana disebut mantan Perdana Menteri Inggris, Tony Blair, di hadapan Kongres Partai Buruh.

Khilafah Memberantas Islamofobia

Islamofobia harus dihentikan. Solusinya tidak cukup hanya dengan memberikan penjelasan bagaimana ajaran Islam yang benar. Umat harus disadarkan, di balik istilah islamofobia sesungguhnya ada rencana jahat untuk menjegal laju perjuangan Islam ideologis.

Sepak terjang mereka untuk menimpakan kemudaratan pada orang beriman sudah dinyatakan Allah SWT dalam firman-Nya,

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudaratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah kami terangkan kepadamu ayat-ayat (kami), jika kamu memahaminya.” (TQS Ali Imran [3]: 118).

Imam Al-Qurtubi berkata, “Makna “mereka tidak henti-hentinya menimbulkan mudarat kepada kalian, mereka tidak akan capek dalam upaya merusak kalian”, artinya, meskipun mereka tidak memerangi kalian, akan tetapi mereka akan tetap melakukan makar dan tipu daya.”

Selain membongkar skenario jahat orang kafir, umat pun harus disadarkan bahwa penyelesaian islamofobia akan tuntas ketika syariat kaffah sudah diterapkan secara praktis oleh negara.

Saat itulah seluruh manusia akan menyaksikan keadilan dan kesejahteraan yang nyata di hadapan mereka. Fitnah dan tuduhan keji terkait Islam dengan sendirinya akan terbantahkan realitas yang disuguhkan Daulah Islam.

Hanya khilafah yang mampu menghentikan islamofobia dengan nyata. Kebijakan yang ditetapkan negara akan memberantas tuntas para penyebar opini buruk tentang Islam. Mereka akan dikenakan sanksi yang tegas jika tidak menghentikan makarnya. 
Wallahu a'lam bisshawab


Oleh: Mariyam Sundari
(Analis Peradaban dan Ideologi Umat)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar