Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Negara Adidaya Kapitalistik Berebut Potensi Asia Pasifik


Topswara.com -- Negara adidaya mereka yang mampu menopang kuat atas nasib negaranya. Bahkan tidak jarang menjadi pioner negara lain dalam menjalin ikatan kerjasama. Karena hari ini tidak bisa negera berdiri sendiri tanpa topangan pihak lain. 

Seperti yang sudah terjadi pada 12 Maret 2021 lalu, ada pertemuan empat arah pertama secara virtual dengan para pemimpin Amerika Serikat, Australia, India, dan Jepang. Agenda tersebut bertujuan untuk  menguatkan aliansi karena kekhawatiran atas kebangkitan Cina. Para pemimpin tersebut bertemu bersama setelah lebih dari satu dekade pada pertemuan di tingkat yang lebih rendah atau disebut "Quad".

Beberapa menteri dari berbagai negara telah melakukan pertemuan untuk menyepakati agenda KTT Quad. Sebagaimana diumumkan Perdana Menteri Yoshihide Suga selaku pemimpin asing pertama yang bertemu dengan Joe Biden secara langsung, keunggulan sebagai pemimpin terpilih yang diharapkan menyelesaikan kekacauan yang terjadi. Selain itu kunjungan ke Jepang dan Korea Selatan dilanjutkan ke India akan dilakukan oleh Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin demi terwujudnya kesepakatan (channelnewsasia, 12/03/2021).

Di bawah pemerintahan Biden saat ini, sejatinya ia telah telah berhati-hati untuk tidak menghubungkan Quad secara eksplisit dengan China. Bahkan Ned Price Juru bicara Departemen Luar Negeri  mengungkap karena mereka tidak fokus pada satu masalah apapun, termasuk Cina namun membela nilai-nilai dan hak universal (liputan6.com, 12/03/2021).

Nasionalisme dan Demokrasi Racun Peradaban Barat Menghancurkan Persatuan

Pejabat dan diplomat AS Blinken sesuai dengan Kampanye Biden yang mengatakan akan menuntaskan genosida atas umat Muslim terutama kebebasan atas Palestina. Ia bahkan dengan tegas berharap Cina menghapus perdagangan dan hak asasi manusia terhadap penahanan massal warga Uighur dan sebagian besar minoritas Muslim lainnya. Bahkan dalam panduan strategis AS akan membantu melawan "agresi" Beijing. Sejalan dengan yang termuat dalam surat kabar milik pemerintah Cina, Global Times, yang mengkritik KTT Quad sebagai plot AS melawan Beijing.

Berawal dari sini, Scott Morrison sebagai Perdana Menteri Australia dan Narendra Modi menyebut untuk terealisasinya ini maka diharapkan sebagai "kawasan Indo-Pasifik yang bebas, terbuka dan inklusif." Semboyan dan agenda yang sangat apik tertata kini menjadi indikator dari ribuan rencana yang sedang mereka rancang sedemikian rupa. Akankah benar dan nyata tujuan yang diagendakan demi menyelamatkan atau untuk berkuasa atas kedudukannya?

Buku yang ditulis oleh Syekh Abdul Qadim Zallum tentang Persepsi-Persepsi Berbahaya untuk Menghantam Islam dan Mengokohkan Peradaban Barat, membahas bahwa agen Barat telah lama berupaya menjauhkan umat Muslim dari akidah mereka. Untuk itu, mereka menempuh jalan dengan meminjam tangan misionaris dan orientalis melalui manipulasi politik, kebudayaan, ideologi dan media.

Bahkan konferensi atau kerjasama adalah lagu lama. Dari seminar dan dialog, kemudian membentuk kelompok aksi bersama dengan mendirikan pusat studi di negeri-negeri Islam sebagai jalan invansi pemikiran. Inilah bukti yang terjadi hari ini.

Tidak cukup sampai di situ. Orang-orang kafir Barat selalu memperindah pemikiran dan pemahaman seolah tidak bertentangan dengan Islam seperti demokrasi, pluralisme, feminisme dan lainnya. Akibatnya, Islam yang disesuaikan padahal kenyataannya itulah racun persepsi yang telah disiapkan sebagai bom menghancurkan kekuatan pemikiran umat.

Atau biasa disebut jalan tengah (moderat) seperti bekerjasama bahkan menerima dengan tangan terbuka. Padahal nyatanya asing adalah induk yag memusuhi Islam. Prinsip jalan tengah tidak ditujukan memperoleh semua hak yang dijanjikan. Penempatannya bukan karena benar atau salah tetapi mempertimbangkan kekuatan.

Apalagi dengan dukungan media. Para negara Barat adidaya akhirnya menjadikan umat Islam terbuai sibuk mencampuradukan dan meyakini ide-ide jebakan yang mereka rancang.

Sangat disayangkan, serangan tersebut bahkan mengalir di tubuh pemerintahan yang penguasanya adalah Muslim. Mereka terbawa arus dan bergantung kepada Barat. Inilah sistem kebebasan melahirkan politik bebas aktif sesuai slogan yang dinyatakan sebelumnya. 

Kebebasan ini hanya tertuang dalam aktivitas politik demokrasi yang lahir dari ideologi kapitalisme dengan asas sekuler atau pemisahan agama dari kehidupan. 

Hingga hari ini justru terus membuai kaum Muslim. Menempatkan agama sebagai skup terkecil, bukan lagi sebagai mantel pelindungnya. Bahkan slogan kedaulatan di tangan rakyat sejatinya melahirkan aturan condong pada kepentingan. Karena tidak ada kaidah pasti, terlebih semuanya diatur dikendali tangan manusia.

Bagaimana bisa negara yang mayoritas Muslim dengan santainya tidak merasa terancam dengan menjadikan kawasannya sebagai potensi yang dijadikan jalur kerjasama pada pengusung peradaban barat yang secara nyata memusuhi Islam baik umatnya ataupun agama dan pengaturannya? 

Bukankah harusnya ada penjaga di garda terdepan sebagai benteng ketahanan negara dari serangan asing? Di manakah peran dan siapa yang mengkomando penjagaan itu?

Islam Ideologi Sahih Penyelamat Nyawa Persatuan

Islam adalah agama yang unik, sebagai penyempurna agama sebelumnya. Islam berbeda. Untuk itu, segala bentuk pemahaman yang tidak berasal dari Islam haruslah ditolak secara lantang. Uniknya Islam karena ia sebagai ideologi yang menyeluruh dan sempurna.

Islam dibangun atas dasar akidah Islam uang melahirkan peraturan bersumber dari syara’ sebagai pemecah problematika kehidupan. Bahkan kekokohan negara di bawah kegemilangan dunia Islam kala itu adalah hasil dari penerepan Islam dalam kehidupan. Untuk itu kaum Muslim wajib menerapkan secara menyeluruh dalam sebuah negara yang memiliki bentuk, struktur, pola yang berbeda dengan pemerintahan saat ini. 

Negara Islam akan melahirkan aturan yang dibatasi dengan hukum syara atau syariat pencipta. Karena itu, dalam sistem Islam, Allah Ta’ala sejatinya sebagai pembuat hukum, bukan penguasa atau manusia. 

Karena keberadaan manusia sebagai khalifah fil ’ardh hanya menerapkan atau menjalankan kehidupan menyesuaikan dengan hukum yang telah tercipta untuk menyelamatkannya dari kesengsaraan, penindasan bahkan kekacauan. 

Sesuai dengan buku Nizham Islamiyah Karya Syekh Taqiyyudin, menjelaskan rancangan undang-undang dalam Islam termuat beberapa aspek. Pertama,  keamanan dalam negeri ditangani oleh Direktorat Keamanan Dalam Negeri difokuskan mencegah segala hal yang dapat mengancam keamanan. Dibantu juga Direktorat luar negeri menangani segala urusan luar negeri seperti kerjasama antarnegara harus diatur sedemikian rupa melalui politik luar negeri. 

Manuver politik sangat penting dan dibutuhkan sekali dalam menjaga kekuatan dalam dan luar negeri Islam. Pun membutuhkan komando yang sama untuk menyatukan  pemimpin mereka.

Agenda Direktorat Keamanan dalam Islam adalah mengungkap pelanggaran kriminal berbagai negara, menjelaskan politik kepalsuan yang dijalankannya, membongkar persekongkolan jahat dan menjauhkan martabarbat para pemimpin sesat. Prinsip utama politik umat dalam Islam menampilkan Islam menjadi sosok negara yang kuat dalam penerapan hukum. 

Keberadaan amirul jihad sebagai direktorat peperangan dan pasukan memiliki liwa dan panji dengan struktur militer berupa kepala staf, amir setiap ridge, komandan dan batalyon. Seluruh angkatan bersenjata sebagai satu kesatuan di berbagai markas atau wilayah perbatasan dilengkapi dengan senjata, logistik, sarana dan fasilitas yang dibutuhkan.

Karena itu, wajib bagi kaum Muslim untuk menjaga dan terjaminnya kehidupan  Dari sistem yang sudah rusak sejak lahir dalam peradaban Barat hari ini dan segala bentuk politik yang dirancang untuk menguasainya. 

Jalan yang ditempuh adalah bagaimana menerapkan kembali Islam dalam konsep kehidupan dalam wadah negara berbasis Islam. Maka berjuang dan bergerak di bjalan kebenaran adalah jalan yang Allah cintai. Sebab yang mampu mengakhiri dan menghadirkan kembalinya kemenangan dan kekuasaan atasnya hanya Allah Ta’ala. 
.
..Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai kamu murtad (keluar) dari agamamu, jika mereka sanggup. Barangsiapa murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya." (QS Al-Baqarah: 217) []


Oleh: Nadia Fransiska Lutfiani S.P. ( Aktivis Dakwah, Pegiat Literasi dan Media)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar