Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tanpa Perisai Negara, Media Sosial Menjadi Petaka


Topswara.com -- Dunia maya sudah menjadi kehidupan kedua bagi generasi muda saat ini. Di sana, mereka bisa berinteraksi dengan banyak teman dan berkenalan dengan orang baru dari berbagai wilayah, bahkan mancanegara. 

Tak jarang aktivitas ini dimanfaatkan oleh para pelaku kejahatan untuk melancarkan aksinya. Seperti yang terjadi pada seorang remaja perempuan. Sebut saja bunga, seorang siswi SMP, warga Kabupaten Musi Rawas (Mura), Sumsel, yang menjadi korban pemerkosaan pada Rabu (23/12/2020). Pelakunya adalah seorang pria berinisial SA (29 tahun), yang baru dikenalnya di Facebook (jpnn.com, 14/1/2021).

Tak hanya itu. Dilansir dari megapolitan.kompas.com, (12/3/2021), polisi mengungkap kasus pembunuhan berantai di wilayah Bogor, Jawa Barat, dengan tersangka bernama Rian (21). Pelaku mengaku telah membunuh dua perempuan dalam waktu berbeda. 

Rian memilih korbannya secara acak dengan berkenalan di Facebook. Lalu mengajak korban berkencan dengan iming-iming satu juta. Ia mencekik korban hingga tewas kemudian menguras harta korban.

Kedua kejadian tersebut sama-sama berawal dari perkenalan di media sosial (medsos). Medsos yang seharusnya memberi manfaat justru mendatangkan petaka bagi sebagian orang. Negara pun seakan tidak memberikan tindakan tegas atas kejahatan ini, sehingga masih terus terjadi hingga saat ini.

Pentingnya Peran Negara sebagai Perisai Rakyat

 الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ، فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعَدَلَ كَانَ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرٌ، وَإِنْ يَأْمُرْ بِغَيْرِهِ كَانَ عَلَيْهِ مِنْهُ

“Sesungguhnya al-Imam (khalifah) itu (laksana) perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan)nya. Jika seorang Imam (khalifah) memerintahkan supaya takwa kepada Allah ’Azza wa Jalla dan berlaku adil, maka dia (khalifah) mendapatkan pahala karenanya. Dan jika dia memerintahkan selain itu, maka ia akan mendapatkan siksa.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, Abu Dawud, Ahmad)

Sabda Rasulullah SAW tersebut menegaskan bahwa imam atau pemimpin yang dimaksud tersebut hanya mampu diperankan oleh khalifah. Dialah pelindung sekaligus pencegah dari segala kezaliman. Itulah makna majazi dari perisai atau junnah.

Khalifah menjalankan tugas sebagai perisai umat karena hanya khalifah yang menjalankan tanggung jawab sebagai penggembala riayatul suunil ummah yang artinya mengurusi kepentingan rakyat. 

الإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Imam (khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR. al-Bukhari)

Tanggung jawab yang amat besar ini hanya bisa terjadi dan dibangun di dalam negara yang kuat. Negara yang pondasinya tidak lagi dilandaskan pada segala macam pemikiran manusia, tetapi hanya berlandaskan pada kitabullah dan sunnah Rasulullah Saw. Negara seperti ini mampu melakukan perlindungan paripurna kepada seluruh kepentingan rakyat, keselamatan sekaligus kehormatannya. Baik Muslim dan non-Muslim, perempuan dan laki-laki.

Semua itu karena khilafah adalah negara mandiri secara politik, ekonomi, hukum dan sosial budaya. Sehingga khilafah mampu mencegah semua infiltrasi ideologi, pemikiran dan budaya rusak serta merusak yang berasal dari luar Islam. 

Setiap kebijakan yang dibuat di dalam khilafah tidak hanya memerhatikan aspek ekonomi semata. Berbeda dengan kondisi hari ini di mana pemimpin di setiap negeri-negeri Muslim mengambil kebijakan hanya demi meraih keuntungan ekonomi. Mereka (negara-negara tersebut) tidak lagi menjadikan Islam sebagai pedoman. Demikian pula di negeri ini. Hanya demi meraih pasar digital terbesar di Asia Tenggara bahkan dunia, negara membiarkan konten-konten merusak (liberal) yang berasal dari budaya kufur baik Amerika, Korea dan sebagainya masuk tanpa saringan.

Apalagi sudah 75 tahun Indonesia merdeka. Namun sistem pendidikan Indonesia masih saja mencari bentuk. Tidak ada kesepakatan baku bagaimana sesungguhnya mencetak generasi muda yang mampu memenuhi harapan nusa dan bangsa. Akibatnya, lihatlah fenomena kerusakan moral yang terjadi di sekeliling kita. 

Sekalipun pemerintah, akademisi, praktisi pendidikan bahkan kalangan Muslim masih ada yang menolak khilafah, namun mereka tak mampu memungkiri jika generasi terbaik pernah dilahirkan di masa-masa itu. Sehingga kita sebagai Muslim yang telah meyakini solusi Islam adalah solusi paripurna jangan bosan tetap mengingatkan mereka hingga Allah SWT memberikan ketetapan-Nya akan kemenangan Islam yang pasti akan menjelang. []


Oleh: Nabila Zidane
(Forum Muslimah Peduli Generasi dan Peradaban)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar