Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Toleransi Jangan Kebablasan!


Topswara.com -- Setiap tanggal 25 Desember sampai Awal Januari, umat Nasrani mengadakan perayaan natalan di gereja. Dan walau Indonesia mayoritas umat Islam, gema natalan biasanya cukup semarak terutama di layar televisi.

Dan natalan ini bagi umat kristen adalah merayakan kelahiran Yesus sebagai tuhan. Sementara dalam akidah atau keimanan umat Islam Yesus atau nabi Isa a.s. diakui sebagai nabi dan utusan Allah swt bukan tuhan sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran :

مَا الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَ اِلَّا رَسُوْلٌۚ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُۗ وَاُمُّهٗ صِدِّيْقَةٌۗ كَانَا يَأْكُلَانِ الطَّعَامَۗ اُنْظُرْ كَيْفَ نُبَيِّنُ لَهُمُ الْاٰيٰتِ ثُمَّ انْظُرْ اَنّٰى يُؤْفَكُوْنَ ۝٧٥

"Almasih putra Maryam hanyalah seorang rasul. Sebelumnya pun sudah berlalu beberapa rasul. Ibunya adalah seorang yang berpegang teguh pada kebenaran. Keduanya makan (seperti halnya manusia biasa). Perhatikanlah bagaimana Kami menjelaskan ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan) kepada mereka (Ahlulkitab), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka dipalingkan (dari kebenaran)."
(Q.S.Al-Maidah : 75).

Karena itulah jika mengimani Al-Masih sebagai tuhan hukumnya kufur. Sebagaimana ditegaskan ayat berikut :

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِيْنَ قَالُوْٓا اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الْمَسِيْحُ ابْنُ مَرْيَمَۗ وَقَالَ الْمَسِيْحُ يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اعْبُدُوا اللّٰهَ رَبِّيْ وَرَبَّكُمْۗ اِنَّهٗ مَنْ يُّشْرِكْ بِاللّٰهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّٰهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوٰىهُ النَّارُۗ وَمَا لِلظّٰلِمِيْنَ مِنْ اَنْصَارٍ ۝٧٢

"Sungguh, telah kufur orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah itulah Almasih putra Maryam.” Almasih (sendiri) berkata, “Wahai Bani Israil, sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu!” Sesungguhnya siapa yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya dan tempatnya ialah neraka. Tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zalim itu" (Q.S.Al-Maidah : 72).

Karenanya umat Islam jangan 'latah' ikut-ikut perayaan natal bersama dengan umat nasrani. Juga jangan ikut-ikutan meramaikan isu toleransi yg justru melemahkan akidah umat Islam. 

Bagaimana tidak. Umat Islam tergiring oleh opini bahwa natalan perlu dihormati sedemikian rupa. Padahal jelas natalan itu bentuk ibadah bagi umat Nasrani.

Umat Islam beribadah hanya kepada Allah SWT. Inna shalatii wanusukii wamahyaya wamamatii lillahi rabbil 'alamiin. Sesungguhnya shalat dan ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Tuhan Semesta Alam.

Saat shalat kita umat Islam membaca Al-fatihah antara lain kita ucapkan 'iyyaka na' budu waiyyaka nasta'iin'. 'Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami mohon pertolongan'.

Itulah perbedaan keimanan antara Islam dan nasrani. Oleh karena itu kita umat Islam jangan ikut-ikutan dalam natalan. Karena ritual natalan itu bentuk ibadah agama nasrani. Menurut akidah Islam itu kufur dan syirik sebagaimana disebutkan dalam ayat Al-Quran diatas.(QS.Al-Maidah : 72).

Kalau mengucapkan 'Selamat Hari Natal' bagaimana ? Berarti mengucapkan Selamat atas kekufuran atau kemusyrikan.

Syirik dibanding zina lebih besar dosa syirik. Kalau ada orang baru berbuat zina kita ucapkan 'Selamat Kalian Telah Berzina' bagaimana? Tentu tidak etis. Apalagi dosa syirik, dosa terbesar dalam Islam. Perbuatan yang paling dibenci Allah swt. Na'udzubillah mindzalik.

Batasan Toleransi

Toleransi itu sikap membiarkan tidak mengganggu umat agama lain saat ritual beribadah. Toleransi itu bukan menceburkan diri dan cawe-cawe ikut ibadah mereka. (Baca Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Untuk itu tentu tidak ada larangan bagi umat Islam untuk bertoleransi dan kerjasama dengan umat agama lain asal tidak masuk ranah akidah dan ubudiyah.

Umat Islam diperbolehkan untuk bekerjasama dan bergaul dengan umat agama lain dalam masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah keduniaan.(Q.S.Al-Hujurat : 13).

Seorang anak yang kebetulan punya orang tua beragama non Islam yg memaksa untuk berbuat syirik,maka dalam hal ini anak wajib menolaknya tetapi masih tetap wajib 'birrul-walidaini' berbakti kepadanya.(Q.S.Luqman : 15).

Allah SWT tidak melarang kita umat Islam untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang agama lain selama mereka tidak memerangi dan tidak mengusir kita dari negeri kita ini.(Q.S.Al-Mumtahanah : 8).

Bahkan begitu tolerannya Islam yg disampaikan Rasulullah saw kita umat Islam tidak boleh menyakiti 'kafir zimmi' yakni orang non Islam yg tidak memerangi umat Islam. Ini haditsnya :

Rasulullah Saw menyatakan:

مَنْ آذَى ذِمِّيًا فَقَدْ آذَانِيْ، وَمَنْ آذَانِيْ فَقَدْ آذَى اللهِ

“Barang siapa menyakiti seorang zimmi (non Muslim yang tidak memerangi umat Muslim), maka sesungguhnya dia telah menyakitiku. Dan barang siapa yang telah menyakitiku, maka sesungguhnya dia telah menyakiti Allah.” (HR. Imam Thabrani)

Ada Rambu-Rambunya

Hanya saja dalam bertoleransi ada rambu-rambu yang harus dipatuhi. Umat Islam tidak boleh ikut 'menceburkan diri' dalam agama dan akidah mereka.

Kalau ikut cawe-cawe itu namanya 'toleransi kebablasan'.

Dan karena faktor ini MUI sejak tahun 1981 telah menfatwakan 'haramnya natalan bersama' bagi umat Islam. Ketua MUI-nya buya Hamka.Fatwa ini ditandatangani oleh KH.M.Syukri Ghozali sebagai ketua komisi; dan Drs.H.Mas'udi sebagai sekretaris. 

HAMKA dalam fatwanya tentang Natal Bersama menyatakan, “Menghadiri perayaan Natal adalah haram, karena di dalamnya terdapat unsur pengakuan atau pembenaran atas keyakinan Trinitas.” Ia juga menegaskan, “Toleransi tidak boleh memaksa seorang Muslim menggadaikan akidah.”

HAMKA menjelaskan ajakan kepada umat Islam untuk merayakan Natal Bersama ataupun sebaliknya merupakan tindakan intoleran. Sebab itu sama saja dengan upaya pemaksaan keyakinan dan pemahaman, secara langsung maupun tidak. 

Omong kosong jika kerukunan umat beragama mesti dibangun dengan segala praktik pencampuran perayaan hari raya agama seperti Natal.

Walau ada desakan dari Pemerintah agar mencabut fatwa tersebut, tapi buya Hamka lebih baik mengundurkan diri dari Ketum MUI dari pada mencabut fatwa keharaman hadiri natal bersama .

Integritas buya Hamka inilah yang perlu diteladani oleh tokoh Islam atau Ulama sebagai pewaris para Nabi 

Jadi jangan karena jabatan atau karena faktor duniawi demi 'toletansi kebablasan' rela mengorbankan akidah Islam.

Akidah atau iman tauhid itu jantungnya Islam, dan merupakan modal utama seorang muslim untuk selamat dunia-akhirat.

Sekali lagi saudaraku jangan kalian korbankan akidah Islam demi toleransi kebablasan.


Oleh: Abdul Mukti 
Pemerhati Kehidupan Beragama 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar