Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Standar Generasi Idaman Pelopor Perubahan


Topswara.com -- Kalau ditanya, “generasi idaman itu yang kayak apa sih?” sebagian besar orang jawabnya standar-standar template: alim, rajin, berakhlak, hafal Qur’an, aktif organisasi, bisa orasi, bisa desain, bisa coding, bisa ngemong adik, dan kalau bisa sekalian jago masak dan punya wajah glowing. Lengkap sudah daftar permintaan semesta.

Padahal Sob, kalau semua itu wajib, generasi idaman bisa punah sebelum terbentuk. Karena manusia itu bukan aplikasi yang tinggal kita klik “update version”. Mereka punya perjalanan hidup, punya proses berpikir, punya hari baik dan hari yang “kenapa aku bangun hari ini?”

Makanya, kalau ngomong generasi pelopor perubahan, kita nggak bisa pakai standar random yang kadang muncul dari ekspektasi masyarakat atau timeline yang penuh quotes motivasi campur iklan skincare. 

Harus balik ke standar Islam, standar yang ditetapkan Allah, dan standar perjuangan yang disusun para ulama serta pemikir Islam seperti Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani.

Pertama, generasi idaman bukan yang sempurna, tetapi yang punya pondasi berpikir.

Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa akal adalah pondasi, ilmu adalah bangunan. Tanpa pondasi, ya roboh. Tanpa ilmu, ya kosong. Sama kayak remaja yang rajin ikut seminar motivasi tapi nggak punya prinsip hidup, maka semangatnya naik turun kayak grafik saham.

Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani menjelaskan bahwa kekuatan generasi tidak terletak pada skill acak-acakan, tetapi pada qaidah fikriyah (landasan berpikir). Generasi yang akidahnya kuat, cara berpikirnya lurus, dan cara merasa (nafsiyah) nya sesuai Islam, itu yang kokoh dan layak disebut pelopor perubahan. Jadi Sob, generasi idaman itu bukan yang hafal quotes, tetapi yang paham worldview.

Kedua, generasi idaman punya moral, bukan sekadar mood. Kata para ulama, orang bertakwa itu bukan yang selalu stabil, tapi yang kalau goyah langsung kembali ke Allah. 

Remaja sekarang kadang punya moral “tumbuh dan berkembang sesuai cuaca hati”: kalau lagi bahagia, salih. Kalau lagi bete, ngilang. Kalau lagi patah hati, bikin konten “self love” bergambar sunset. Padahal Islam mengajarkan standar moral yang tetap, bukan tergantung mood.

Rasulullah SAW bersabda, “Yang halal sudah jelas dan yang haram pun sudah jelas.” Alias bukan hasil voting anggota dewan.

Generasi idaman itu yang moralnya tidak dipandu algoritma, tetapi dipandu wahyu. Elegan, mantap, dan tidak gampang dibikin galau oleh standar masyarakat yang berubah setiap minggu.

Ketiga, generasi idaman itu bergerak, tetapi bukan asal gerak. Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani menekankan bahwa perubahan masyarakat itu harus ideologis-sistemis, bukan sporadis. Artinya, bukan gerakan yang muncul karena tren atau karena “viral dulu mikir belakangan.”

Banyak remaja hari ini rajin ikut demo online demi like, share, repost, tambah caption panjang, tetapi ketika ditanya akar masalahnya apa, jawabnya, “pokoknya ini harus diubah!”

Generasi idaman itu bergerak bukan karena FOMO, tetapi karena paham apa yang harus diperjuangkan, kenapa harus diperjuangkan, dan bagaimana cara memperjuangkannya. Pesan Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani, dakwah itu pekerjaan “fikri siyasiy” (perjuangan pemikiran dan politik yang terstruktur). Bukan sekadar aktivitas emosional.

Keempat, generasi idaman punya tujuan hidup yang jelas. Standar generasi perubahan itu simpel tetapi berat, yaitu hidupnya bukan buat eksis, tapi buat bernilai. Bukan buat viral, tetapi buat berkontribusi.

Allah berfirman, “Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Tujuan hidupnya jelas, jadi ketika dunia tarik-tarikan (ideologi liberal ke kiri, kapitalisme ke kanan, tetapi dia tetap lurus ke depan: ridha)

Ulama juga mengingatkan, “siapa yang memperbaiki batinnya, Allah akan memperbaiki lahirnya.” Artinya, generasi idaman tidak sibuk mempercantik permukaan, tetapi memperbaiki pondasi.

Kelima, generasi idaman tidak mengikuti arus, tapi membentuk arus. Remaja yang hanya mengikuti arus tidak akan pernah memimpin perubahan. Remaja yang membuat arus, itulah pelopor peradaban. 

Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani dalam Nizham al-Islam menjelaskan bahwa umat yang memiliki ideologi dan berpegang teguh padanya akan selalu unggul dan memimpin. Karena ideologi itulah yang membuat mereka berbeda, karakteristiknya kuat, dan gerakannya terarah.

Generasi idaman itu yang berpikir kritis berdasarkan Islam. Berani melawan narasi rusak. Tidak menggadaikan prinsip demi validasi. Tegas memegang identitas sebagai Muslim dan punya integritas dalam setiap langkah. Mereka tidak hanyut oleh arus, tetapi justru membelokkan arus menuju kebaikan.

Jadi Sob, generasi idaman itu bukan generasi yang “sempurna tanpa cacat” tetapi generasi yang fondasi berpikirnya Islam, akhlaknya stabil, gerakannya terarah ideologi, dan tujuannya hidup jelas.

Itulah generasi pelopor perubahan yang tidak hanya survive di tengah gempuran ideologi global, tapi juga siap memimpin kebangkitan peradaban. Kalau generasi seperti ini lahir, dunia tidak hanya berubah, tapi akan ditata ulang dengan cahaya Islam. []


Oleh: Nabila Zidane 
(Jurnalis)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar