Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Jalani Saja Sesuai Syariat, dan Bersyukurlah Sebanyak-banyaknya


Topswara.com -- Di zaman serba cepat ini, hidup sering terasa ribet bukan karena kurang peluang, tapi karena terlalu banyak keinginan yang tidak mau tunduk pada aturan Allah. Maunya bahagia tetapi ogah taat, pengin tenang tetapi doyan melanggar, ingin dihargai tapi malas menjaga adab. Ujung-ujungnya? Stres sendiri, lalu bilang, “hidup kok berat ya?”

Padahal resep hidup tenang itu sederhana, yaitu jalani sesuai syariat, lalu bersyukur sebanyak-banyaknya. Sederhana diucapkan, tetapi luar biasa dampaknya.

Syariat Islam sering dituduh “membatasi”. Padahal justru sebaliknya. Syariat itu seperti rambu lalu lintas, bukan bikin perjalanan lama, tetapi supaya tidak tabrakan. Bayangkan kalau semua orang bebas ngebut tanpa aturan, maka yang ada bukan bahagia, tetapi chaos.

Imam Ibnul Qayyim sudah lama mengingatkan bahwa syariat Allah seluruhnya adalah keadilan dan rahmat. Kalau hidup manusia rusak, biasanya bukan karena syariatnya terlalu keras, tetapi karena manusianya yang hobi menawar halal–haram. Maunya fleksibel, tetapi lupa kalau fleksibel tanpa aturan itu namanya liar.

Di sinilah syukur sering disalahpahami. Banyak orang mengira syukur itu cuma senyum saat senang. Padahal syukur sejati itu tetap taat meski keadaan tidak sesuai keinginan. Tetap jujur walau rugi. Tetap setia walau diuji. Tetap menjaga diri walau ada peluang maksiat.

Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa orang yang bersyukur adalah orang yang tidak sibuk membandingkan hidupnya dengan orang lain, karena ia sadar nikmat Allah datang dalam banyak bentuk, bukan hanya materi. Ada nikmat iman, nikmat keluarga, nikmat masih punya hati yang waras yang sering baru disadari setelah hilang.

Allah sendiri sudah jelas berjanji, “jika kalian bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepada kalian.” (QS. Ibrahim: 7)

Masalahnya, banyak orang pengin tambah nikmat tetapi ogah bersyukur. Maunya ditambah, tetapi masih sibuk mengeluh. Maunya tenang, tetapi tetap memelihara iri. Maunya hidup lurus, tetapi beloknya disengaja.

Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani menjelaskan bahwa kebahagiaan sejati tidak lahir dari terpenuhinya hawa nafsu, melainkan dari ketenangan karena hidup sesuai hukum Allah. Dalam pandangan beliau, manusia yang menjadikan halal–haram sebagai standar hidup akan lebih stabil jiwanya dibanding manusia yang menjadikan “perasaan” sebagai kompas utama.

Makanya jangan heran kalau hari ini banyak orang terlihat “bebas” tetapi gampang depresi. Bebas tanpa arah itu capek, lho. Setiap hari harus negosiasi dengan diri sendiri, ini boleh enggak ya, ini kebablasan enggak ya. Sementara orang yang hidup sesuai syariat, jalannya jelas. Batasnya jelas. Hatinya pun lebih ringan.

Syekh Ibnu Atha’illah as-Sakandari mengatakan, “tenangkanlah dirimu dari mengatur takdir, karena apa yang sudah diurus Allah tidak perlu kamu sibukkan lagi.”

Bahasa sederhananya, jangan sok jadi Tuhan. Hidup tidak perlu sempurna untuk bisa disyukuri. Rumah tangga tidak harus tanpa masalah untuk bisa dijalani. Rezeki tidak harus berlimpah untuk bisa menenangkan. Cukup dua hal, yaitu taat dan bersyukur.

Karena hidup yang dijalani sesuai syariat mungkin tidak selalu tampak wah di media sosial, tetapi tenangnya nyata dan hidup yang dipenuhi syukur mungkin tidak selalu viral, tapi nilainya mahal di sisi Allah. Sisanya? Jalani saja. Nikmati prosesnya dan biarkan Allah yang mengurus hasilnya. []


Oleh: Nabila Zidane
(Jurnalis)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar