Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pinjol dan Judol Menjerat Generasi, di Mana Peran Negara?


Topswara.com -- Lagi dan lagi, kasus pinjol dan judol seakan tiada habisnya, kasus ini menjerat berbagai kalangan, dan yang lebih miris kasus ini menjerat siswa SMP yang seharusnya mereka fokus menimba ilmu, menentukan pilihan masa depan. 

Namun apa yang terjadi saat ini pelajar atau siswa justru terlibat dalam kasus pinjol dan judol. Usia mereka masih sangat belia namun sudah bisa mengakses situs seperti itu, fenomena ini menunjukkan bahwa ancaman generasi masa depan bangsa berada dalam genggaman mereka sendiri. 

Dan kehadiran negara seharusnya melindungi anak-anak dan pemuda dari judol menjadi urgensi yang tidak bisa di tawar lagi. 

Menurut wakil Ketua Komisi X DPR RI My Esti Wijayanti menilai munculnya kasus siswa SMP terjerat (judol) disebabkan oleh kesalahan pendidikan saat ini. Ketika anak SMP sudah mengenal dan terjerat judol dan pinjol, itu berarti ada yang sangat keliru dalam cara kita mendidik dan membimbing generasi muda. (29/10/2025 Kompas.com).

Selain itu, yang terjadi pada siswa yang bernama hafidz (19) ia masih ingat pertama kali diperkenalkan aplikasi judol dari teman sebangkunya di sekolah. Saat itu ia masih duduk di kelas 2 SMK di kota Bogor. 

Usai moment itu hafidz mulai keranjingan judol hingga menjual barang-barang pribadi, milik orang tuanya, bahkan ia sempat menjual tabung gas tiga kilogram, monitor komputer, bahkan sepeda miliknya. Hal sempat membuat hafidz cekcok dengan keluarganya. (28/10/2025. Tirto.com)

Dari berbagai kasus diatas, konten judi online telah merambah situs-situs pendidikan dan game online, dimana situs pendidikan seharusnya terjamin keamanan dan peruntukannya untuk urusan pendidikan tidak boleh ada situs lain selain berhubungan dengan dunia pendidikan. 

Namun pada kenyataannya game online dan judi online seringkali muncul dalam iklan di medsos-medsos dan membuat penasaran sebagian anak untuk mencoba membuka situs tersebut. 

Pinjol dan judol juga senantiasa membentuk lingkaran setan. Dimana bandar mereka memberikan kemenangan dan akhirnya membuat penasaran. Anak dan pelajar makin tertarik untuk mencoba hingga akhirnya mereka kehabisan uang karena kalah judi dan mencari pinjaman online. 

Untuk pinjaman online sendiri sangatlah mudah karena iklan di media sosial banyak bahkan dengan syarat mudah, dan mudah juga di akses oleh pelajar. 

Kasus ini menunjukkan adanya celah besar dalam pengawasan orang tua dan sekolah terhadap anak, orang tua yang seharusnya memberikan perhatian dalam aktivitas anak, meskipun sudah di titipkan di sekolah, bukan berarti orang tua lepas tangan tanpa ada kontrol terhadap anaknya. 

Guru di sekolah juga seharusnya memberikan edukasi ketika mereka menggunakan fasilitas pendidikan, atau gadget sesuai peruntukannya, juga lemahnya peran negara dalam menutup atau memberantas situs-situs judol. 

Dunia pendidikan saat ini kehilangan jati diri, pendidikan karakter dan literasi digital belum mampu menuntaskan masalah ini. Basis pendidikan sekular kapitalis hanya menghasilkan generasi pencetak uang, cara berpikir mereka rusak, ingin cepat kaya tanpa kerja keras. Karena kemudahan akses dan modal kecil menyebabkan anak terjerat pinjol dan judol. 

Kapitalisme menjadikan keuntungan materi sebagai tolok ukur utama, tanpa mempertimbangkan halal haram. Agama harus dipisahkan dari kehidupan, tidak boleh mengatur urusan-urusan kehidupan, akhirnya anak dan remaja kehilangan jati diri sebagai penerus bangsa yang mempunyai idealisme. Itulah watak negara dalam sistem kapitalisme yang berperan sebagai regulator, bukan pelindung rakyat. 

Berbeda halnya dengan Islam, negara dalam Islam yaitu khilafah, guru dan orang tua bekerjasama dalam pendampingan terhadap anak-anak dan pelajar, memberikan edukasi dan pemahaman bahwa judol dan pinjol adalah haram. 

Dengan di terapkannya pendidikan Islam yang berlandaskan akidah Islam, sehingga pelajar mempunyai arah dalam bertindak, tidak cukup hanya dengan pendidikan karakter.

Dibutuhkannya peran negara untuk membentuk sistem yang mampu membentuk generasi yang saleh, berkepribadian Islam, dengan adanya sistem pendidikan Islam. 

Untuk itu kita harus berjuang untuk diterapkannya syariat Islam di muka bumi ini, agar generasi muda segera terselamatkan dari segala ancaman keburukan sistem yang ada saat ini. 

Wallahu'alam Bishawab.


Oleh: Ade Siti Rohmah
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar