Topswara.com -- Kayaknya dimuka bumi ini hampr tidak ada yang hidupnya ingin menjadi orang fakir atau miskin, serba kekurangan. Justru manusia itu hampir semua punya cita-cita menjadi orang kaya serba kecukupan materinya.
Itulah manusia, karena memang karakter manusia suka dunia, suka fasilitas keduniaan. Suka keindahan duniawi : wanita,anak dan harta yang berlimpah.Hal ini difirmankan Allah swt dalam Al-Quran :
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَاۤءِ وَالْبَنِيْنَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْاَنْعَامِ وَالْحَرْثِۗ ذٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۗ وَاللّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الْمَاٰبِ ١٤
"Dijadikan indah bagi manusia kecintaan pada aneka kesenangan yang berupa perempuan, anak-anak, harta benda yang bertimbun tak terhingga berupa emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik."
Dalam ayat itu Allah menutup firmanNya وَاللّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الْمَاٰبِ = "Dan disisi Allahlah tempat kembali yang baik". Dan ayat penutup inilah yang harus menjadi atensi kita, sehingga kita tidak lalai akan kehidupan yang hakiki yaitu akhirat.
Sebenarnya cinta dunia dalam Islam tidaklah dilarang tentu selama tidak dengan cara melanggar syariat Islam. Manusia bahkan wajib bekerja usaha mencari rezeki yang halal untuk bekal hidup. 
Untuk shalat perlu pakaian, untuk puasa perlu makanan untuk berbuka, untuk menuntut ilmu perlu bekal dan bahkan untuk berdakwah pun perlu bekal dunia. Dan ini merupakan keniscayaan bagi makhluk yang namanya manusia. 
Untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah ke Tanah Suci juga harus punya dana yang cukup sehingga dia istitha'ah untuk melaksanakan salah satu rukun Islam ini.
Bahkan dengan modal harta benda, menjadi orang kaya bisa berinfak di jalan Allah yang pahalanya berlipat ganda sebagaimana firman Allah swt :
مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ ٢٦١
"Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui." (Al-Baqarah 261).
MasyaAllah satu tamsil yang menggiurkan bagi orang-orang yang berinfaq di jalan Allah pahalanya dilipatgandakan sampai 700 lipat ganda. Bahkan bisa lebih bagi orang yang dikehendaki Allah Swt.
Keutamaan Menjadi Orang Fakir Miskin
Jika kita ditakdirkan Allah Ar-razzaq menjadi orang miskin, fakir atau dhu'afa, maka sebagai orang beriman kita wajib terima dengan sabar dan ikhlas ketentuan dan takdir ilahi itu.
Justru menjadi orang miskin atau fakir, akan masuk surga lebih dulu dari pada orang kaya sebagaimana disebutkan dalam hadits Rasulullah Saw:
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَدْخُلُ فُقَرَاءُ الْمُؤْمِنِينَ الْجَنَّةَ قَبْلَ الأَغْنِيَاءِ بِنِصْفِ يَوْمٍ خَمْسِمِائَةِ عَامٍ
“Orang beriman yang miskin akan masuk surga sebelum orang-orang kaya yaitu lebih dulu setengah hari yang setara dengan 500 tahun.” (HR. Ibnu Majah no. 4122 dan Tirmidzi no. 2353. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)
Satu hari di akhirat sama dengan seribu tahun di dunia. Sebagaimana yang Allah Ta’ala sebutkan,
وَإِنَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ
“Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS. Al Hajj: 47). Oleh karenanya, setengah hari di akhirat sama dengan 500 tahun di dunia.
MasyaAllah. Itulah keadilan Allah untuk orang-orang fakir-miskin yang bertakwa di dunia, oleh Allah dimasukkan kedalam surga lebih dulu dibandingkan dengan orang-orang yang hartanya banyak. Karena dengan harta yang banyak lama juga saat dihisab di akhirat kelak.
Orang Kaya Tertahan 
Mengapa orang-kaya dari kalangan orang beriman masuk surganya didahului orang miskin ?
Ini jawabannya dalam hadis :
Dari Usamah bin Zaid radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قمت على باب الجنة، فكان عامة من دخلها المساكين، وأصحاب الجد محبوسون غير أن أصحاب النار قد أمر بهم إلى النار
“Saya pernah berdiri di pintu surga, ternyata umumnya orang yang memasukinya adalah orang miskin. Sementara orang kaya tertahan dulu (masuk surga). Hanya saja, penduduk neraka sudah dimasukkan ke dalam neraka.” (HR. Ahmad, Bukhari, dan Muslim)
Berdasarkan hadis diatas, orang kaya tertahan masuk surga. Bisa jadi karena banyak hartanya sehingga lama hisabnya di hari pembalasan nanti. Ada disebutkan dalam hadis :
Empat pertanyaan di hari kiamat adalah tentang: (1) umur, untuk apa dihabiskan; (2) jasad/tubuh, untuk apa digunakan; (3) ilmu, apakah sudah diamalkan; dan (4) harta, dari mana diperoleh dan ke mana dibelanjakan. Empat hal ini akan menjadi pertanggungjawaban setiap manusia di hadapan Allah SWT, seperti dijelaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dan at-Tirmidzi. 
Kriteria Orang Fakir Miskin
Lantas, apa kriteria orang fakir dan orang miskin yang akan masuk surga terlebih dahulu? Apakah semua orang fakir dan miskin asalkan beriman?   
Ini jawabannya :
Berdasarkan penjelasan Imam An-Nawawi:    
هم المحتاجون الذين ليس لهم كفايتهم وليسوا مرتكبين كبيرة من المعاصي هذا ما ظهر لنا  
"Mereka yang berhajat pada sesuatu namun tidak dapat memenuhi keperluannya dan mereka tidak mengerjakan salah satu dosa besar dari sekian banyak maksiat. Ini (sifat orang miskin yang dimaksud) yang jelas pada kami "(Imam An-Nawawi, Fatawal Imam An-Nawawi, [Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyyah: 2018 M/1439 H], halaman 63).    
Orang miskin yang dimaksud, berdasarkan penjelasan Imam An-Nawawi adalah mereka yang tidak memiliki kapasitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Meski begitu, mereka tetap bersabar dan tidak melakukan dosa besar atau maksiat-maksiat berat lainnya baik lahir maupun batin. 
 Jadi bukan asal fakir dan miskin, tetapi mereka yang tidak pesimis dan putus asa serta tidak menghalalkan segala cara untuk mengatasi keterbatasan kehidupannya. Di samping itu, tentu saja mereka yang selalu menjaga keimanan dan martabatnya.  
Oleh karena itu saat kita masih di dunia ini janganlah sampai terlalu 'ngoyo' dalam mengejar dunia tanpa memperhatikan rambu-rambu syariat Islam. 
Jika kita fakir miskin kita harus sabar dan ikhlas menerimanya takdir itu dengan tetap istiqamah beribadah kepada Allah swt. Dan kalau kita kaya wajib bersyukur atas harta yang diamanahkan kepada kita.
Didalam Al-Quran surah Al-munafiqun ayat 9, Allah swt memperingatkan kepada orang yang beriman agar tidak terlena gegara harta dan anak untuk berzikir kepada Allah swt  Ini ayatnya :
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ اَمْوَالُكُمْ وَلَآ اَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ ٩
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta bendamu dan anak-anakmu membuatmu lalai dari mengingat Allah. Siapa yang berbuat demikian, mereka itulah orang-orang yang merugi."(QS.Al-munafiqun 9).
Zikir disini artinya luas yakni segala bentuk ketaatan dan ibadah kepada Allah swt. Semoga kita termasuk orang-orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt dalam kondisi apapun. Aamiin
Oleh: Abdul Mukti 
Pengamat Kehidupan Beragama 

0 Komentar