Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Manusia Sering Menzalimi Dirinya Sendiri


Topswara.com -- Kadang manusia suka heran sendiri, kenapa hidup rasanya ruwet, pikiran sumpek, hati pun galau akut stadium akhir? Setelah diusut pakai metode self-introspection, ternyata yang bikin sengsara ya diri manusia itu sendiri, bahasa dalilnya adalah kezaliman yang dilakukan manusia atas dirinya sendiri. 

Manusia memang suka banget bikin dosa lalu berharap hidup tenang kayak di spa.

Allah Ta'ala sudah kasih jalur tol menuju ketenangan, yaitu melalui ketaatan. Allah Ta’ala berfirman, “Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang beriman” (QS. Al-Fath: 4).

Taat itu seperti AC di tengah siang bolong, ngademin hati, bikin hidup tenteram, nggak gampang meledak oleh provokasi receh. Tetapi kita sering milih kipas angin rusak bernama maksiat, yang malah bikin “angin ribut” dalam jiwa.

Syaikh Ibnu Atha’illah rahimahullah pernah bersabda dalam Al-Hikam, “jangan kau heran jika terjadi hukuman atas dosa yang kau lakukan, tetapi heranlah jika masih diberi taufik untuk taat sementara engkau bergelimang maksiat.”

Artinya apa? Dikasih kesempatan taat itu privilege tertinggi. Bukan dapat hadiah kuota unlimited, tetapi dapat pintu menuju keberkahan hidup. Sedangkan maksiat itu bukan cuma poin dosa, tetapi mengundang duka dan gulana. Kamu tahu enggak, maksiat itu kayak ngutang, awalnya enak, ujungnya bikin dada sesak.

Bikin hati sempit, tidur enggak nyenyak, dan hidup penuh drama tak berguna, pura-pura bahagia, padahal tatapan mata kosong dan banyaknya kerutan di wajah mengatakan sebaliknya. Bahkan kadar cemas naik lebih dahsyat daripada harga cabe rawit di musim paceklik.

Ada yang bilang, “Aku depresi karena banyak cobaan.” Padahal setelah ditelisik yang dia sebut cobaan itu akibat perbuatan sendiri. 

Misal: pacaran lalu patah hati dan bilang, “Allah lagi uji aku.”

Gosipin orang, giliran digosipin balik, “kok hidupku penuh dengan manusia toxic?”

Nyenggol orang, giliran disenggol balik, "Kok dia jahat banget."

Ganggu suami orang, giliran disamperin istri sah, "kok dia marah-marah dan tega bikin malu."

Pake narkoba, istri minta cerai dan berujung penjara, "kok berat amat, masalah datang bertubi-tubi."

Padahal itu bukan ujian. Itu balasan atas kezaliman pada dirinya sendiri.

Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah menjelaskan bahwa maksiat lahir dari pola pikir sekuler, yang memisahkan agama dari kehidupan. Kalau hidup hanya pakai standar nafsu, ya hasilnya makin jauh dari ketenangan. Karena manusia itu makhluk lemah, kalau ikut hawa nafsunya sendiri ya pasti tersesat. 

Beliau bilang, “ketundukan kepada syariat adalah satu-satunya jalan untuk meraih kemuliaan manusia dan kebahagiaannya."

Jadi kalau kamu ingin hidupmu “glowing” bukan cuma kulit tetapi hati, maka taatlah. Kita ini lucu, dosa dilahap, zikir dilambat-lambatin.

Scrolling 3 jam: strong. Shalat 3 menit: langsung lowbat. Nonton drama 16 episode maraton sampe Subuh, baca Al-Qur’an 2 ayat langsung ngantuk kayak hipnotis. Terus bertanya, “kenapa aku enggak bahagia?”

Ya karena kebahagiaan itu efek samping dari ketaatan, bukan dari maksiat yang viral. Dengar baik-baik ya Sob, taat dijamin Allah hatinya tenang. Sedangkan maksiat berujung hidup penuh penyesalan.

Maka, jangan pernah salahkan Allah jika hidupmu amburadul, padahal remote kontrol hidup ada di tanganmu sendiri. Jalan kebaikan sudah jelas. Jalan maksiat juga sudah jelas. Kalau kamu tetap memilih jalan ke neraka dunia akhirat, ya jangan marah kalau akhirnya benar-benar nyasar ke sana.

Ibnu Atha’illah juga berpesan, “asal dari setiap maksiat dan kelalaian adalah ridhamu kepada diri sendiri.”

Aduh, ini tamparan halus tetapi membleedin. Artinya, ketika kita merasa “aku udah paling bener”, ya kita makin berani bermaksiat. Sebaliknya, orang yang mengakui kelemahannya akan bergegas kembali pada Allah Ta'ala.

Sob, hidup ini bukan soal “boleh enggak sih?” tetapi “membahagiakan Allah enggak sih?” Karena ridha Allah Ta'ala itu obat segala resah. Kalau mau hidup berkah, maka dekatlah dengan Allah dan jauhi maksiat.[]


Oleh: Nabila Zidane 
(Jurnalis)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar