Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

13T: Bukan Sekadar Uang yang Nyaris Hilang, tetapi Tanda Iman yang Tumbang


Topswara.com -- Setelah survey lapangan, istirahat sejenak. Baru mau pesan es kopi, eh TV tiba-tiba menampilkan headline: “Uang Rp13,25 triliun berhasil disita kembali dan dikembalikan ke negara.” 

Seketika muncul pertanyaan kocak tetapi tajam, “Kok bisa kecolongan 13 triliun? Kok angka segede itu bisa melintas seperti pesawat jet tanpa radar?"

Jawabannya sederhana tetapi getir, yaitu karena iman bukan lagi rem, melainkan aksesori kampanye dan ketika sistem pendidikan yang dipakai sekuler, urusan duit dan jabatan tak lagi tunduk pada syariat, tetapi pada hawa nafsu.

Seperti kata Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, “ketika sistem kufur diberlakukan, manusia akan berupaya menyesuaikan hawa nafsunya dengan undang-undang, bukan menundukkan dirinya pada syariat Allah” (Nizham al-Islami).

Inilah yang terjadi. Sistem sekuler kapitalisme mencetak pejabat bukan sebagai pelayan rakyat, tetapi sebagai penjaga akses. Jabatan tidak lagi amanah, tetapi peluang. Hukum bukan penjaga iman, tapi celah permainan. Akhirnya, bukan korupsi yang dianggap aib, tetapi ketahuan korupsinya.

Padahal, Rasulullah SAW sudah memperingatkan keras, “sesungguhnya kamu akan sangat berambisi terhadap jabatan. Dan jabatan itu kelak akan menjadi penyesalan dan kehinaan pada hari kiamat” (HR. Bukhari).

Tetapi sayangnya, sebagian pejabat menafsirkan hadis ini sebagai, “ambisi dulu, penyesalan urusan nanti.”

Lucunya, kapitalisme punya logika khas, yaitu jabatan sama dengan kekuasaan. Kekuasaan sama dengan lisensi akses. Akses adalah peluang kaya instan. Jika ketahuan, tinggal minta maaf sambil menunduk. Jika tak ketahuan, bakal naik jabatan lagi dan rakyat pun hanya kebagian jadi penonton tetap drama “triliun-triliunan challenge”.

Dalam sistem Islam, tidak mungkin terjadi uang rakyat berpindah tak jelas seperti ini. Sebab, harta publik terutama yang berasal dari sumber daya alam seperti CPO adalah milik umum. 

Rasulullah SAW bersabda, “kaum Muslimin berserikat dalam tiga hal, air, padang rumput, dan api” (HR. Abu Dawud). 

Artinya, sumber daya itu harus dikelola negara dan hasilnya diberikan kepada rakyat, bukan disulap menjadi kekayaan pribadi yang kemudian disita.

Dalam sistem khilafah islamiah pemimpin dipahami sebagai penggembala umat, bukan penguasa aset. Harta bukan ruang spekulasi, tapi amanah yang kelak akan ditagih oleh Allah. Tak ada istilah “uang nyaris hilang”, karena sejak awal tidak ada ruang legal bagi korupsi terstruktur. Ketika hukum Allah ditegakkan, maka rasa takut kepada-Nya mengalahkan ambisi dunia.

Sayangnya, di sistem saat ini, uang 13T muncul hanya sebagai headline. Rakyat diberi harapan bahwa uang itu akan dipakai untuk renovasi sekolah atau nelayan. 

Tetapi di sisi lain, rakyat tak pernah diberi akses bertanya, “Kenapa 13T ini bisa hilang dulu? Berapa lama ia berkeliaran? Dan siapa saja yang pernah menikmati napas triliunan itu?” 

Hasilnya, rakyat kembali menghela napas pasrah sambil berkata, “ya udahlah, yang penting balik.” Padahal yang seharusnya balik duluan adalah iman dan sistem yang benar.

Renungan pahitnya, jika uang bisa menguap hingga triliunan, mungkin iman sebagian pejabat sudah lebih dulu menguap tanpa jejak. Ketika jabatan menjadi jalan singkat menuju kekayaan dunia, maka ia juga bisa menjadi jalan tercepat menuju penyesalan akhirat.

Karena nanti di hadapan Allah, bukan jumlah proyek yang ditanya, tapi seberapa jujur ia menjawab, “untuk siapa kekuasaanmu engkau gunakan?”

Triliunan yang nyaris hilang bukan hanya perkara uang, tapi indikator bahwa iman telah roboh di bawah tekanan sistem sekuler. Maka sebelum kita kagum karena uang kembali, mari takut karena nurani pernah pergi.

Dan sebelum kita puas menjadi penonton, mari sadar bahwa yang harus diperjuangkan bukan sekadar dana, tetapi sistem yang menjaga amanah dengan takwa.

Karena di bawah naungan sistem Islam, 13T bukan muncul sebagai berita pengembalian, tapi sebagai berkah yang adil bagi seluruh umat dan adalah tugas kita untuk memperjuangkan tegaknya sistem Islam kembali agar iman tetap kokoh serta rahmat dan keberkahan akan terlimpah di bumi.

"Dan sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, akan tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan"
(QS. Al-A’raf: 96). []


Oleh: Nabila Zidane
(Jurnalis)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar