Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

MBG Masih Menyisakan Banyak Persoalan


Topswara.com -- Makan bergizi gratis (MBG) masih menuai masalah, program ini memang sudah bermasalah dari sejak awalnya, program yang menjadi andalan dari orang nomor satu di Indonesia yaitu Presiden Prabowo Subianto, namun apa daya hingga saat ini belum menampakkan hasil yang sesuai harapan. Ditambah dengan dapur pengelolaan yang diketahui bodong. Kenapa bisa seperti itu?

Bupati kabupaten Bandung Kang DS (Dadang supriatna) melakukan pantauan program MBG di wilayahnya selama dua hari berturut-turut, dalam giat monitoring tersebut ia menemukan adanya 36 dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPT) bodong, beliau memerintahkan untuk segera diganti. 

Kegiatan monitoring program MBG tersebut dilakukan oleh kang DS bersama kepala Badan Gizi Nasional ( BGN) Prof. Dadan Hindayana dan Dirjen Bina Administrasi wilayah kemendagri, Dr Safrizal ZA. Serta kepala organisasi prangkat daerah. Yaitu untuk menyoroti adanya dapur bodong di program MBG ini. Atau titik yang tidak terealisasi. Galamedia.com (12/09/2025).

Program MBG ini bukan dengan dana minimalis, namun dengan dana yang fantastis, maka harus diteliti mekanisme awal program ini, kesiapan pengelola, sebagaimana yang kita pahami, program ini awalnya dijalankan dengan konsep kemitraan. 

Pemerintah Kabupaten Bandung bekerjasama dengan mitra pengelola untuk menyediakan makanan di sekolah-sekolah dan Posyandu. Namun ada beberapa kelemahan dalam prosesnya yang menyebabkan 36 dapur "bodong" Ini bisa lolos dari pengawasan. 

Pertama, verifikasi awal yang kurang akurat, dari mulai pendaftaran dan tim di lapangan mungkin tidak memeriksa secara mendalam setiap lokasi dapur. Laporan yang masuk bisa saja hanya berupa data administratif tanpa konfirmasi fisik di lapangan. 

Kedua, mitra pengelola yang tidak profesional. Beberapa mitra yang ditunjuk tidak memiliki kapasitas atau kesiapan yang memadai, mereka mungkin hanya mendaftar untuk mendapatkan proyek tanpa benar-benar berniat membangun dan mengelola dapur sesuai standar yang di tetapkan. 

Sehingga banyak makanan yang dimasak asal-asalan dan tidak layak untuk dimakan. Bahkan sebagai contoh di beberapa sekolah yang sudah mendapatkan MBG lauknya tidak ada rasa, nasinya basi dan akhirnya anak-anak sekolah mereka membuang makanan tersebut. 

Ketiga, pengawasan yang longgar. Setelah program berjalan, pengawasan berkala dari pihak pemerintah tampaknya tidak optimal, idealnya, harus ada tim yang secara rutin memeriksa setiap dapur untuk memastikan operasionalnya berjalan baik, mulai dari kebersihan hingga kualitas makanan. 

Sehingga bisa meminimalisir adanya keracunan yang diakibatkan dari proses pengolahan ataupun ketahanan masakan. 

Keempat, cakupan program yang terlalu luas. Pengawasan terhadap 361 titik dapur yang tersebar luas di wilayah Kabupaten Bandung menjadi tantangan besar mengingat keterbatasan sumber daya manusia dalam waktu membuat dan menyiapkan MBG.

Karena sangat mustahil untuk menyiapkan makanan sebanyak itu dalam waktu yang sangat singkat. Pasttinya tidak semua titik bisa dipantau secara ketat. 

Itulah masalahnya jika sebuah program yang di gagas namun tidak menyentuh akar masalah, hanya akan mendatangkan masalah baru, ada atau tidaknya dapur bodong MBG bukan solusi untuk perbaikan gizi ataupun stunting. 

Stunting bisa dicegah dengan perbaikan gizi bukan hanya dari asupan makanan saja, namun dari sejak dalam kandungan seorang ibu hamil harus mendapatkan asupan nutrisi yang cukup, biaya kesehatan murah.

Juga perhatian penuh dari negara kepada rakyatnya dengan memberikan para suami pekerjaan yang meningkatkan kualitas pendapatan per kapita, sehingga rakyat bisa memenuhi kebutuhan pribadinya. 

Seperti halnya di dalam Islam, Islam menjamin kesejahteraan rakyatnya, dari mulai sandang, pangan, papan, kesehatan pendidikan dan lain-lain. Mekanisme yang sangat jelas dalam mencegah stunting pada anak, karena sejak di dalam kandungan sudah diberikan nutrisi yang cukup.

Dan negara di dalam Islam juga menjamin ketersediaan bahan pokok murah dan bisa terjangkau oleh kalangan masyarakat bawah tanpa mengurangi kualitas dari bahan tersebut. 

Itulah Islam menjamin kesehatan dan pertumbuhan rakyatnya tanpa mendatangkan masalah baru untuk mengatasi satu permasalahan. Karena negara hadir sebagai pengurus urusan rakyat. Untuk itu kita berharap semoga Allah segera menurunkan pertolongan dan kemenangan kepada umat muslim.

Wallahu'alam Bishawab.


Oleh: Ade Siti Rohmah 
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar