Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Mengendalikan Nafsu: Hikmah Abadi dari Imam Al-Bushiri


Topswara.com -- Nafsu dan Perjuangan Seorang Hamba

Imam Al-Bushiri رحمه الله pernah berkata: “Nafsu itu seperti bayi, jika kamu biarkan ia tetap menyusu, dan jika kamu lepas ia pun berhenti. Orang yang dapat mengendalikan nafsu dari pembangkangannya, seperti kuda liar yang dikendalikan dengan besi di mulutnya.”

Ungkapan singkat ini mengandung samudera makna. Beliau menggambarkan nafsu sebagai sesuatu yang alami dalam diri manusia, namun bila tidak diarahkan, ia akan menjerumuskan pemiliknya ke dalam kebinasaan. Nafsu itu liar, penuh keinginan, tidak pernah merasa cukup, dan jika dibiarkan ia akan menjadi penguasa atas hati.

Nafsu Seperti Bayi yang Menyusu

Bayangkan seorang bayi. Ia akan terus menangis dan menuntut susu bila tidak disapih. Demikianlah nafsu: jika selalu dituruti, ia akan menuntut lebih banyak, tanpa pernah puas. 

Tetapi bila seorang ibu mendidik dan melatih anaknya berhenti menyusu, ia akhirnya bisa lepas. Begitu pula nafsu; bila ditundukkan dengan sabar, disiplin, dan mujahadah, ia akan terdidik untuk patuh pada kehendak Allah.

Al-Qur’an pun telah memperingatkan kita:
“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.”
(QS. Yusuf: 53)

Nafsu Seperti Kuda Liar

Kuda liar, jika dibiarkan bebas, bisa berbahaya. Namun bila diberi kendali besi di mulutnya, ia bisa dijinakkan menjadi tunggangan yang bermanfaat. Begitu pula nafsu. Ia bisa menyeret manusia pada maksiat, tetapi bila diarahkan dengan ilmu, zikir, dan amal saleh, ia menjadi energi pendorong menuju kebaikan.

Para ulama tasawuf menekankan bahwa nafsu tidak bisa dimatikan, tetapi bisa dididik. Ia harus diarahkan, bukan dibiarkan. Nafsu yang terkendali justru dapat menjadi jalan seorang hamba untuk semakin dekat kepada Allah.

Mujahadah: Jalan Menundukkan Nafsu

Mengendalikan nafsu bukan perkara sekali jadi. Ia membutuhkan perjuangan panjang yang disebut mujahadah. Rasulullah ï·º bersabda: “Pejuang sejati adalah orang yang berjihad melawan nafsunya dalam taat kepada Allah.” (HR. Tirmidzi)

Beberapa cara yang diajarkan ulama dalam menundukkan nafsu antara lain:

Pertama, menyibukkan diri dengan ibadah: shalat, puasa, zikir, dan membaca Al-Qur’an.
Kedua, mengurangi hal-hal berlebihan: seperti makan, tidur, dan berbicara yang tidak perlu.
Ketiga, berteman dengan orang-orang saleh yang dapat mengingatkan kita kepada Allah.
Keempat, muhasabah diri setiap hari, agar hati tidak dikuasai kelalaian.
Kelima, berdoa kepada Allah agar diberi kekuatan menundukkan hawa nafsu.

Refleksi untuk Kehidupan Kita

Nasihat Imam Al-Bushiri ini sangat relevan untuk kehidupan modern. Kita hidup di era di mana segala keinginan bisa dipenuhi dengan cepat: makanan instan, hiburan tanpa batas, bahkan kepuasan duniawi hanya sejauh genggaman layar. Bila nafsu dibiarkan, ia akan menjerumuskan manusia pada kemalasan, kemaksiatan, dan kebinasaan.

Namun, jika kita mampu mengendalikan nafsu, kita akan meraih kedamaian jiwa, keberkahan hidup, dan kebahagiaan abadi. Inilah makna dari firman Allah:
“Dan adapun orang yang takut akan kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sungguh surgalah tempat tinggalnya.”
(QS. An-Nazi‘at: 40-41)

Penutup

Imam Al-Bushiri mengingatkan kita: jangan biarkan nafsu menjadi tuan atas diri kita. Didiklah ia sebagaimana bayi yang disapih, kendalikanlah ia sebagaimana kuda liar yang dijinakkan. Nafsu bukan untuk dimatikan, tetapi untuk diarahkan agar menjadi hamba Allah yang sejati.

Semoga Allah memberi kita kekuatan untuk menundukkan nafsu, menjadikannya pelayan amal saleh, dan bukan penguasa hati yang menyesatkan.


Oleh: Dr Nasrul Syarif M.Si. 
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar