Topswara.com -- Pembantaian di Palestina semakin hari semakin brutal. Zionis Israel juga makin berani membantai siapapun yang mereka anggap musuh di tanah Palestina. Jurnalis dan tenaga medis juga tidak mereka kecualikan dari penyerangan yang mereka lakukan.
Laporan BBC menyebutkan bahwa dalam serangan Israel di Rumah Sakit Nasser, 20 orang terbunuh termasuk di dalamnya empat petugas medis dan lima jurnalis (bbc.com, 26/8/2025).
Bahkan Benjamin Netanyahu menunjukkan kesombongannya dengan ungkapan bangga bahwa Israel telah menghancurkan 50 gedung tinggi di Gaza dalam dua hari dan dia juga berjanji akan melakukan lebih banyak lagi (trt.global, 9/9/2025).
Fakta genosida yang terjadi di Palestina hari ini telah sangat terang benderang. Seluruh dunia mengecam tindakan yang dilakukan Israel. Gelombang aksi terus dilakukan di berbagai belahan dunia.
Bukan hanya muslim, non-muslim pun bersuara dengan lantang atas kengerian yang terjadi di Palestina atas dasar kemanusiaan. Manusia-manusia yang sadar ini terus berusaha bergerak untuk membantu rakyat Palestina dengan berbagai cara yang bisa mereka lakukan.
Donasi dan bantuan logistik terus berusaha mereka galang dan sampaikan, penyuaraan tentang kemerdekaan Palestina terus didengungkan di berbagai belahan dunia, di berbagai institusi dan platform media sosial.
Namun sayangnya, seluruh upaya itu seperti menemui titik buntu. Kepedulian mereka dalam banyak bentuk itu seakan tidak cukup. Nyatanya, sekeras apapun mereka bersuara, pemerintah di negeri-negeri kaum Muslimin tidak bergeming.
Dua miliar kaum muslimin tidak mampu melawan pasukan Zionis. Fakta ini tentu saja terasa sangat tidak rasional. Bagaimana mungkin jumlah kaum muslimin yang sangat besar ini tidak mampu mengalahkan musuh kecil itu.
Bukankah seharusnya urusan ini sederhana, pembantaian oleh militer, maka dihadapi juga dengan kekuatan militer. Seluruh kekuatan militer di negeri-negeri muslim bergerak memukul mundur pasukan Israel dan memberikan mereka hukuman atas pembantaian yang terjadi. Selesai masalahnya.
Tetapi nyatanya sistem yang berlaku di dunia hari ini memang bukan sistem yang adil. Sistem kapitalisme hanya berpihak kepada negara adidaya kapitalis. Seluruh nilai hilang kecuali materi. Tidak ada nilai kemanusiaan, tidak ada nilai keadilan.
Para penguasa di negeri-negeri muslim pun benar-benar dibungkam dan tunduk patuh kepada tuan-tuan mereka. Maka inilah muslim hari ini, jumlahnya sangat banyak dan tersebar di berbagai negeri, namun jumlah yang besar itu seperti macan ompong, tidak ada kekuatannya.
Bahkan untuk membuka gerbang dan membiarkan bantuan logistik masuk ke Gaza saja, negeri yang berbatasan langsung dengan Gaza tidak mampu. Bantuan-bantuan yang datang dari berbagai belahan dunia hanya berhenti di dalam truk-truk dan kapal-kapal pengangkut tanpa bisa dengan leluasa masuk ke Gaza.
Fakta ini sangat menyakitkan bagi seluruh dunia, terutama kaum muslimin. Kondisi ini harus segera menyadarkan kita bahwa tidak cukup hanya dengan bantuan materi. Apalagi solusi two-state yang artinya sama saja dengan mempersilahkan penjajah untuk memiliki tanah Palestina dan melegalkan penjajahan.
Hari ini telah banyak masyarakat dunia yang kritis dan memahami bahwa Palestina adalah tanah yang dirampas oleh zionis Israel. Data dari berbagai sumber menunjukkan bahwa orang-orang Israel adalah pendatang yang merebut tanah Palestina.
Fakta itu tidak terbantahkan. Jika para pendatang berlaku semena-mena, mengusir dan membantai penduduk aslinya, apa namanya jika bukan penjajahan.
Solusinya pembantaian di Palestina hanya satu, khilafah yang menyatukan kaum muslimin dalam satu kepemimpinan dengan sistem Islam.
Hanya Negara Islam saja yang mampu menyatukan kaum muslimin, mengatur pelaksanaan jihad oleh militer kaum muslimin melawan penjajah Israel. Sejarah telah membuktikan bahwa satu-satunya metode untuk mengusir penjajah adalah perang.
Dalam pandangan Islam, jihad bukan semata-mata strategi untuk mempertahankan suatu wilayah, namun sebuah kwajiban dan politik luar negeri bagi Negara Islam dan kaum muslimin.
Dalam kasus Palestina saat ini, jihad tidak hanya wajib bagi warga Palestina yang sedang dibantai, namun juga kwajiban bagi muslim yang berada di sekitar Palestina dan bahkan wajib bagi seluruh negeri muslim di seluruh dunia.
Namun, lagi, kewajiban ini tidak semudah itu untuk dilakukan. Pada faktanya, tidak mudah bagi siapapun untuk memasuki Palestina yang saat ini lebih terlihat seperti penjara raksasa yang dijaga ketat.
Edukasi kepada seluruh masyarakat tentang urgensi segera tegaknya Khilafah harus lebih masif lagi dilakukan sehingga menjadi opini dan kesadaran umum.
Dengan kesadaran umum ini, masyarakatlah yang akan meminta segera ditegakkan khilafah, bukan dengan paksaan, tetapi karena mereka memahami bahwa tidak ada solusi yang benar selain sistem Islam.
Memikirkan kompleksitas permasalahan yang sistemik hari ini dan mencari solusi selain aturan Islam hanya akan berujung pada jalan buntu dan keputusasaan.
Semangat perjuangan seorang muslim untuk terus mengedukasi masyarakat tidak akan pernah surut hanya jika dilandaskan pada keimanan akan pertolongan Allah yang dekat. Fakta bahwa genosida itu terjadi pada rakyat Palestina juga adalah ujian bagi umat Islam atas keimanan mereka tentang syariat Allah sebagai solusi hidup yang harus mereka perjuangkan.
Fakta menyakitkan di Palestina ini juga menyadarkan manusia bahwa aturan yang mereka buat justru akan menghancurkan diri mereka sendiri. Manusia harus kembali pada aturan Rabbnya, itulah syariat Islam kaffah.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Oleh: Fatmawati
Aktivis Muslimah

0 Komentar