Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kebangkitan Umat Demi Perubahan Hakiki


Topswara.com -- Menilik kondisi politik yang semakin mencekam, perubahan mutlak dibutuhkan untuk meraih masa depan yang jauh lebih menjanjikan. 

Sungguh, umat ini memiliki potensi besar menuju perubahan. Buktinya, aksi demonstrasi yang belum lama terjadi telah membuka mata kita bahwa keadaan sistem saat ini tidak baik-baik saja.

Jalan Perubahan

Aksi demonstrasi, unjuk rasa, aspirasi hingga opini yang ramai disampaikan di media sosial menunjukkan respon positif terhadap berbagai tekanan yang tercipta sebagai dampak kesewenangan penguasa. 

Generasi muda, terkhusus generasi Z memiliki strategi unik dalam menghadapi beragam tantangan yang saat ini tidak mampu dihindari. Anastasia Satriyo, M.PSi, seorang psikolog anak dan remaja menyampaikan bahwa gen Z memiliki mekanisme khas untuk mempertahankan diri yang berbeda dengan mekanisme generasi sebelumnya (kompas.com, 5-9-2025). 

Gen Z lebih memilih mekanisme face, yakni menghadapi, ketimbang gen Millenial atau gen X yang cenderung fight atau flight, bertahan atau menghindar demi rasa aman. Respon face ini bersifat paling adaptif dan konstruktif. Ciri khasnya, gen Z lebih bersikap membela diri, lantang menyuarakan pendapat, menetapkan batasan aturan dengan garis yang jelas serta tetap terhubung dalam hubungan sosial secara emosional. 

Tidak hanya itu, keadaan yang terus memanas pun telah memantik semangat generasi muda untuk berubah. Sayangnya, potensi mereka sering disalahgunakan oknum tidak bertanggung jawab. Sehingga energinya dihabiskan di jalan yang keliru. 

Buktinya banyak ditemukan anak-anak remaja yang mudah terprovokasi oleh penyelewengan isu politik. Tentu saja, hal ini mengundang resiko. Mengingat potensi generasi merupakan salah satu modal meraih perubahan.
 
Mestinya, gen Z yang reaktif dalam bergerak dan menghendaki perubahan mendasar ini menjadi modal dasar untuk menyuarakan kebenaran. Sayangnya, dalam sistem sekularisme kapitalistik, negara tidak mampu fokus mengedukasi generasi. 

Optimasi kekuatan generasi hanya difokuskan untuk pencapaian materi atau sekedar mencapai taraf "famous" secara duniawi. Sementara urusan akhirat dilalaikan begitu saja. Sehingga generasi pun tidak mengetahui dengan pasti kekuatan diri yang mampu menjadi jalan perubahan hakiki. 

Sistem sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan telah menjadikan generasi hilang arah. Keadaan ini pun diperparah dengan konsep sistem yang hanya berorientasi materi. Keuntungan dan asas manfaat menjadi satu-satunya tujuan. 

Sementara nilai ibadah dalam esensi penghambaan kepada Allah SWT. ditinggalkan begitu saja. Wajar adanya, jika kekuatan face, atau mempertahankan diri atau dalam Islam disebut sebagai gharizah baqa' diaruskan pada hal-hal yang bukan prioritas. 

Misalnya dalam hal mempertahankan kepemilikan, materi atau sekedar nama baik secara pribadi. Gen Z melupakan prioritas utamanya, yakni sebagai agent of change dari segala bentuk keterpurukan yang kini melanda.

Kekuatan Generasi dalam Islam

Sistem Islam menetapkan bahwa manusia memiliki fitrah yang khas. Salah satunya khasiyatul insan, yakni sifat manusia secara manusiawi, yang bertujuan untuk memenuhi segala bentuk kebutuhan hidupnya, bukan sekedar tuntunan psikologi yang menetapkan manusia secara emosional. Namun, memberikan batasan pemenuhan kebutuhan sesuai tuntunan hukum syarak.

Hukum syarak pun memiliki kekuatan yang mengikat terhadap setiap muslim untuk bergerak dan membela kebenaran sesuai aturan hukum syarak. Dalam hal ini, sistem Islam dalam wadah khilafah menetapkan edukasi optimal dan efektif untuk mendidik generasi dengan asas akidah Islam. 

Sehingga gen Z mampu mengindera dengan shahih dan menempatkan diri sebagai agen perubahan. Gen Z pun mampu memposisikan akidah Islam sebagai satu-satunya pondasi kuat yang menjadi modal dasar pergerakan. 

Sistem Islam pun mengatur mekanisme cara mengingatkan penguasa, muhasabah lil hukkam dengan metode yang dicontohkan Rasulullah SAW. Edukasi yang sempurna terkait akidah Islam akan melahirkan generasi tangguh dengan pemikiran shahih. 

Terkait hal ini, mutlak dibutuhkan wadah pembinaan berupa partai politik yang optimal dalam konsistensinya dalam mengedukasi generasi tentang tsaqafah dan akidah Islam secara kontinyu. Pemahaman ini mampu melahirkan generasi yang tangguh membela yang haq dan menghancurkan kebatilan yang terjadi.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk." (QS. An-Nahl: 125).

Kisah masyhur dalam sejarah Islam tentang pemimpin para syuhada, yang juga merupakan paman Nabi SAW., Hamzah bin Abdul Muthalib. As Sayyidu as Syuhada.

Rasulullah SAW. bersabda: “Pemimpin para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthalib, dan seorang laki-laki yang berdiri di hadapan penguasa zalim, ia memerintahkannya (kepada kebaikan) dan melarangnya (dari keburukan), lalu ia dibunuh.” (HR. al-Hakim).

Keberanian Hamzah mestinya menjadi inspirasi bagi generasi muda. Kekuatannya mampu mengalahkan ketakutannya. Kekuatan generasi yang bergerak menuju jalan kebenaran menjadi satu langkah cerdas menuju perubahan hakiki. Yakni pergerakan yang mampu menumbangkan kezaliman dan menggantinya dengan sistem shahih yang amanah dan bijaksana.

Wallahu alam bisshawwab.


Oleh: Yuke Octavianty 
Forum Literasi Muslimah Bogor
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar