Topswara.com -- Baru-baru ini publik dikejutkan dengan sebuah kasus seorang ibu berinisial EN (34) yang ditemukan tewas gantung diri dan dua anaknya usia 9 tahun dan 11 bulan diduga diracun di sebuah rumah kontrakan di Banjaran, Kabupaten Bandung, Jumat (5/9).
Sang ibu dalam kondisi tergantung di tiang pintu, sedangkan dua anaknya ditemukan tergeletak tidak bernyawa di dalam rumah.
Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyampaikan bahwa kasus seorang ibu yang tewas bunuh diri usai meracuni dua anaknya di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, merupakan terkategori filisida maternal (antaranews.com, 8/9/2025).
Filisida adalah tindakan orang tua yang membunuh anaknya sendiri dalam keadaan sadar. Astaghfirullah, sungguh miris dan menyayat hati. Seorang ibu yang semestinya merupakan orang yang paling besar kasih sayangnya pada anak, justru membunuh kedua anak kandung nya sendiri.
Namun jika kita cermati, ketika seorang ibu membunuh anaknya sendiri, pasti ada yang menyebabkan kejiwaannya terganggu. Bisa berupa beban berat akibat persoalan ekonomi keluarga, persoalan rumah tangga, dan sebagainya.
Seperti kasus ini dimana tertulis sebuah surat jika ibu ini sudah tidak sanggup mengahadapi permasalahan yang terjadi dan tidak mau kedua anaknya juga ikut merasakan kesengsaraan hidup.
Ia bahkan rela masuk neraka karena telah membunuh kedua anaknya asalkan kedua anaknya ini sudah tenang dan tidak lagi hidup sengsara. Ya Allah sesak sekali rasanya dada ini mendengarnya.
Sungguh kasus filisida maternal ini, tidak bisa dilihat hanya dari aspek individu ibu yang dianggap hilang naluri keibuannya. Tidak pula hanya persoalan keluarga. Ada banyak faktor yang melatarbelakanginya, yang kompleks dan berjalin berkelindan sebagai suatu problematika sistemis. Ketika sistem ini sakit, dipastikan akan sakit pula siapa pun yang hidup di dalamnya.
Ya, sistem sakit ini adalah kapitalisme sekuler. Di mana sistem ini memisahkan peran agama dalam mengatur kehidupan. Wajar ketika begitu banyak individu yang rapuh keimanan nya, karena jauh dari aturan agama (Islam). Islam hanya dianggap agama pribadi yang mengatur urusan ritual semata.
Padahal Islam adalah agama sekaligus ideologi yang kaffah yang mengatur setiap aspek kehidupan. Termasuk bagaimana cara menjalankan peran sebagai seorang ibu.
Islam menjamin seorang ibu bahagia menjalankan fungsi keibuannya. Ia tidak dituntut mencari nafkah, bahkan dijamin nafkahnya melalui jalur suami dan para wali.
Selama hamil dan menyusui juga boleh tidak berpuasa sebagai perlindungan atas kesehatannya dan bayinya. Perempuan juga dimuliakan dalam kapasitasnya sebagai seorang ibu. Masya Allah.
Penguasa dalam Islam juga wajib untuk memastikan para ayah dan suami bisa bekerja mencari nafkah. Pendidikan dan kesehatan akan gratis sehingga beban kehidupan ibu akan menjadi ringan. Naluri keibuannya bisa berkembang sempurna dan ia jalankan juga secara sempurna.
Dengan demikian, seorang ibu untuk menjadi ibu yang sempurna dan bahagia, membutuhkan adanya sistem kehidupan yang mendukungnya. Sistem yang seperti ini hanya ada di dalam Islam yakni khilafah.[]
Oleh: Nita Nur Elipah
(Penulis Lepas)
0 Komentar