Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Bunuh Diri Bukan Sekadar Masalah Mental, Tetapi Masalah Sistem


Topswara.com -- Belakangan ini makin sering terdengar kabar tragis tentang bunuh diri. Salah satunya yang terjadi di Margahayu, Kabupaten Bandung. 

Seorang ibu muda yang punya dua anak nekat melakukan percobaan bunuh diri setelah suaminya terjerat utang judi online dan pinjaman online. (Balebandung.com, 18 September 2025).

Awalnya, judi online dan pinjol mungkin dianggap sebagai jalan cepat untuk keluar dari krisis keuangan rumah tangga, tetapi kenyataannya malah bikin beban hidup makin berat.

Ironisnya, ketika keluarga itu sedang terpuruk, aparatur setempat pun tak mampu banyak membantu. Seolah-olah persoalan ini dikembalikan lagi hanya pada kesabaran korban, atau sekadar diingatkan bahwa judol itu memang unfaedah. Padahal, kasus semacam ini jelas menunjukkan lemahnya pengaturan negara dalam mengurus rakyatnya.

Masalah seperti ini ternyata bukan kasus tunggal. Menurut laporan Detik Jabar pada 17 September 2025, para pakar juga menyoroti tragedi serupa di Banjaran, di mana tekanan sosial dan mental menjadi faktor kuat pendorong tindakan bunuh diri.

Pemerintah sendiri, lewat Kemenko PMK pada 17 September 2025, hanya menegaskan soal sinergi lintas sektor untuk mencegah kejadian serupa. Namun, sejauh ini upaya itu belum terbukti mampu menuntaskan akar masalahnya.

Kalau kita mau jujur, akar masalah yang dihadapi masyarakat hari ini ada pada jauhnya dari tuntunan agama akibat penerapan sistem sekuler.

Sistem ini melahirkan kesenjangan ekonomi yang sangat besar, membuat yang kaya makin kaya, sementara rakyat kecil makin tercekik. Akhirnya, banyak yang memilih jalan pintas, walau sebenarnya jalan itu justru menambah penderitaan.

Padahal, Islam punya solusi yang jelas dan pasti. Jika masyarakat dibangun dengan akidah Islam, mereka akan lebih kuat menghadapi kesulitan. Pemimpin pun seharusnya hadir sebagai pengurus rakyat, bukan sekadar penguasa. 

Seperti yang ditegaskan dalam hadis muttafaq 'alayh, setiap pemimpin bertanggung jawab atas rakyatnya. Seorang pemimpin yang dekat dan menyayangi rakyatnya semata karena Allah akan menjadikan kesejahteraan umat sebagai prioritas utama.

Maka, tragedi yang berulang ini seharusnya menyadarkan kita bahwa solusi hakiki bukan sekadar imbauan moral atau program-program tambal sulam. Hanya dengan kembali kepada Islam kaffah dalam naungan khilafah, umat bisa merasakan keadilan dan kesejahteraan yang nyata, sebagaimana pernah terbukti sepanjang sejarah.

Wallahu a'lam bishawab.


Oleh: Nilam Astriati 
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar