Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Menulis untuk Meninggikan Ilmu Allah


Topswara.com -- Coba jujur, Sob. Pernah enggak kita bikin sesuatu entah nulis, posting status, ngajar, atau ikut organisasi lalu diam-diam berharap, 

“Semoga yang like dan nge-share banyak ya, biar kelihatan keren.” Atau lebih parah lagi, “Kalau aku ikut kajian, siapa tahu bisa dekat sama si fulan, cakepnya enggak ketolong.” 

Nah, inilah penyakit hati yang sering enggak kita sadari, niatnya geser dari Allah ke makhluk. Padahal kata pepatah, geser dikit aja bisa nyemplung jurang.
Allah tuh udah wanti-wanti di Al-Qur’an dalam Al-Qur'an surah Al-Bayyinah ayat 5, 

"Padahal mereka tidak diperintah kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus." 

Lurus itu artinya enggak belok-belok. Kalau niatnya karena Allah, ya gaspol lurus. Jangan sambil nyempil-nyempil cari panggung.

Syaikh Ibnu Athaillah dalam Al-Hikam juga ngasih wejangan yang nusuk banget, “Amal yang keluar dari hati yang ikhlas itu laksana cahaya. Sedangkan amal yang penuh riya, hanyalah tubuh tanpa ruh.”

Aduh, kebayang enggak? Kita capek-capek nulis, ngajar, orasi, tetapi kalau niatnya buat dipuji, ya hasilnya kayak boneka pajangan (cantik dilihat, tetapi enggak hidup).

Orang kaya kalau ikhlas, sedekahnya bisa jadi tiket VVIP ke surga dan orang miskin kalau ikhlas, doa dan sabarnya bikin bumi dan langit ngiri. Inilah yang membuat kaya dan miskin sama-sama sukses dimata Allah SWT.

Terus gimana di dunia dakwah? Nah, ini penting. Banyak yang semangat berdakwah, tetapi salah niat. Mau populer, mau viral, mau jadi bintang kajian. Padahal, kata Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, dakwah itu harus li i’la’i kalimatillah (meninggikan kalimat Allah). 

Beliau tegas banget kalau dakwah dijadikan alat cari dunia, maka itu bukan dakwah, tetapi bisnis berkedok agama. Ngeri enggak sih? Jadi semacam "jualan pahala grosiran."

Sukses itu bukan soal berapa followers yang kita punya, berapa view konten kita, atau seberapa ramai pengajian kita. Sukses itu simpel, yaitu saat amalan kita diterima Allah atau enggak. Titik. 

Rasulullah SAW sendiri sudah ngingetin dalam hadis, “Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya” (HR. Bukhari-Muslim). 

Jadi kalau niatnya cuma cari cuan atau tepuk tangan, ya udah deh, dapetnya cuma itu. Pahala? Ya wassalam.

Mari kita tarik ke realita sehari-hari. Misalnya kita ngajar. Ada murid pinter banget kayak kalkulator jalan, ada juga murid yang tiap kali ditanya jawabnya, “semalam ketiduran bu guru, jadi belum belajar?” 

Kalau ikhlas, dua-duanya bikin senyum. Karena yang kita cari bukan nilai mereka, tetapi nilai kita di sisi Allah.

Atau dalam organisasi. Kadang kita rajin banget rapat, nyusun program, bikin proposal. Tetapi hati kecil ngomong, “kalau aku jadi pengurus, lumayan nih, bisa dikenal.” Wah, hati-hati, itu jebakan Batman. 

Ingat kata Ibnu Athaillah lagi, “amal yang tampak besar di mata manusia, bisa jadi kecil di sisi Allah, dan amal yang tampak kecil di mata manusia, bisa jadi besar di sisi Allah.”

Nah, yang bikin hidup jadi adem ayem itu kalau kita sadar bahwa kita enggak perlu repot mikirin penilaian manusia. Toh manusia gampang banget berubah mood. Hari ini muji, besok bisa nyinyir. Kalau Allah? Konsisten. Kalau kita ikhlas, insyaAllah Allah ridha.

Ikhlas juga bikin hidup hemat energi. Bayangin kalau kita hidupnya sibuk ngejar validasi orang. Setiap kali posting harus mikirin, “angle-nya udah oke belum? Caption-nya lucu enggak? Ada typo enggak? Kalau ada haters komen gimana?” Capek, Sob

Padahal kalau niatnya udah lurus ke Allah, semua jadi enteng. Mau like banyak atau enggak, bodo amat. Yang penting Allah tahu kita serius.

Analoginya gini, ikhlas itu kayak skincare paling ampuh. Dipakai atau nggak, efeknya nyata. Orang yang ikhlas hatinya adem, mukanya sering lebih berseri. Bukan karena glowing toner, tetapi karena cahaya amal. Tetapi kalau hatinya riya, sekalipun skincare jutaan, tetap kelihatan kusam.

Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani bahkan menekankan, perjuangan Islam enggak akan jalan kalau niatnya salah. Tujuan dakwah bukan jabatan, bukan popularitas, tapi tegaknya kalimat Allah. Jadi kalau ada yang berjuang tetapi lebih sibuk cari sponsor ketimbang tegakkan syariat, itu udah nyasar jauh. Kayak mau ke Mekkah, tapi naik pesawatnya ke Bali.

Jadi resep anti ribet hidup itu satu, yaitu ikhlas. Mau kaya, miskin, pinter, atau biasa aja, semua bisa sukses di hadapan Allah kalau hatinya lurus.

Coba deh mulai hari ini pasang niat yang jelas, menulis buat meninggikan ilmu Allah, ngajar buat cari ridha Allah, berorganisasi buat mengabdi ke Allah. Biarin orang mau bilang apa, mau komen apa. Ingat, manusia enggak punya surga buat ditawarin ke kita. Surga itu milik Allah, dan tiketnya ya ikhlas tadi.

Jadi, kalau ada yang tanya, “sukses itu apa sih?” Jawab aja santai,
“sukses itu ketika amal kita diterima Allah, bukan diterima manusia.” []


Oleh: Nabila Zidane 
(Jurnalis)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar