Topswara.com -- Dalam perjalanan hidup, manusia tidak pernah terlepas dari kesulitan. Ada yang diuji dengan kesempitan rezeki, ada yang diuji dengan rasa sakit, ada pula yang diuji dengan masalah batin, kesedihan, dan kebingungan.
Namun, Islam mengajarkan bahwa kesulitan bukanlah akhir dari segalanya. Justru di balik kesempitan itu terdapat jalan kelapangan, terutama bagi mereka yang mau melapangkan jalan bagi orang lain.
Rasulullah ï·º bersabda: "Barang siapa yang melapangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, niscaya Allah akan melapangkan darinya satu kesusahan di hari kiamat. Barang siapa yang memudahkan orang yang kesulitan, niscaya Allah akan memudahkan baginya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan selalu menolong seorang hamba, selama hamba itu menolong saudaranya." (HR. Muslim)
Hadis mulia ini adalah pegangan hidup. Ia mengajarkan bahwa hidup akan terasa lapang ketika kita melapangkan hidup orang lain.
1. Hakikat Kelapangan dalam Islam
Kelapangan bukan hanya soal harta. Ia bisa berupa: Kelapangan hati: memberi maaf, memahami orang lain, menghibur yang sedang gundah. Kelapangan waktu: menyediakan telinga untuk mendengarkan curhat, menemani orang yang kesepian, atau hadir di saat penting.
Kelapangan rezeki: membantu dengan harta, makanan, atau sekadar senyuman yang tulus. Kelapangan adalah cermin kasih sayang Allah yang dialirkan melalui tangan hamba-Nya. Semakin sering kita melapangkan, semakin luas pintu rahmat Allah yang terbuka untuk kita.
2. Mengapa Kita Harus Melapangkan Orang Lain?
Pertama, karena setiap orang membawa beban. Tidak ada manusia yang bebas dari masalah. Bisa jadi, senyum seseorang menutupi luka yang dalam. Dengan melapangkan, kita bisa menjadi cahaya kecil dalam gelapnya kehidupan orang lain.
Kedua, karena Allah menjanjikan balasan
Janji Allah jelas: “Siapa yang melapangkan, ia akan dilapangkan.” Balasan itu tidak hanya di akhirat, tetapi juga di dunia. Allah bukakan rezeki, dipermudah urusan, bahkan dihindarkan dari kesempitan batin.
Ketiga, karena hidup adalah saling menolong. Manusia diciptakan untuk saling membutuhkan. Tidak ada yang bisa hidup sendirian. Menolong orang lain sejatinya adalah menolong diri kita sendiri.
3. Buah dari Melapangkan
Hati yang tenang. Saat membantu, jiwa terasa ringan. Seakan ada energi positif yang Allah hadiahkan kepada kita.
Rezeki yang berkah. Sedekah dan kelapangan hati justru memperluas pintu rezeki. Sebagaimana firman Allah: "Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya; dan Dialah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya." (QS. Saba’: 39)
Ditolong Allah di saat genting
Tidak ada yang tahu kapan kita jatuh dalam kesempitan. Namun, ketika kita terbiasa menolong orang lain, Allah akan hadirkan pertolongan-Nya dengan cara yang tidak pernah kita duga.
4. Cara Praktis Melapangkan Hidup Orang Lain
Pertama, dengan harta: menyantuni yatim, membantu yang berutang, membiayai pendidikan anak miskin.
Kedua, dengan tenaga: membantu tetangga saat kesusahan, mengantar orang sakit, atau membersihkan masjid.
Ketiga, dengan ilmu: mengajarkan satu ayat Al-Qur’an, menasihati dengan lembut, atau berbagi pengalaman hidup.
Keempat, dengan doa: mendoakan saudara Muslim, bahkan tanpa mereka ketahui. Doa malaikat akan kembali pada diri kita.
Kelima, dengan senyum dan ucapan baik: Rasulullah ï·º mengajarkan, senyum kepada saudaramu adalah sedekah.
5. Refleksi Kehidupan
Bayangkan bila setiap orang memilih untuk melapangkan, dunia akan menjadi tempat yang jauh lebih indah. Tidak ada lagi kesempitan yang menjerat sendiri-sendiri. Setiap kesulitan ditanggung bersama.
Namun, sering kali kita terjebak dalam sikap egois, merasa sibuk dengan diri sendiri, lupa bahwa di luar sana ada banyak orang yang menanti uluran tangan. Padahal, bisa jadi kelapangan hidup yang kita cari selama ini, justru tersimpan dalam kelapangan yang kita berikan kepada orang lain.
Penutup
Hidup ini singkat. Kesulitan akan datang dan pergi, tetapi kebaikan yang kita tanam akan tetap abadi. Maka, jangan pernah ragu untuk melapangkan jalan bagi orang lain. Karena janji Allah itu pasti:
"Lapangkanlah, maka engkau akan dilapangkan."
Semoga kita semua menjadi hamba-hamba Allah yang ringan tangan, luas hati, dan menjadi jalan kelapangan bagi banyak orang.
Oleh: Dr Nasrul Syarif M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo
0 Komentar