Topswara.com -- Tahun ini bangsa Indonesia memperingati 80 tahun kemerdekaan. Namun, perayaan ini justru terasa penuh ironi.
Sebab, di balik semaraknya peringatan hari bersejarah tersebut, kita menyaksikan berbagai persoalan yang menjerat kehidupan rakyat, terutama di bidang ekonomi dan ideologi. Kemerdekaan yang seharusnya menghadirkan kesejahteraan, justru berganti dengan beban yang semakin menghimpit rakyat.
Ekonomi yang Tercekik Kapitalisme
Di bidang ekonomi, rakyat menghadapi situasi yang kian sulit. Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) terus terjadi di berbagai sektor, mulai dari industri tekstil, manufaktur, hingga teknologi. Penghasilan masyarakat stagnan, bahkan banyak yang menurun drastis.
Sementara itu, kebutuhan hidup terus melonjak akibat kenaikan harga barang dan biaya hidup yang kian mahal.
Negara bukannya meringankan beban, justru menambah pungutan dengan berbagai pajak, retribusi, dan iuran.
Akibatnya, banyak keluarga yang terpaksa menguras tabungan demi bertahan hidup. Kondisi ini mengancam keberadaan kelas menengah yang sewaktu-waktu dapat jatuh ke jurang kemiskinan. Ironis sekali, negeri yang kaya raya dengan sumber daya alam, justru gagal menjamin kesejahteraan rakyatnya.
Sistem kapitalisme meniscayakan negara hanya menjadi pelayan kepentingan pemodal. Akibatnya, kekayaan negeri ini justru dikeruk oleh segelintir kapitalis, sementara rakyat banyak yang hidup serba kekurangan.
Penjajahan Pemikiran: Jauh dari Islam
Masalah bangsa ini bukan hanya dalam aspek ekonomi, tetapi juga ideologi. Generasi muda, yang seharusnya dipersiapkan menjadi pemimpin peradaban, justru diarahkan untuk memperkuat dominasi kapitalisme.
Mereka dijejali dengan ide-ide yang menjauhkan dari Islam, seperti deradikalisasi, Islam moderat, pluralisme, hingga dialog antaragama yang berlebihan.
Narasi semacam ini membuat umat semakin asing dengan ajaran agamanya sendiri. Mereka diarahkan untuk memandang Islam hanya sebatas ritual ibadah, bukan sebagai sistem kehidupan yang mengatur seluruh aspek, mulai dari politik, ekonomi, sosial, hingga hukum. Inilah bentuk penjajahan hakiki yang masih berlangsung, meski secara fisik bangsa ini telah merdeka.
Kemerdekaan Hakiki dalam Islam
Hakikat kemerdekaan bukan sekadar bebas dari penjajahan fisik, melainkan juga terbebas dari dominasi sistem kufur yang menindas. Kemerdekaan sejati terwujud ketika rakyat hidup sejahtera, kebutuhan pokoknya terpenuhi, dan umat Islam dapat berpikir serta beramal sesuai dengan syariat Allah SWT.
Sayangnya, selama sistem kapitalisme sekuler diterapkan, kemerdekaan hakiki mustahil terwujud. Sistem ini hanya memperkaya kapitalis dan menindas rakyat. Karena itu, satu-satunya jalan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat adalah dengan menerapkan sistem Islam secara kafah.
Islam Kaffah sebagai Solusi
Islam memiliki mekanisme jelas dalam mengelola negara dan ekonomi. Kekayaan alam yang menjadi kepemilikan umum, seperti minyak, gas, listrik, dan tambang, wajib dikelola negara dan hasilnya digunakan untuk kesejahteraan rakyat.
Negara menjamin kebutuhan dasar rakyat berupa sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan.
Negara juga berkewajiban membuka lapangan pekerjaan melalui industrialisasi dan memberikan tanah bagi rakyat yang mampu mengelolanya. Sementara fakir miskin dan orang yang tidak mampu, dijamin kehidupannya melalui baitulmal.
Allah SWT berfirman:
“…supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.” (QS. al-Hasyr: 7).
Ayat ini menegaskan bahwa Islam melarang harta hanya berputar di kalangan elit. Negara dalam Islam memastikan distribusi kekayaan berjalan adil dan menyejahterakan seluruh rakyat.
Selain itu, Islam kaffah juga menjaga pemikiran umat agar senantiasa lurus sesuai aturan syariat, sehingga umat hidup dalam ketaatan kepada Allah SWT. Dengan begitu, kemerdekaan tidak hanya tampak secara lahiriah, tetapi juga batiniah.
Perubahan Hakiki
Untuk meraih kemerdekaan hakiki, dibutuhkan aktivitas perubahan yang mendasar, bukan sekadar perubahan kosmetik. Fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat, meski menunjukkan adanya kegelisahan terhadap kondisi sekarang, belum menyentuh akar persoalan. Akar masalah sesungguhnya adalah keberadaan sistem kapitalisme itu sendiri.
Karena itu, dibutuhkan perjuangan yang dipimpin oleh jemaah dakwah Islam ideologis yang konsisten memperjuangkan perubahan hakiki, yaitu mengalihkan kehidupan dari sistem kufur menuju sistem Islam.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. ar-Ra’d: 11).
Ayat ini menegaskan bahwa perubahan hanya akan terjadi jika umat berjuang sungguh-sungguh untuk keluar dari sistem batil dan kembali kepada aturan Allah.
Khatimah
Delapan puluh tahun sudah bangsa ini merdeka, namun sejatinya masih jauh dari kemerdekaan hakiki. Rakyat masih miskin di negeri kaya, generasi dijajah pemikiran, dan syariat Allah terpinggirkan. Semua ini merupakan buah dari penerapan sistem kapitalisme sekuler.
Sudah saatnya bangsa ini kembali pada Islam kafah, yang terbukti mampu menyejahterakan rakyat dan menjaga kemurnian pemikiran umat. Dengan Islam, kemerdekaan hakiki akan benar-benar terwujud, yakni hidup sejahtera dalam ketaatan penuh kepada Allah SWT.
Oleh: Ema Darmawaty
Praktisi Pendidikan
0 Komentar