Topswara.com -- Bulan Agustus tahun ini diwarnai dengan fenomena unik yang terjadi di negeri ini. Menjelang peringatan kemerdekaan RI yang ke-80 masyarakat beramai-ramai mengibarkan bendera One Piece atau Jolly Roger di rumah maupun kendaraan mereka.
Serial anime Jepang ini menjadi simbol perlawanan lewat benderanya yang bergambar tengkorak dan tulang bersilang. Masyarakat secara kompak mengekspresikan rasa kecewa mereka lewat pengibaran bendera ini (tempo.co, 04/08/2025).
Seruan mengibarkan bendera bajak laut One Piece saat HUT RI ke-80 merupakan cerminan ekspresi kecewanya rakyat terhadap pemerintah. Namun hal ini di respons oleh istana lewat menteri sekretaris negara bahwa akan ditindak tegas jika digunakan untuk mengganti bendera merah putih (cnnindonesia.com, 04/08/2025).
Salah satu anggota DPR dari Fraksi Golkar, Firman Soebagyo menolak aksi ini. Menurutnya tindakan ini bisa berpotensi menjadi simbol pembangkangan terhadap negara karena bertepatan menjelang hari kemerdekaan Indonesia.
Ia juga menilai bahwa pengibaran bendera bajak laut ini dalam konteks umum menyebabkan provokasi dan bisa mengirim nilai-nilai kebangsaan (kompas.com, 01/08/2025).
Kapitalisme Melahirkan Kesenjangan Sosial
Aksi mayoritas masyarakat yang merasa bahwa hak yang harusnya mereka dapatkan tidak kunjung terpenuhi mengekspresikan diri lewat pengibaran bendera bajak laut.
Keadilan dan kesejahteraan yang ingin mereka rasakan karena secercah harapan lewat pergantian tampu kepemimpinan presiden ternyata bak pungguk merindukan bulan.
Hidup terasa makin sempit karena biaya kehidupan semakin tinggi. Pemutusan hubungan kerja merebak dimana-mana. Aturan baru seperti perampasan aset tanah rakyat oleh negara, pembekuan rekening nasabah bank, kenaikan pajak semakin menjadikan darah rakyat mendidih.
Gerakan pengibaran bendera ini harusnya tidak dipandang sebagai bentuk makar, melainkan simbol ekspresi atas kritik kepada negara. Sesungguhnya rakyat sangat mencintai negeri ini. Banyaknya kebijakan yang dibuat hanya untuk memperkaya para oligarki.
Cerita anime One Piece mencerminkan kondisi di Indonesia, di mana segelintir pejabat menikmati kekuasaan, sementara mayoritas rakyat tertindas. Sekadar untuk memenuhi sesuap nasi mereka harus memeras keringat.
Meski secara de fakto dan de juro Indonesia merdeka, tetapi rakyat belum merasakan kemerdekaan sejati dalam kehidupan mereka karena kebijakan yang condong ke kaum elite.
Undang-undang (UU) yang di sahkan pun cenderung berpihak kepada kaum oligargi. UU perampasan aset koruptor nyatanya tak kunjung dikemukakan Palu.
Bukan harta para koruptor yang di sita oleh negara justru malah harta rakyat yang tak berdosa. Sungguh memilukan peraturan dalam sistem demokrasi kapitalis.
Umat harusnya sadar bahwa akar permasalahan negeri ini adalah diterapkannya sistem kapitalisme sekuler. Penerapan sistem ini melahirkan kesenjangan sosial yang tajam. Si kaya makin jaya dan si miskin makin terpuruk.
Kezaliman secara struktural ini mirip dengan serial dalam anime One Piece. Serial ini menceritakan dunia yang penuh dengan korupsi dan penindasan. Kemiripan lakon inilah yang menjadikan ikon bendera One Piece sebagai bentuk perlawanan.
Islam Terbukti Menyejahterakan
Umat sudah saatnya sadar bahwa kembali kepada aturan Islam pastilah menyelamatkan. Karena ia berasal dari sang pencipta manusia yaitu Allah SWT.
Penerapan Islam secara kaffah akan menghindarkan manusia dari kemudharatan sistem kapitalisme. Islam diturunkan bukan sekadar ajaran spiritual, tetapi sebagai sistem hidup yang menjadikan umat Islam sebagai khairu ummah (umat terbaik) yang menegakkan keadilan dan menolak segala bentuk penindasan.
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab misalnya, beliau menjabat selama kurang lebih 10 tahun. Beliau menerapkan Islam dengan baik, dimana kaum Muslimin menikmati kemakmuran dan kesejahteraan sehingga tidak ditemukan orang miskin oleh Muadz bin Jabal di wilayah Yaman.
Bahkan hal ini berulang sampai beberapa tahun. Muadz saat itu bertugas sebagai pemungutan pajak di Yaman. Hal serupa juga terjadi pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Kesadaran rakyat yang mulai muncul karena kekecewaan terhadap pemerintah ini harus mengarah kepada perjuangan hakiki. Perjuangan pada perubahan sistem kapitalisme menuju penerapan sistem Islam di bawah naungan khilafah. Bukan sekadar simbolik, tetapi perlawanan yang terarah dan terukur melalui dakwah dan perubahan sistem. []
Oleh: Imro’atun Dwi P., S.Pd.
(Aktivis Muslimah di Bantul, DIY)
0 Komentar