Topswara.com -- Astaghfirullah, zaman sekarang makin edan. Yang waras justru makin langka. Ada yang terang-terangan ngakuin dosa, bukan buat tobat, tapi buat konten. Bongkar aib zina di podcast, ditonton jutaan orang, dapet adsense, dapet panggung, dan dapet gelar “Queen of Party”. Bukan queen, tetapi keblinger.
Generasi muda harus waspada, jangan tergoda cuan, tenar, dan viral kalau itu jalannya maksiat. Ingat, zina tetap dosa besar, walau seluruh dunia menormalisasikannya.
Kebenaran itu dari Allah, bukan dari trending YouTube. Sejak awal dalam surah Al-Baqarah ayat 2, Allah tegaskan, "Dzalikal kitaabu laa raiba fiih, hudal lil muttaqiin."
Kebenaran itu bukan dari views, tetapi dari wahyu. Lalu Allah membagi manusia jadi tiga, yaitu beriman, patuh pada Allah. Kafir, yang jelas-jelas menolak dan munafik, tahu salah tetapi tetap dilakukan, bahkan dibanggakan.
Zina bukan bahan konten. Apalagi sampai ada yang bilang, “Aku pernah ngebungkus dia.” Astaghfirullah.
Rasulullah SAW udah mengingatkan, "Semua umatku akan diampuni, kecuali mereka yang menampakkan dosa secara terang-terangan" (HR. Bukhari).
Negara pun seolah cuek. Padahal kalau dibiarkan, masyarakat bisa mikir, “Oh, curhat zina itu biasa ya? Bisa viral ya?” Ini bahaya! Yang iman tipis ikut-ikutan. Yang jomblo bisa kepancing. Yang labil jadi ikut rusak.
Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani dalam Nizham al-Islam mengatakan, “kalau masyarakat tak menjadikan wahyu sebagai standar, maka hawa nafsu akan mengambil alih.”
Bahkan sekarang, ada yang bangga jadi “Tukang bungkus laki-laki”. Na’udzubillah. Ini bukan cinta, tetapi perburuan syahwat.
Ingat firman Allah SWT, “Dan janganlah kamu mendekati zina. Sesungguhnya zina itu keji dan jalan yang buruk” (QS. Al-Isra’: 32).
Solusinya? Jangan cuma nyinyir. Berikut langkahnya. Pertama, kembalikan standar benar-salah ke wahyu, bukan ke mic podcast atau selera penonton. Kedua, negara harus tegas melarang tayangan maksiat yang merusak akidah generasi beri sanksi dan diblokir jika perlu dan ketiga, bangun sistem Islam yang kaffah melalui institusi negara yang menegakkan Islam secara total, yaitu khilafah.
Syaikh Taqiyuddin juga berkata, “Yang menjaga manusia dari kekacauan adalah penerapan hukum Allah secara menyeluruh” (Muqaddimah ad-Dustur).
Kita memang bisa salah. Tetapi jangan pernah bangga dengan dosa. Zina itu bukan pencapaian, bukan prestasi yang layak dipamerkan.
Nabi SAW bersabda, “tidaklah perbuatan keji (zina) menyebar pada suatu kaum hingga mereka terang-terangan melakukannya, kecuali akan tersebar di tengah mereka penyakit yang belum pernah menimpa generasi sebelumnya”
(HR. Ibnu Majah).
Masyarakat juga wajib bersatu mencegah maksiat. Jangan biarkan budaya kufur tumbuh hanya karena diamnya umat.
Sebagaimana kata Syaikh Taqiyuddin, “masyarakat yang diam terhadap kemungkaran, akan mendekatkan diri pada kehancuran. Keburukan yang tak diingkari akan jadi budaya yang mengakar.” []
Oleh: Nabila Zidane
(Jurnalis)
0 Komentar