Topswara.com -- Aneh ya, orang diajak ngaji Islam kaffah, eh malah langsung mengelak, "Enggak usah ngurusin negara deh, Islam itu cukup di hati."
Padahal yang dibahas tuh soal syariat, hukum Allah, keadilan Islam berarti kan masuk ranah urusan hati juga. Lagian nih, kalau Islam cuma buat hati lalu kenapa Rasulullah SAW sampai mendirikan negara di Madinah? Nabi SAW itu bukan cuma guru ngaji, tetapi kepala negara juga, Sob.
Kita ini umat Islam kadang suka aneh. Syariat digambarkan buruk, seolah-olah kejam, keras, kolot. Padahal aturan Allah SWT itu justru untuk melindungi manusia, bukan nyusahin. Tetapi yang mengopinikan syariat buruk itu siapa? Bukan ulama. Bukan santri. Tetapi media sekuler, buzzer bayaran, dan yes, you name it, dialah pemerintah antek Barat yang takut banget kalau khilafah tegak.
Kenapa takut? Karena kalau khilafah berdiri, maka mereka enggak bisa lagi seenaknya nyolong uang rakyat. Enggak bisa memaksa rakyat bayar pajak buat nutupin utang negara yang dibikin sendiri. Enggak bisa jual pulau, tambang, sampai laut buat investor asing dan yang paling horor buat mereka adalah ketika umat Islam bersatu.
Bayangkan 1,8 miliar Muslim di berbagai penjuru belahan dunia bersatu di bawah satu pemimpin, satu bendera, satu visi Islam. Waduh! Kapitalis bisa masuk ICU, sekarat dan mati.
Padahal dulu, waktu Islam dipimpin oleh khilafah, kesejahteraan itu nyata, Sob. Coba ingat masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Beliau baru dua tahun memimpin, tapi zakat enggak ada yang mau nerima. Karena semua orang udah berkecukupan. Serius!
Sampai-sampai petugas zakat keliling sambil bilang, "Ada yang butuh zakat?" tetapi jawabannya nihil. Bandingkan dengan pejabat di sistem kapitalisme, bukannya sibuk bagi zakat, tetapi sibuk korupsi duit bansos, astaghfirullah kurang tega apa coba?
Kisah nyata juga ada dari masa Khalifah Harun ar-Rasyid. Kalau beliau bicara ke awan, katanya, "Hujanlah kamu di mana saja, hasilmu akan kembali ke negaraku."
Saking luas dan makmurnya wilayah kekuasaan khilafah waktu itu. Kesehatan gratis, pendidikan top, harga barang stabil, rakyat sejahtera, dan enggak ada yang kelaparan sambil ngemis di TikTok berharap dapat saweran ikan paus.
Terus, kenapa kita sekarang gak percaya sama solusi Islam? Karena sudah terlalu lama dicekokin propaganda. Mulai dari film, sinetron, iklan tv, kurikulum sekolah, propaganda berita pro kapitalis, sampai komentar netizen +62 di TikTok. Akhirnya, Islam kaffah dianggap ancaman.
Padahal Allah SWT sudah mengingatkan dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 208, “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan (kaffah), dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, dia musuh yang nyata bagimu.”
Nabi Muhammad SAW juga bersabda, "Sesungguhnya imam (khalifah) adalah perisai, di mana orang-orang akan berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya" (HR. Muslim).
Tuh kan, Islam enggak menyuruh kita jadi penonton. Tetapi jadi pelaku perubahan. Dakwah Islam kaffah itu bukan ekstrem, tapi justru bentuk cinta. Cinta pada Allah SWT, cinta pada Rasulullah SAW, dan cinta pada sesama manusia yang merindukan keadilan dan kesejahteraan.
Jadi Sobat, kalau diajak ngaji Islam kaffah, jangan buru-buru nyinyir. Dengerin dulu. Ngopi boleh, skeptis boleh, tetapi jangan anti duluan. Karena solusi sejati itu cuma ada di sistem yang dari Allah, bukan bikinan manusia.
Mau negeri aman, adil, sejahtera, enggak ribet, enggak banyak drama politik murahan? Jawabannya bukan ganti partai, tetapi ganti sistem. Bukan tambal sana-sini, tetapi kembali pada syariat Islam dalam naungan khilafah 'ala minhaj an-nubuwwah. Yuk ngaji lagi,
biar enggak jadi generasi yang kebanyakan komen, tetapi minim solusi. []
Oleh: Nabila Zidane
(Jurnalis)
0 Komentar