Topswara.com -- Kondisi Palestina masih terus membara. Sungguh, pergolakan perasaan dan pemikiran saling berkecamuk. Ribuan manusia dengan hati yang tulus merasakan kesedihan yang penuh duka menatap genosida yang terjadi di sana, meskipun mereka bukan seakidah hanya dengan dorongan ikatan kemanusiaan rela untuk berjuang demi kemerdekaan saudara muslim di Palestina.
Republica.co.id, (14/6/2025) Gerakan Global March to Gaza yang sedang berlangsung dari Al-Arish menuju gerbang Rafah menjadi sorotan dunia internasional sebagai bentuk estafet nurani kolektif yang menolak diam atas krisis kemanusiaan di Palestina.
Konvoi ini melibatkan ribuan orang dari berbagai negara. Mereka hadir bukan sebagai perwakilan diplomatik resmi, melainkan sebagai representasi moral dan kemanusiaan
Namun, sungguh disayangkan ketika para aktivis sampai di perbatasan Mesir yang mereka alami justru pemerintah Mesir mendeportasi puluhan aktivis yang berencana mengikuti konvoi kemanusiaan dengan tujuan melawan blokade Israel di Jalur Gaza (Kompas.tv, 12/6/2025).
Munculnya gerakan Global March To Gaza (GMTA) menunjukkan kemarahan umat yang sangat besar. Hal itu, menandakan bahwa tidak bisa berharap lagi kepada lembaga-lembaga internasional dan para penguasa hari ini. Tertahannya mereka di pintu Raffah justru makin menunjukkan bahwa gerakan kemanusiaan apapun tidak akan pernah bisa menyolusi masalah Gaza.
Justru adanya pintu penghalang terbesar yang berhasil dibangun penjajah di negeri-negeri kaum muslimin, yakni nasionalisme dan konsep negara bangsa.
Paham ini telah memupus hati nurani para penguasa muslim dan tentara mereka, hingga rela membiarkan saudaranya dibantai di hadapan mata bahkan ikut menjaga kepentingan pembantai hanya demi meraih keridaan negara adidaya yang menjadi tumpuan kekuasaan mereka yakni Amerika.
Nasionalisme Berbahaya
Umat Islam harus paham betapa bahayanya paham nasionalisme dan konsep negara bangsa, dilihat dari sisi pemikiran maupun sejarahnya. Keduanya justru digunakan musuh-musuh Islam untuk meruntuhkan khilafah dan melanggengkan penjajahan di negeri-negeri Islam.
Umat harus paham bahwa adanya sekat-sekat nasionalisme yang mengangkangi hari ini lahir dari ideologi kapitalisme. Ide ini menyasari seluruh sistem tatanan kehidupan menjadi monster kuat yang mendukung lahirnya oligarki. Dimana, yang menjadikan nilai tertinggi materialistik ekonomi dan pemisahan agama dari kehidupan.
Paham nasionalisme sejatinya datang dari barat. Justru, paham nasionalisme adalah warisan dari penjajahan kolonial, yang hanya memberikan dukungan dan tekanannya untuk kepentingan bangsa sendiri di atas bangsa lain.
Jelas, hal ini mencerminkan bagaimana kondisi di perbatasan Mesir dan Raffah, justru para aktivis di deportase oleh pemerintah Mesir sendiri, dan yang paling parah para tentara kaum muslimin sendiri yang mencegat saudaranya untuk masuk ke wilayah Raffah. Jelas hal tersebut, telah memperburuk genosida di Palestina.
Jika ditelisik lebih jauh, mengapa meskipun dengan di gelarnya gerakan Global March to Gaza masih saja tak membuka hari nurani para penguasa muslim hari ini, jawabannya adalah masih bercokolnya sikap nasionalisme dalam diri mereka.
Sejatinya, nasionalisme tidak mampu untuk menjadi jalur perjuangan atas kemerdekaan Palestina, justru paham ini sebagai dasar memecah persatuan umat Islam yang mengkerdilkan potensi umat Islam yang sesungguhnya sangat kuat dan besar.
Segala upaya yang telah di usahakan, atas kemerdekaan Palestina. Sayangnya usaha-usaha yang di lakukan tak ada satupun yang mampu menjadi solusi tuntas akan kemerdekaan Palestina. Sebab, solusi-solusi yang ditawarkan adalah solusi yang menjurus dari pandangan paham ideologi kapitalisme sekularisme.
Persoalan genosida yang terjadi di Palestina tentu bukan hanya urusan individu atau sebatas organisasi belaka. Persoalan ini adalah bersifat politik. Tentu, cara menyelesaikannya perlu menggunakan cara politik.
Umat Islam juga harus paham bahwa arah pergerakan mereka untuk menyolusi persoalan Palestina harus bersifat politik, yakni fokus membongkar sekat negara bangsa dan mewujudkan satu kepemimpinan politik Islam di dunia.
Untuk itu, urgen untuk mendukung dan bergabung dengan gerakan politik ideologis yang berjuang tanpa kenal sekat dan terbukti konsisten memperjuangkan tegaknya kepemimpinan politik Islam tersebut di berbagai tempat.
Persatuan Kepemimpinan Umat Islam
Makin terpuruknya kondisi Palestina adalah hasil dari tunduknya kaum muslimin dibawah bayang-bayang garis nasionalisme. Selain itu, menunjukkan bahwa umat islam tak bersatu lagi di bawah kepimpinan yang satu yakni dibawah payung khilafah Islamiah yang menjadi kekuatan umat Islam.
Jelas, genosida yang terjadi di Palestina adalah masalah perang ideologi, artinya perang melawan negara. Tentu, perang ini tak butuh negara yang menerapkan ideologi kufur seperti kapitalisme sekularisme saat ini. Perang ini membutuhkan negara yang berideologi Islam, yakni negara yang akan menerapkan aturan jihad atas seluruh negeri-negeri.
Maka, tegaknya negara Islam membutuhkan kesadaran yang sama di tengah umat. Dengan negara , umat yang besar ini akan memiliki satu kepemimpinan yang mempunyai potensi dahsyat.
Hampir 2 milyar jumlah kaum muslimin tersebar di seluruh dunia, tentu sangat mampu mengusir pendudukan yang dilakukan zionis yang jumlahnya tidak seberapa.
Untuk tegaknya negara Islam diperlukan adanya kelompok dakwah ideologis.
Sebagaimana perintah Allah Swt dalam firmanNya di Qs. Al Imran ayat 104 :
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى ٱلْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ ۚ وَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
Hadirnya kelompok ideologis ditengah umat menjalankan peransangat penting untuk menyadarkan umat urgensi menerapkan Islam secara kaffah/menyeluruh yang tidak hanya akan menyelesaikan penjajahan Zionis atas Palestina, tetapi juga ribuan permasalahan umat Islam lainnya di berbagai belahan dunia.
Wallahua'lam Bissawab.
Oleh: Rasyidah
Pegiat Literasi
0 Komentar