Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Iduladha, Haji, dan Derita Palestina

Topswara.com -- Rangkaian lduladha telah berlalu. Seluruh jamaah haji sudah melewati dan menyelesaikan semua prosesi haji. Umat Muslim dari berbagai negara yang berkumpul dan bersatu kini telah bersiap kembali ke negaranya masing-masing.

Mereka tentu berharap semua rangkaian manasik yang dilakukan akan diterima oleh Allah SWT. Sehingga mereka bisa mendapatkan predikat haji mabrur dan mabrurah. 

Begitu juga dengan kaum Muslim lain di berbagai penjuru dunia merayakan lduladha dengan suka-cita. Tetapi, bagaimana dengan kondisi kaum Muslim di Palestina?

Momen Iduladha semestinya tidak hanya dimaknai sebatas ritual belaka. Karena lduladha sejatinya memiliki nilai politis yang tidak bisa lepas dengan kondisi umat hari ini. Nilai itu adalah persatuan dan ukhuwah hakiki yang mestinya diperjuangkan umat Islam. 

Umat bisa bangkit dan memiliki kekuatan untuk membebaskan penderitaan kaum Muslim di berbagai negara terkhusus di Palestina.

Salah satu persoalan besar yang dihadapi umat Islam saat ini adalah berkaitan dengan nasib rakyat Palestina. Lebih dari 76 kali mereka melalui Iduladha di tengah kungkungan dan kekejaman penjajahan entitas Zionis, tanpa ada satu pun pihak yang mampu memberi pertolongan.

Iduladha kali ini juga harus mereka lewati di tengah upaya pembantaian dan serangan masif tentara Zionis yang didukung penuh oleh kekuatan negara adidaya, seperti Amerika. 

Ribuan nyawa telah menjadi korban di jalur Gaza, dan terus mengalami peningkatan. Penembakan juga dilakukan di pusat distribusi bantuan kemanusiaan telah menambah daftar panjang korban sipil. Jumlah korban jiwa warga Palestina di jalur Gaza yang dilanda perang telah mencapai 55.362 orang dengan 128.741 lainnya luka-luka.

Data tersebut dikeluarkan oleh Otoritas Kesehatan Gaza pada Minggu,15 Juni 2025 sejak konflik antara Palestina dan Israel memanas pada 7 Oktober 2023 (metrotvnews.com, 16/6/25).

Kondisi yang sangat miris. Rakyat Palestina seakan dikepung malaikat maut, seperti menunggu giliran untuk mati. Tidak ada tempat aman, termasuk di wilayah pengungsian. Mereka hidup di tengah reruntuhan dalam kondisi kelaparan dan kehausan. 

Bahkan ditengarai, pihak Zionis dan Amerika sengaja mengunakan bantuan makanan sebagai alat tekanan politik terhadap warga sipil Gaza hingga benar-benar memperburuk keadaan.

Semua penderitaan ini terjadi di hadapan mata miliyaran umat Islam di dunia, namun nyatanya para pemimpin mereka seakan menutup mata dan sebagian lain hanya sibuk bermain sandiwara. 

Mereka bersikap seakan marah, mengutuk, dan mengecam dengan kata-kata keras, tetapi tangan dan kaki mereka tetap diam di tempatnya, padahal mereka punya segala sumber daya, termasuk tentara yang bisa mereka kerahkan untuk menolong saudaranya dengan tindakan nyata.

Sungguh tangan dan kaki para penguasa muslim telah dibelenggu oleh nasionalisme sehingga tidak merasa urusan Palestina sebagai urusan mereka, sebaliknya malah menyibukkan diri dengan urusan internal negaranya. 

Nasionalisme telah menghalangi para penguasa Muslim untuk bergerak nyata membela Palestina dengan mengerahkan militer untuk jihad fisabilillah.

Tidak hanya menjangkiti para penguasa, nasionalisme juga mengubah pemahaman dan pemikiran umat Islam sehingga sebagian dari mereka tidak peduli terhadap penderitaan yang dialami saudara sesama muslim di Palestina.

Nasionalisme bukan berasal dari Islam dan bertentangan dengan Islam. Rasulullah SAW bersabda, “Bukan dari golongan kami orang-orang yang menyeru kepada asabiah (nasionalisme/sukuisme), orang yang berperang karena asabiah, dan orang-orang yang mati karena asabiah” (HR Abu Dawud). 

Oleh karenanya, umat Islam harus berlepas diri dari ide nasionalisme dan memandang persoalan Palestina sebagai persoalan bersama umat Islam.

Semestinya kita ingat pesan Rasulullah dalam pidatonya di Arafah saat haji Wada. Beliau bersabda, “Wahai manusia, sungguh darah dan harta kalian adalah suci bagi kalian, seperti sucinya hari ini, juga bulan ini, sampai datang masanya kalian menghadap Tuhan. Saat itu kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas segala perbuatan kalian.”

“Ingatlah baik-baik, janganlah kalian sekali-kali kembali pada kekafiran atau kesesatan sepeninggalku sehingga menjadikan kalian saling berkelahi satu sama lain.” Lalu sabdanya, “Wahai manusia, sesungguhnya segala hal yang berasal dari tradisi jahiliah telah dihapus di bawah dua telapak kakiku ini. Riba jahiliyah pun telah dilenyapkan.” 

Selain itu Rasulullah juga bersabda, “Wahai manusia, sesungguhnya telah aku tinggalkan untuk kalian dua perkara, yang menjadikan kalian tidak akan tersesat selama-lama jika kalian berpegang teguh pada keduanya. Itulah Kitabullah dan Sunah Rasul-Nya.”

Rasulullah SAW mengingatkan kita agar selalu siap menjaga darah dan harta kita, meninggalkan berbagai tradisi jahiliah, termasuk asabiah (nasionalisme) serta berpegang teguh pada tuntunan Al-Qur’an dan sunah. 

Dengan demikian, bagaimana bisa kita berdiam diri atas penderitaan kaum muslim Palestina hanya demi mempertahankan kepentingan bangsa yang merupakan seruan-seruan jahiliyah?
 
Iduladha merupakan momentum pembuktian atas kesiapan seorang hamba untuk mengorbankan diri demi meraih keridaan Allah. 

Caranya adalah dengan bersungguh-sungguh terlibat dalam upaya perjuangan menegakkan aturan Allah SWT (Al-Qur’an dan sunah) dengan dakwah pemikiran tanpa kekerasan sebagaimana yang Rasulullah SAW contohkan. 

Sehingga Daulah Khilafah tegak untuk menyatukan kaum Muslim seluruh dunia dengan persatuan yang satu komando. Kaum Muslim bisa berjihad mengenyahkan Zionis Israel laknatullah dari bumi Palestina. []


Oleh: Yoyoh Mardhiyah 
(Aktivis Muslimah di Bantul, DIY) 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar