Topswara.com -- Dunia hampir bisu atas penderitaan yang dialami warga Gaza. Setelah dua tahun mengalami pembantaian, para pemimpin negeri Islam belum berhenti dalam wacana mengecam Israel.
Semua menunjukkan keahliannya dalam beretorika. Bukannya Melakukan aksi nyata membela warga Gaza. Padahal nyatanya Gaza terus menangis, menanti sang pembela dan penyelamat.
Tercatat korban meninggal lebih dari 50.000 jiwa, luka lebih dari 118.000 jiwa, dan hari ini kelaparan akut melanda 2,4 juta penduduk Gaza.
Di manakah naluri umat manusia hari ini? Hingga tega melihat manusia lain tersiksa seolah tidak punya hak untuk hidup di bumi. Di mana pula para pemimpin negeri Islam yang selama ini mengaku umat Nabi Muhammad dan mengaku meneladani Rasulullah? Di mana posisi kita hari ini hingga Gaza terus merana tanpa uluran tangan?
Banyak postingan di media sosial yang menunjukkan beratnya kehidupan warga Gaza. Besarnya pengorbanan yang mereka berikan untuk tetap bertahan di tanahnya para Nabi. Mereka menjadi figur dan teladan terbaik hari ini dalam hal keberanian, perjuangan, dan kekuatan iman.
Sayangnya miliaran umat manusia ternyata belum mampu membebaskan jutaan penduduk Gaza dari genosida. Mereka yang mengaku penjaga perdamaian dunia pun dan pejuang hak asasi manusia kini seolah diam tidak berdaya menghentikan kekejaman Israel.
Israel dengan sombong memblokade semua arah menuju palestina baik udara, darat maupun laut. Baru-baru ini Israel mencegat kapal bantuan Kemanusiaan yang menuju Gaza. Greta Thunberg bersama 11 aktivis lainnya yang membawa kapal Madleen dikembalikan ke negaranya dan bantuan pun disita (cnn.com, 11/06/2025).
Greta akhirnya tiba di Swedia usai dideportasi Israel. Greta menyampaikan kepada media bahwa dia tidak takut ditangkap Israel, yang dia Takutkan justru diamnya manusia atas genosida.
Sehari setelah penangkapan aktivis kemanusiaan ini, berlangsung pula konvoi aktivis Afrika Utara melewati daratan untuk menunjukkan pada dunia kepedulian mereka atas muslim Gaza. Konvoi bertajuk Maghreb Resilience Convoy ini digagas oleh organisasi Coordination for Joint Action for Palestine.
Peserta berasal dari Tunisia, Aljazair, Maroko, dan Mauritania, yang telah menyelesaikan registrasi di pusat kota Tunis sebelum konvoi resmi diberangkatkan (tempo.co, 10/06/2025).
Aksi solidaritas yang dilakukan oleh para aktivis ini menunjukkan bahwa kebiadaban Israel sudah melampaui batas nalar dan diamnya pemimpin dunia dengan menyimpan tentaranya di barak-barak militer tanpa dukungan riil pada warga Gaza patut dicela.
Sebab hakikatnya mereka punya kekuatan. Hanya saja kekuatan ini terbelenggu oleh sekat negara bangsa atau terbelenggu oleh ketakutan mereka sendiri.
Umat Islam tidak boleh berharap kepada para pemimpin negara-negara Barat, Eropa, dan Amerika. Sebab mereka memang tercatat dalam sejarah sebagai musuh Islam yang telah mengobarkan perang salib, memecah Daulah Utsmani hingga menjadi negeri-negeri kecil atas nama nasinalisme, bahkan mereka lah yang membunuh khilafah Islam sang pelindung umat.
Bahkan hingga detik ini Amerika terus mengirimkan bantuan militer kepada Israel untuk melakukan genosida. Parahnya, pemimpin negeri-negeri Islam seolah takut dan malu untuk membantu muslim Gaza. Ini semua menjadi bukti bahwa umat Islam tidak bisa berharap kepada dunia dan pemimpin negeri-negeri Islam hari ini.
Umat Islam hakikatnya bersaudara dan satu tubuh. Hanya saja rasa persaudaraan ini telah hilang akibat sekat negara bangsa yang dipaksakan oleh penjajah. Hasilnya penjajahan semakin bercokol di berbagai negeri Islam tanpa ada penolong.
Umat Islam harus menyadari bahwa satu-satunya yang akan mampu dan berani mengirimkan tentara membebaskan Palestina hanyalah khilafah. Khilafah menjadi pelindung umat dan menegakkannya disebut sebagai mahkota kewajiban. Tanpa khilafah penderitaan rakyat Palestina akan terus mengisi sejarah hidup manusia.
Keteguhan Muslim Gaza patut diteladani umat ini dalam mewujudkan persatuan umat. Umat Islam adalah umat yang satu. Rasulullah wafat dengan mewariskan sistem pemerintahan yang syar'i yaitu khilafah.
Bahkan khilafah tercatat pernah eksis selama tiga belas abad. Mengembalikan kepemimpinan umat dibawah naungan khilafah menjadi kebutuhan mendesak dalam upaya menghentikan genosida Israel atas Muslim Gaza.
Allah SWT berfirman:
"Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai bagi mereka, dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik" (QS. an-Nuur : 55). []
Oleh: Nurjannah S.
(Aktivis Muslimah)
0 Komentar