Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tantangan Mempertahankan Peran dalam Keluarga dan Budaya Populer

Topswara.com -- Konsultan Keluarga dan Konselor, Prof Madya Letnan Kolonel (Purn.) Dr. Ruziah Ibrahim, menyatakan bahwa mempertahankan peran dalam institusi keluarga dan budaya populer merupakan dua tantangan utama yang menjadi akar dari munculnya berbagai tantangan lainnya.

“Jadi mempertahankan peran itu sangat menantang. Bagaimana cara mempertahankannya?,"ungkapnya dalam Forum Muslimah Ideal bertajuk Seni Membentuk Generasi Pemimpin di Putrajaya, Ahad (27/4/2025).

Menurutnya berdasarkan kajian-kajian yang telah dilakukan. Dua tantangan ini. Yakni mempertahankan peran dalam keluarga dan budaya populer menjadi ‘ibu’, dari semua tantangan lainnya. Seperti tantangan ekonomi, kelelahan ekstrem (burnout), tantangan sosial, dan tantangan sistem.

Mengenai peran dalam institusi keluarga, ia menjelaskan bahwa tantangan utamanya adalah memastikan bahwa suami (ayah), istri (ibu), dan anak-anak menjalankan peran masing-masing.

"Karena kadang-kadang pemimpinnya tidak ada, atau ada tapi seperti tidak ada, atau kita berpura-pura tidak mengakui keberadaannya dan ingin menguasai peran pemimpin. Akibatnya, peran-peran itu menjadi kacau balau. Inilah tantangan utama yang membuat kita tidak mampu menjalankan tugas secara signifikan,” jelasnya.

Ia menambahkan, disfungsi dalam menjalankan peran akan mengakibatkan kekacauan dan mengganggu kestabilan fungsi keluarga, bahkan dapat memicu tantangan-tantangan lainnya.

“Karena jika ketua, anggota, dan wakil ketua tidak menjalankan peran dengan benar, maka tantangan ekonomi akan muncul, kelelahan ekstrem terjadi, dan tantangan sosial pun tidak terhindarkan,” tambahnya.

Terkait tantangan budaya populer, beliau menjelaskan bahwa budaya populer dipandang sebagai sesuatu yang lumrah atau hal yang digemari pada zaman tertentu.

“Tantangan budaya populer ini muncul karena budaya ini menjadi kebiasaan, sesuatu yang kita sukai, menyenangkan, dan dilakukan oleh banyak orang pada masanya,” katanya.

Lebih lanjut, ia menyebut bahwa budaya populer yang paling menonjol saat ini adalah penggunaan internet yang melalaikan. 

“Budaya populer yang paling menonjol saat ini adalah penggunaan internet. Kajian menunjukkan bahwa masyarakat Malaysia berusia 16–64 tahun menggunakan internet rata-rata selama 8 jam sehari. Yang paling parah, kajian tahun 2022 menunjukkan bahwa anak-anak sudah mulai menggunakan gawai sejak usia 3 tahun dan 78 persen orang tua mengizinkannya tanpa pengawasan,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa internet saat ini paling banyak digunakan untuk WhatsApp, diikuti oleh TikTok dan Facebook, dengan kebiasaan seperti scrolling tanpa tujuan. 

Menurutnya, tantangan dari budaya populer ini sangat berisiko terutama bagi anak-anak yang mengakses konten tanpa pengawasan.

“Lebih dari separuh anak-anak di Malaysia menggunakan internet sendirian tanpa bimbingan karena ibunya sibuk memasak atau juga sedang scrolling,” ungkapnya.

Sebelum mengakhiri sesi pertama forum tersebut, beliau menyampaikan keprihatinannya dan menekankan pentingnya kepedulian terhadap tantangan semacam ini karena dampaknya yang buruk terhadap generasi muda saat ini.

“Kita harus peka terhadap hal ini. Kenapa? Karena saya khawatir budaya populer ini, terutama dari tontonan Netflix dan film, akan memberikan dampak buruk terhadap anak-anak generasi masa kini,” pungkasnya. [] Rahmah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar