Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Mendidik Anak Zaman Sekarang Lebih Sulit Tanpa Sistem Pendukung

Topswara.com -- Aktivis Muslim Malaysia Puan Noraishah Ishak menyatakan bahwa mendidik anak-anak di dunia saat ini lebih menantang karena tiadanya sistem pendukung (support system) dibandingkan dengan zaman ibu-ibu terdahulu.

"Kalau kita lihat kehidupan kita sekarang, kehidupan di mana kita hidup di era di mana tatanan agama dipisahkan dari kehidupan. Ketika agama dipisahkan dari kehidupan, jadi era kita sekarang, kita hidup di era yang penuh fitnah, penuh hawa nafsu, penuh keraguan. Kalau kita mau bicara tantangan, tantangan kita lebih besar lagi karena kita tidak punya support system itu. Nah di situlah, kalau kita lihat, kita harus berjuang keras. Kita harus bisa, kita harus berusaha lagi," ujarnya dalam Forum Muslimah Ideal bertajuk Seni Membentuk Generasi Pemimpin di Putrajaya, Ahad (27/4/2025).

Ia mengajak peserta untuk menengok peran perempuan terdahulu dalam pendidikan anak-anak, yaitu Huma Hatun, ibunda Sultan Muhammad al-Fateh, panglima yang membuka Kota Konstantinopel.

"Sejak lahir, ia selalu mengajak putranya ke sebuah tebing, di sana ia bisa melihat Kota Konstantinopel. Maka, setiap hari, sejak anak itu lahir, ia selalu berkata, 'Wahai anakku, itu adalah Kota Konstantinopel. Rasulullah SAW bersabda, suatu hari Konstantinopel akan dibuka oleh kekuatan Islam dan siapa pun yang membukanya adalah raja terbaik, dan pasukan yang membukanya adalah pasukan terbaik. Kau, anakku, adalah orang itu,'" paparnya.

Lanjutnya, Huma Hatun tidak hanya bicara saja, namun juga melakukan persiapan matang dalam mendidik anaknya.

"Beliau pun berikhtiar dalam mendidik anak, baik persiapannya, peralatannya, gurunya, semuanya dipikirkan semata-mata untuk menjamin terlaksananya ikhtiar merealisasikan ajaran Rasulullah," imbuhnya.

Ibu homeschooler ini juga mengajak peserta untuk menelusuri kisah perjalanan ibunda Imam Syafie, Fatimah binti Ubaidillah yang membesarkan anaknya seorang diri tanpa sosok ayah dan hidup dalam kemiskinan. 

"Yang menarik dari Fatimah adalah kesediaannya membawa putranya, Imam Syafie, dari Gaza ke Mekkah. Untuk apa? Agar anaknya bisa hafal Al-Qur'an. Itu yang kita dengar, Imam Syafie sudah hafal Al-Qur'an di usia tujuh tahun," jelasnya.

Ia mengatakan, kedua wanita itu hidup di era di mana kehidupan diatur oleh hukum Islam. Sultan Muhammad al-Fateh dan ibunya hidup pada masa Kekhalifahan Uthmaniyah. Imam Syafi'i dan ibunya hidup pada masa Kekhalifahan Abbasiyah.

"Di mana kita melihat, segala bentuk aktivitas kehidupan saat itu, segala sesuatunya akan diatur sebaik-baiknya oleh para pemimpin dan negara menuju kepada keridhaan Allah," ujarnya.

Lanjutnya, maka tidak heran jika mereka sudah terbiasa mendengar hadis Nabi Muhammad SAW yang menyebutkan, “Ibu adalah madrasah yang pertama dan utama, dan ayah adalah guru utamanya.”

"Hal ini tidak aneh. Dulu, dalam kondisi kehidupan seperti itu, semua harus lakukan. Ibu memang harus berperan. Begitulah cara berpikirnya," lanjutnya.

Terakhir, ia mengajak para peserta untuk berperan sebagai ibu sebagai pilar utama dalam pendidikan anak. 

"Kita perlu mengembalikan peran kita sebagai ibu, ibu dan ayah sebagai madrasah pertama dan utama bagi anak-anak," pungkasnya.[] Syamsiyah Jamil
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar