Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Memaksimalkan Sisa Waktu

Topswara.com -- Waktu adalah modal hidup. Bila waktunya habis berarti modal hidup sudah finish! Setuju?

Lalu bagaimana memaksimalkan waktu di sisa hidup? Sementara kita tidak punya garansi dan sama sekali tidak ada yang bisa memberi tahu kapan waktu kita berhenti. Kembali ke pangkuan Illahi.

Padahal, semua makhluk hidup ini di beri waktu yang sama. 24 jam sehari di dunia. Sedangkan barometer maklumat shabiqoh dari rentang waktu di dunia dan di akhirat sangat lah jauh berbeda. Bila 1 hari di akhirat sama dengan 1000 tahun lamanya di dunia. Andaikan manusia di tawarkan hidup di dunia sampai 1000 tahun, adakah yang mau?

Nah, akan tetapi banyak orang tak akan percaya tentang hal ini. Padahal, di sini akhirat kelak tempat kembali yang abadi untuk mempertanggung-jawabkan semua perbuatannya. Bahkan ada yang menolak tak percaya, “uh kayak yang sudah pernah ke sana saja,” katanya. 

Akhirnya banyak tingkah lakunya yang santai saja, urusan tanggung jawab akhirat bagaimana entar saja. Bahkan jika tak turut trendi dunia, tidak termasuk golongan mereka dan terhadapnya dikucilkan dunia milenial yang termakan gaya. Padahal Allah SWT menciptakan kita tidak untuk dan menjadi korban permainan dunia fana.(Q.S. Al-Mukminun:115)

Namun ini hanya untuk sebagian orang saja yang paham. Untuk apa mereka diciptakan hidup di dunia. Melalui perjuangan mendapatkan hidayah-Nya. Mereka segera kejar waktu sisa. Rindu ingin selalu bertemu dengan Rabb-Nya. 

Menempakan diri pada kajian Ilmu untuk mendampingi tiap langkahnya agar punya ruh lillah. Mereka ikhlas lelah, tidak memperhitungkan panasnya cuaca, harta, jarak tempuh, waktu bahkan rela menginfakkan diri dan waktunya untuk agamanya. 

Perasaannya yang sudah menghujam dalam dirinya ini mereka memilih Islam adalah agama yang benar. Berkat akidah Islam yang mengakar disertai tadabur Q.S. Al-Imran: 85, langsung maraton berselancar maksimalkan sisa waktu mengisi pundi pahala surga. Kenapa, ia sadar pahala tidak bisa di cek dengan mesin ATM atau mesin apa pun juga di dunia ini.

Selanjutnya, ia tancap gas lagi. Selain agar bisa di kata apabila seseorang itu sudah ber-Islam, yaitu sudah Shalat, mengaji, puasa sampai naik haji. Ia sadar itu tidak cukup. Ia ingin mengamalkan apa yang Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.(Q.S. Al-Baqarah : 208).

Dan bukan mengimani isi Al-Qur’an sebagian yang mengambilnya ibarat prasmanan yang dia suka diambilnya. Padahal mengimani sebagian isi Al-Qur’an sanksinya adalah mendapat siksa yang pedih. Di kehidupan yang sempit. (Q.S. Al-Baqarah: 2).

Tetapi, ketika akidah kuat sudah tertambat, begitulah rasa mencuat tak ada kata terlambat. Maka kesungguhan mengabdikan diri ingin beramal selalu ditancap. Agar perjalanan hidup di dunia ini lebih berarti. 

Dengan menyandarkan diri betapa gentingnya tugas hidup di dunia dengan rentang waktu yang kian jauh berbeda tadi. Hidupnya mulai ditata, ia akan berusaha menghabiskan tugas sesuai yang dituntunkan dalam Qur’an surat:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (Q.S. Aż-Żāriyāt : 56

Di benaknya tertancap yang terpenting baginya berusaha meraih amal terbaik di sisi-Nya. Amal yang baik dan benar dengan niatnya karena Allah dan caranya menurut aturan Allah. Sebagaimana tertera dalam Firman Allah SWT berikut:

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun. (Q.S. Al-Mulk: 2).

Apabila seluruh muslim paham akan tugas dan tanggung jawab untuk apa hidup, dari mana dia berasal dan akan ke mana kelak setelah mati, inshaa Allah sepenuh jiwanya akan memampukan dirinya memikirkan kehidupan setelah kematian, memikirkan kehidupan akhirat yang abadan

Lalu memaksimalkan sisa waktunya, yakin jika waktu habis tetapi nanti masih mengalir kebahagiaan di kehidupan nan lapang karena amal shalihnya. Walaupun berganti alam dunia. 


Titin Hanggasari 
(Jurnalis)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar