Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Materialisme Bikin Si Miskin Jadi Sok Kaya

Topswara.com -- Gubernur Jabar Dedi Mulyadi memberi jawaban pedas ketika menanggapi kritik dari Aura Cinta, korban gusur Cikarang Bekasi. Cinta mengkritik kebijakan Dedi Mulyadi yang melarang study tour dan perpisahan sekolah.

Diketahui bahwa keluarga Aura Cinta menjadi salah satu korban gusur di Bekasi. Sempat disentil oleh KDM, "Ibu rumah saja gak punya, tinggal saja di bantaran sungai, tapi gaya hidup begini (tinggi) ini kan harus diubah rakyatnya" 

"Tapi saya demi anak gak apa-apa," jawab ibu Aura. Bahkan ibu Aura terang-terangan mengaku miskin. "Kenapa miskin gayanya kayak orang kaya? Orang miskin tuh prihatin membangun masa depan seluruh pengeluaran ditekan, digunakan untuk yang positif, bisnis, pengembangan diri," sahut Dedi Mulyadi (tribunnews.com, 26/4/2025). 

Yah begitulah kondisi generasi hari ini. Suatu hal yang sangat wajar jika banyak kita temui dalam sistem kapitalisme, masyarakat kelas bawah, menengah hingga atas, bahkan pejabat kelas elite, hidup dalam atmosfer materialistis. 

Kasus Aura Cinta vs KDM diatas ibarat gunung es, yang muncul dipermukaan hanya secuil. Padahal, jika pemerintah jeli melihat bagaimana hedonnya para generasi saat ini, wuah bagai buih di lautan yang terombang ambing disana sini alias banyak.

Lalu, apa itu materialistis?Materialistis merupakan sikap seseorang yang memandang bahwa kebahagian atau pencapaian seseorang hanya dari sisi materi. Sikap tersebut lahir dari penerapan sistem kapitalisme di dunia yang menjadikan kebebasan individu sebagai asasnya. 

Sistem ini memberi kebebasan manusia untuk memiliki harta serta menggunakan harta tersebut sesuai hawa nafsunya. Paham ini juga menolak cawe-cawe agama dalam kehidupan. Sehingga pengelolaan harta merupakan murni urusan per individu manusia. Mau halal ataukah haram sudah urusan pertanggungjawaban masing-masing.

Jadi Kang Dedi, kalau mau diubah itu bukan masyarakatnya saja, tapi lebih mendasar lagi, yaitu dari sistem pendidikannya dari sistem pendidikan sekuler ke sistem pendidikan Islam. 

Karena bagaimana mungkin Kang Dedi berharap bisa merubah masyarakat menjadi lebih pandai manajemen ekonomi jika sistem pendidikan sekulernya mengajari materialistis? Bagaimana bisa?

Pentingnya Sistem Pendidikan Islam

Dalam Islam, pendidikan dapat dimaknai sebagai proses manusia menuju ketakwaan sebagai hamba Allah SWT.

Islam memiliki sosok Rasulullah Muhammad Saw. sebagai teladan (role model) bagi seluruh peserta didik sebagaimana firman Allah Swt. dalam Al-Qur'an surah Al-Ahzab ayat 21,

“Sungguh pada diri Rasulullah SAW itu terdapat suri teladan yang baik.” 

Keberadaan sosok panutan (role model) inilah yang menjadi salah satu ciri pembeda pendidikan Islam dengan sistem pendidikan yang lain. Dalam sistem pendidikan Islam, yang menjadi dasar pemikirannya adalah akidah Islam. 

Tujuan utamanya adalah membangun generasi yang berkepribadian Islam, selain menguasai ilmu-ilmu kehidupan, seperti sains, teknologi, matematika, dan lain-lain. 

Jika pola pikir dan pola sikapnya sudah Islami, maka otomatis generasi akan mampu membangun orientasi hidup mereka dengan benar, yaitu  dalam rangka beribadah kepada Allah dan mencari keridaan-Nya semata, bukan demi pengakuan manusia ataupun materi seperti hasil didikan sistem sekuler saat ini.

Dengan kata lain, output pendidikan Islam akan melahirkan peserta didik yang kuat keimanannya dan mendalam pemikiran Islamnya (tafaqquh fiddin). Dampaknya (out come) ialah keterikatan peserta didik dengan syariat Islam. 

Sehingga cara pandang mereka terhadap kepemilikan harta pun akan berubah. Bahwa harta bukanlah tujuan hidup atau standar kebahagiaan. 

Harta tidak lain hanya sebagai sarana yang Allah SWT berikan untuk kita agar mampu menjalankan ibadah dengan sebaik-baiknya dan kekayaan yang sebenarnya adalah rasa kecukupan dalam hati.

Rasulullah pernah bersabda, “Wahai Abu Dzar, apakah engkau menyangka karena banyak harta orang menjadi kaya?” 

Saya (Abu Dzar) menjawab, “Ya, wahai Rasulullah.” 

Beliau bersabda, “Engkau menyangka karena harta sedikit orang menjadi miskin?” 

Saya (Abu Dzar) berkata, “Ya, wahai Rasulullah.” 

Beliau bersabda, “Sesungguhnya, kekayaan adalah kecukupan dalam hati. Kemiskinan adalah miskin hati” (HR. Hakim dan Ibnu Hibban).

Namun, Islam tidak melarang untuk menjadi kaya. Justru Islam memotivasi umatnya agar bekerja. Karena tangan diatas lebih baik dari tangan di bawah. 

Dengan harta, kita bisa menunaikan amanah dakwah, bisa menghadiri berbagai macam majelis taklim, bisa membeli pakaian syar'i demi bisa menutup aurat dengan sempurna, menafkahi keluarga, membayar zakat, bersedekah atau bahkan menunaikan umrah dan haji atau masih banyak lagi amalan-amalan berpahala lainnya sebagai bekal di dunia dan akhirat bukan sebagai tujuan di dunia semata.

Nabi SAW telah memperingatkan,

“Siapa saja yang menjadikan dunia sebagai tujuan utamanya, maka Allah akan membuat perkaranya berantakan, kemiskinan berada di depan kedua matanya, dan dunia tidaklah datang, kecuali yang telah ditentukan bagi dirinya saja. Siapa saja yang menjadikan akhirat (sebagai) niatnya, niscaya Allah akan memudahkan urusannya dan menjadikan rasa kecukupan tertanam dalam hatinya dan dunia akan mendatanginya dan dunia itu remeh” (HR. Ibnu Majah).

Dari terbentuknya pribadi-pribadi generasi yang beriman dan bertakwa itulah otomatis akan terbentuk masyarakat yang bertakwa pula atau yang biasa disebut sebagai masyarakat islami di mana di dalamnya akan senantiasa menyeru kepada amar makruf nahi mungkar dan tersebar luasnya dakwah Islam.

Oleh karena itu, demi terwujudnya generasi dan masyarakat Islami tentu saja butuh peran negara agar bisa mendidik generasi secara massal. []


Oleh: Nabila Zidane
(Jurnalis)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar