Topswara.com -- Kondisi Gaza hari ini benar-benar mengerikan. Blokade, pengeboman, dan penjajahan tak kunjung berakhir. Rakyat Gaza berada dalam situasi kelaparan massal.
Makanan tak tersedia, yang tersisa hanya pasta dan nasi dalam jumlah sangat sedikit, bahkan tidak cukup untuk memberi makan separuh penduduk. Satu-satunya pabrik roti yang masih berfungsi telah dihancurkan oleh serangan Zionis. Maka hilanglah harapan akan suplai makanan pokok.
Laporan terbaru dari World Food Programme (WFP) PBB menegaskan situasi yang makin genting. Dalam berita Antara yang dirilis pada 25 April 2025, disebutkan bahwa stok makanan WFP di Gaza telah habis karena perbatasan yang masih ditutup.
Dapur-dapur umum yang selama ini menjadi satu-satunya sumber makanan warga hanya mampu menjangkau separuh populasi dengan 25 persen dari kebutuhan harian. Dapur-dapur itu pun diperkirakan akan berhenti beroperasi dalam beberapa hari ke depan karena ketiadaan bahan makanan.
Fakta ini mempertegas bahwa Gaza berada di ambang kelaparan total akibat blokade dan agresi yang terus-menerus dilakukan oleh penjajah Zionis.
Harga-harga bahan makanan melonjak sangat tinggi. Namun, stok pun nyaris habis di pasar. Warga harus rela berdesak-desakan hanya untuk mendapatkan sedikit bahan makanan, itu pun jika masih ada. Ketersediaan air semakin menipis. Air bersih tak lagi mudah ditemukan. Gaza benar-benar berada dalam krisis kemanusiaan yang luar biasa parah.
Namun yang paling menyakitkan adalah kenyataan bahwa semua ini terus terjadi karena solusi yang Allah tetapkan atas penjajahan, yaitu jihad fi sabilillah, tidak kunjung dijalankan. Dalam surah Al-Baqarah ayat 190, Allah telah berfirman:
"Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas" (QS. Al-Baqarah: 190).
Ayat ini bukan sekadar perintah, melainkan solusi langsung dari Al-Khaliq atas kezaliman yang menimpa kaum muslimin. Sayangnya, solusi ini diabaikan. Penguasa-penguasa negeri muslim lebih memilih berkompromi dengan penjajah, bahkan menjalin normalisasi dan kerja sama dengan entitas Zionis.
Mereka menutup mata terhadap penderitaan saudara-saudara mereka di Gaza. Bantuan yang diberikan tak pernah cukup, dan tak pernah menyentuh akar permasalahan: penjajahan atas Palestina.
Inilah bentuk nyata dari pengkhianatan para penguasa terhadap umat. Mereka tidak berani menjalankan perintah jihad. Mereka tidak mau memobilisasi kekuatan militer negeri-negeri muslim untuk membebaskan Palestina. Mereka lebih takut kehilangan kekuasaan dan berani menghadapi umat daripada berperang melawan musuh Allah.
Solusi tuntas untuk Palestina tidak akan datang dari bantuan kemanusiaan semata. Tidak pula dari PBB, negara-negara Barat, atau konferensi internasional. Solusi tuntasnya hanya akan lahir dari tegaknya persatuan umat Islam di bawah kepemimpinan politik Islam, yaitu khilafah.
Dalam sistem khilafah, seluruh negeri muslim menjadi satu kesatuan, dan kekuatan militer umat akan digerakkan untuk membebaskan wilayah yang dijajah.
Inilah yang dahulu dilakukan Rasulullah saw. saat menghadapi konspirasi Yahudi di Madinah. Inilah juga yang dilakukan Sultan Shalahuddin al-Ayyubi dalam perang Hittin, saat pasukan kaum muslimin berhasil merebut kembali Baitul Maqdis dari cengkeraman salibis. Tidak ada jalan lain yang bisa membebaskan Palestina secara permanen selain jihad yang dipimpin oleh negara khilafah.
Maka, perjuangan hari ini bukan hanya soal mengangkat senjata, tetapi lebih awal dan lebih penting: bagaimana umat ini bersatu kembali dalam satu kepemimpinan Islam yang sah. Dan untuk itu, dibutuhkan dakwah yang serius, konsisten, dan bersifat ideologis. Dakwah yang tidak hanya menyuarakan kebaikan parsial, tetapi menyerukan perubahan total menuju sistem Islam yang kaffah.
Dakwah semacam ini tidak bisa dijalankan oleh individu-individu yang berjalan sendiri-sendiri. Dibutuhkan jamaah dakwah yang memiliki visi jelas, strategi matang, dan metode yang terikat dengan tuntunan wahyu. Jamaah dakwah ini harus istiqamah menyerukan jihad sebagai solusi penjajahan, dan khilafah sebagai institusi yang mewujudkannya.
Merekalah yang akan mengedukasi umat, membangkitkan kesadaran politik islam, dan mendorong umat untuk mengambil peran dalam perjuangan besar ini.
Gaza sedang menjerit. Darah para syuhada terus mengalir. Jeritan anak-anak yang kelaparan dan kehilangan orang tuanya tak boleh diabaikan. Ini bukan saatnya lagi kita hanya menangis dan mendoakan.
Sudah saatnya kita bekerja secara serius untuk menyongsong kebangkitan islam. Kita harus menuntaskan pengkhianatan para penguasa dan menghimpun kekuatan umat dalam sistem khilafah yang akan memimpin jihad membebaskan Palestina.
Jihad dan khilafah bukan sekadar impian. Ia adalah keniscayaan jika umat ini kembali pada Islam yang ideologis. Maka marilah kita menjadi bagian dari perjuangan ini, menjadi pelopor dakwah, pengusung perubahan, dan pendukung tegaknya sistem Islam yang akan menyelamatkan Gaza dan seluruh umat manusia dari cengkeraman kezaliman global.[]
Oleh: Mahrita Julia Hapsari
(Aktivis Muslimah Banua)
0 Komentar