Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kelaparan Massal di Gaza, Bukti Kebiadaban Zionis dan Lemahnya Dunia Islam

Topswara.com -- Hingga detik ini, genosida keji terus dilakukan oleh Zionis Israel terhadap kaum Muslim di Gaza. Tidak hanya menembaki warga sipil, mengebom rumah sakit, sekolah, dan tempat ibadah, Zionis juga dengan sangat biadab memblokade masuknya bantuan makanan. 

Lebih dari dua bulan rakyat Gaza dibiarkan kelaparan, tanpa pasokan pangan, air bersih, maupun obat-obatan. Mereka tidak hanya diserang secara fisik, tapi juga dilumpuhkan dengan cara paling keji dan tidak berperikemanusiaan.

PBB bahkan memperingatkan bahwa Palestina kini menghadapi risiko Nakba kedua. Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Wilayah Palestina, Lynn Hastings, menyampaikan bahwa lebih dari 75 persen penduduk Gaza telah terusir dari rumahnya, dan blokade yang diterapkan Israel telah menyebabkan krisis kemanusiaan besar-besaran (metrotvnews.com, 18/5/2025). 

Sementara itu, jumlah korban jiwa di Gaza telah melampaui 53 ribu orang, mayoritas perempuan dan anak-anak. Rumah sakit sudah tidak mampu lagi berfungsi akibat serangan bertubi-tubi dan kekurangan pasokan medis yang parah (cnbcindonesia.com, 18/5/2025, republika.co.id, 21/5/2025).

Yang lebih menyayat hati, para penguasa negeri-negeri Muslim pun belum juga menunjukkan langkah nyata untuk menghentikan penjajahan ini. Tidak ada pasukan yang dikirim, tidak ada mobilisasi kekuatan militer, bahkan sekadar memutuskan hubungan diplomatik pun enggan dilakukan. Padahal seruan jihad bergema dari berbagai penjuru dunia. 

Umat Islam di seluruh negeri menangis dan mendoakan kemenangan bagi saudara-saudaranya di Gaza. Namun seruan itu seakan masuk ke telinga yang tuli. Para penguasa Muslim tetap memilih jalan kompromi dan diplomasi yang sudah terbukti gagal membela Palestina selama puluhan tahun.

Lebih ironis lagi, Hamas mengungkap bahwa mereka pernah dijanjikan oleh utusan dari pemerintahan Trump bahwa jika sandera asal AS dibebaskan, maka blokade bantuan ke Gaza akan dibuka. 

Namun janji itu diingkari. Setelah sandera dilepas, bantuan tetap tidak masuk, dan rakyat Gaza terus dikepung dalam penderitaan (republika.co.id, 19/5/2025). Ini menjadi bukti nyata bahwa umat Islam tidak bisa berharap pada kekuatan asing yang justru menjadi bagian dari masalah.

Inilah fakta pahit yang harus disadari oleh umat Islam, saat ini kita tak punya pelindung sejati. Tak ada negara yang benar-benar menjalankan fungsi sebagai pelindung (junnah) dan perisai (ra’in) bagi umat. Padahal, dalam Islam, pelindung umat adalah negara khilafah. 

Khilafah adalah institusi yang bertanggung jawab secara syar’i untuk membela darah, harta, dan kehormatan kaum muslim. Khilafah tak akan tinggal diam menyaksikan darah kaum Muslim ditumpahkan, apalagi oleh musuh-musuh Allah seperti Zionis.

Sejarah membuktikan, bagaimana Khalifah Mu’tasim Billah pernah mengerahkan pasukan hanya karena satu muslimah diganggu kehormatannya oleh bangsa Romawi. Beliau memobilisasi seluruh kekuatan negara untuk membebaskan tawanan Muslimah itu. Sebuah teladan yang menunjukkan betapa khilafah adalah pelindung sejati umat.

Sayangnya, hari ini khilafah belum ada. Umat Islam terpecah dalam lebih dari 50 negara bangsa yang lemah dan tak punya keberanian menghadapi musuh Islam. Palestina dibiarkan berjuang sendiri. Gaza dibiarkan berdarah-darah. 

Padahal bila umat bersatu dalam satu kepemimpinan Islam, dalam institusi khilafah, kekuatan militer kaum Muslim akan menjadi sangat dahsyat dan mampu mengusir penjajah dari bumi Palestina.

Karena itulah, umat Islam tidak boleh terus larut dalam kesedihan. Umat harus bangkit dan menyadari bahwa solusi sejati bagi Palestina dan seluruh penderitaan umat Islam ada pada tegaknya kembali khilafah islamiah. Harus ada perjuangan serius untuk mengembalikan sistem yang telah dihancurkan lebih dari seabad lalu ini. 

Perjuangan ini bukan khayalan, karena telah ada partai Islam ideologis yang memimpinnya. Partai ini konsisten memperjuangkan tegaknya aturan Allah secara kaffah, dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam urusan jihad dan pembebasan wilayah kaum muslim dari penjajahan.

Oleh karena itu, kesadaran politik umat harus terus dibangun. Umat harus mulai meninggalkan ilusi solusi dari sistem kapitalisme sekuler. Umat harus berani menyambut perjuangan bersama partai Islam ideologis yang menjadikan khilafah sebagai jalan perubahan. 

Tanpa khilafah, umat akan terus menjadi bulan-bulanan penjajah. Tanpa khilafah, seruan jihad hanya akan menjadi gema tanpa arah. Namun dengan khilafah, umat akan memiliki kepemimpinan sejati yang siap berkorban, bukan hanya berdoa dan bersimpati.

Gaza hari ini memanggil. Palestina terus menjerit. Dan umat Islam harus menjawabnya bukan hanya dengan donasi, tapi dengan perjuangan nyata menuju tegaknya kembali khilafah Islamiyah. Karena hanya khilafah yang akan benar-benar membebaskan Alaqsha dan menorehkan kembali kemenangan Islam yang sejati. []


Oleh: Mahrita Julia Hapsari
(Aktivis Muslimah Banua)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar