Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kecurangan UTBK: Cermin Persaingan Tidak Sehat demi Keuntungan dan Status

Topswara.com -- Pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (UTBK SNBT) 2025 yang dimulai pada 23 April lalu, diwarnai dengan sejumlah kecurangan yang ditemukan oleh panitia. 

Eduart Wolok, Ketua Tim Penanggung Jawab Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) 2025, mengungkapkan dalam siaran live YouTube SNPMB pada (25/4/2025) bahwa terdapat 14 modus kecurangan yang berhasil diidentifikasi selama ujian berlangsung.

Modus kecurangan di antaranya 
remote desktop (mengakses komputer dari jarak jauh), kamera mikro yang disembunyikan di bagian tubuh, seperti di dalam behel gigi atau bahkan kuku, ikat pinggang dan kancing baju, hp di sepatu dan badan ataupun memilih lokasi UTBK yang jauh.

Eduart Wolok menegaskan bahwa pihaknya tidak akan menoleransi kecurangan dalam bentuk apapun. Peserta yang terbukti curang akan didiskualifikasi, dan bahkan bisa dikenakan blacklist yang membuat mereka tidak bisa mengikuti ujian di jalur seleksi mana pun di perguruan tinggi negeri (serambinews.com, 28/4/2025).

Miris sekali mengetahui fakta bahwa calon mahasiswa baru telah menjadi pelaku kecurangan sekaligus korban bobroknya sistem pendidikan sekuler yang selama ini membangun karakter mereka. Karena semuanya tidak instan, tetapi sudah tersistem dan berlangsung lama, yaitu sejak usia dini mereka telah dididik dengan sistem sekuler. 

Sistem ini sukses melahirkan individu-individu yang tidak bertakwa, tidak memahami batasan halal-haram, dan hanya bersikap liberal serta mengejar manfaat duniawi. Sistem pendidikan yang seharusnya mencetak manusia berkarakter mulia justru menjadi pabrik penghasil tenaga kerja yang siap bersaing tanpa nilai moral.

Alhasil, pada saat UTBK, mereka yang mengalami kesulitan secara akademik akan menghalalkan segala cara atau memilih jalan pintas dengan berbuat curang. Terlebih, ada kecanggihan teknologi yang memfasilitasi untuk bisa lolos seleksi masuk ke perguruan tinggi favorit, bergengsi dan dianggap mampu menjamin masa depan ekonomi.

Jadi, akar masalahnya bukan hanya sekedar masalah ketidakjujuran secara individu semata, namun persoalannya jauh lebih dalam, yakni diterapkannya sistem pendidikan sekuler yang melahirkan pemikiran kapitalisme.

Dalam sistem kapitalisme, nilai seseorang seringkali diukur dari pencapaian materi dan status sosial yang sebagian besar bergantung pada akses perguruan tinggi bergengsi. Selain itu, dalam kapitalisme, pendidikan diperlakukan sebagai komoditas yang diperjualbelikan sehingga orientasinya hanya materi. 

Lembaga bimbingan belajar mahal, jaringan koneksi elite dan bahkan praktik curang berbayar menjadi bukti nyata bagaimana kapitalisme mendorong ketimpangan dalam akses dan hasil pendidikan.

Oleh karena itu, maka kecurangan di UTBK bukan sekedar soal moral individu, melainkan cermin dari sistem yang menormalisasi persaingan tak sehat demi keuntungan dan status sekaligus menunjukkan wujud kelemahan sistem pendidikan sekuler dalam mencetak intelektualitas pelajar dan juga menunjukkan kegagalan membangun generasi berkarakter mulia dalam skala masal dan masif. 

Sebaliknya, sistem pendidikan sekuler justru sukses mencetak generasi berkarakter licik dan curang.

Generasi Sangat Butuh Sistem Pendidikan Islam

Oleh karena itu, generasi negeri ini sangat urgen membutuhkan hadirnya institusi politik yang menerapkan sistem pendidikan Islam beserta semua supra sistemnya, baik sistem ekonomi maupun sistem politiknya.

Khilafah selaku penguasa atau raa'in yang diamanahi memelihara rakyat akan bertanggung jawab penuh untuk membina dan membentuk kepribadian mulia warga negaranya. 

Dalam sistem khilafah, pendidikan diselenggarakan bukan untuk mengejar materi atau status semata, melainkan untuk menumbuhkan ketakwaan, kecintaan kepada kebenaran dan kepatuhan terhadap hukum syariat.

Negara wajib menyediakan fasilitas pendidikan gratis dan berkualitas tanpa diskriminasi, menghilangkan ketimpangan akses yang sering melahirkan kecurangan. 

Kurikulum Islam ditanamkan sejak dini, membentuk kesadaran tentang halal-haram serta menanamkan nilai amanah dan kejujuran. Kurikulumnya juga mampu mencetak generasi kepribadian Islam dalam skala besar dan massal. 

Dengan begitu, maka sistem ini dipastikan akan mampu melahirkan sosok-sosok generasi problem solver, memiliki tanggung jawab, berani menghadapi kegagalan, pantang berputus asa dalam beramal salih, dan menjadi sosok penggerak peradaban mulia yang memanusiakan manusia.

Selain pembinaan, sistem sanksi yang adil dan tegas diberlakukan untuk menjaga integritas masyarakat. Dengan demikian, hanya khilafah yang bisa mewujudkan sistem pendidikan dan sosial yang mencegah kecurangan. Bukan saja hanya dengan hukuman, tetapi dengan membentuk individu-individu berkarakter mulia.[]


Oleh: Nabila Zidane 
(Jurnalis)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar