Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Mereka yang Dicintai Allah Adalah Orang-Orang yang Bertakwa


Topswara.com -- Sobat. Orang-orang yang bertaqwa, mereka itu adalah makhluk yang paling mulia di sisi Allah. Orang-orang yang bertaqwa adalah kekasih-kekasih Allah dan mereka itu adalah wali-wali Allah. Orang-orang yang bertaqwa adalah kekasih Allah. Mereka adalah pemilik-pemilik aqidah yang lurus dan amal shalih. Mereka adalah pemilik aqidah yang selamat dari penghalang-penghalang syirik dan amal shalih yang selamat dari penghalang-penghalang bid’ah.

أَلَآ إِنَّ أَوۡلِيَآءَ ٱللَّهِ لَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَكَانُواْ يَتَّقُونَ  

62.  Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. 63.  (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.( QS. Yunus (10): 62-63)

Sobat. Di ayat ini, Allah mengarahkan perhatian kaum Muslimin agar mereka mempunyai kesadaran penuh, bahwa sesungguhnya wali-wali Allah, tidak akan merasakan kekhawatiran dan gundah hati.

Wali-wali Allah dalam ayat ini ialah orang-orang yang beriman dan bertakwa, sebagai sebutan bagi orang-orang yang membela agama Allah dan orang-orang yang menegakkan hukum-hukum-Nya di tengah-tengah masyarakat, dan sebagai lawan kata dari orang-orang yang memusuhi agama-Nya, seperti orang-orang musyrik dan orang kafir (lihat tafsir Surah al-Anam/6: 51-55).

Dikatakan tidak ada rasa takut bagi mereka, karena mereka yakin bahwa janji Allah pasti akan datang, dan pertolongan-Nya tentu akan tiba, serta petunjuk-Nya tentu membimbing mereka ke jalan yang lurus. Dan apabila ada bencana menimpa mereka, mereka tetap sabar menghadapi dan mengatasinya dengan penuh ketabahan dan tawakal kepada Allah. (lihat tafsir Surah al-Baqarah/2: 249).

Hati mereka tidak pula gundah, karena mereka telah meyakini dan rela bahwa segala sesuatu yang terjadi di bawah hukum-hukum Allah berada dalam genggaman-Nya. Mereka tidak gundah hati lantaran berpisah dengan dunia, dengan semua kenikmatan yang besar. Mereka tidak takut akan menerima azab Allah di hari pembalasan karena mereka dan seluruh sanubarinya telah dipasrahkan kepada kepentingan agama. Mereka tidak merasa kehilangan sesuatu apapun, karena telah mendapatkan petunjuk yang tak ternilai besarnya (lihat tafsir Surah al-Baqarah/2: 2 dan al-Anfal/8: 29).

Sobat. Allah menjelaskan siapa yang dimaksud dengan wali-wali Allah yang berbahagia itu dan apa sebabnya mereka demikian. 

Penjelasan yang didapat dalam ayat ini menunjukkan bahwa wali itu ialah orang-orang yang beriman dan bertakwa. Dimaksud beriman di sini ialah orang yang beriman kepada Allah, kepada malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada rasul-rasul-Nya, kepada hari akhir, segala kejadian yang baik dan yang buruk semuanya dari Allah, serta melaksanakan apa yang seharusnya dilakukan oleh orang-orang yang beriman. Sedang yang dimaksud dengan bertakwa ialah memelihara diri dari segala tindakan yang bertentangan dengan hukum-hukum Allah, baik hukum-hukum Allah yang mengatur tata alam semesta, ataupun hukum syara yang mengatur tata hidup manusia di dunia (lihat tafsir Surah al-Anfal/8: 10).

Sobat. Ketika Allah mengutus Nabi Muhammad SAW. Allah memperbanyak perintah-Nya kepada manusia agar bertaqwa.

Ya, dalam ajaran Islam, Allah mengutus Nabi Muhammad ﷺ untuk menyampaikan berbagai perintah-Nya kepada manusia agar mereka dapat hidup dalam ketaatan dan bertaqwa kepada-Nya. Perintah-perintah ini mencakup berbagai aspek kehidupan, mulai dari ibadah, muamalah (hubungan sosial dan ekonomi), akhlak, hingga tata cara berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Perintah untuk bertaqwa, atau bertakwa, merupakan salah satu inti ajaran Islam. Takwa adalah kesadaran dan kehati-hatian dalam menjalankan perintah Allah serta menjauhi larangan-Nya. Ini mencakup mengikuti ajaran agama dengan penuh keikhlasan, menjaga diri dari dosa dan perilaku yang tidak menyenangkan Allah, serta berusaha untuk memperbaiki diri secara batiniah maupun lahiriah.

Allah memerintahkan manusia untuk bertaqwa dalam Al-Quran dengan banyak cara, dan Nabi Muhammad ﷺ juga mengingatkan umatnya tentang pentingnya takwa dalam setiap kesempatan. Dengan bertaqwa, manusia diharapkan dapat hidup harmonis, damai, dan berbahagia di dunia serta memperoleh kebahagiaan abadi di akhirat.

Ciri-ciri orang-orang yang bertaqwa dalam Al-Qur'an dan Al-Hadits.

Dalam Al-Qur'an dan Al-Hadits, terdapat banyak penjelasan mengenai ciri-ciri orang-orang yang bertaqwa. Berikut adalah beberapa di antaranya:

1. Takwa dan Ketaatan kepada Allah: Orang-orang yang bertaqwa adalah mereka yang memiliki kesadaran yang tinggi akan keberadaan Allah dalam segala aspek kehidupan mereka. Mereka taat dalam menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.

2. Keteguhan Iman: Mereka memiliki keimanan yang kokoh dan tidak tergoyahkan. Meskipun dihadapkan pada cobaan dan ujian, iman mereka tetap teguh dan tidak berubah.

3. Kesalehan Amal: Orang-orang yang bertaqwa selalu berusaha untuk melakukan amal shaleh dan berbuat kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka peduli terhadap sesama, membantu yang membutuhkan, dan menjaga hubungan baik dengan orang lain.

4. Menghindari Dosa: Mereka menjauhi segala bentuk dosa dan maksiat. Mereka sadar akan akibat dosa dan berusaha untuk selalu menghindarinya.

5. Membaca Al-Qur'an dan Berzikir: Orang-orang yang bertaqwa senantiasa membaca Al-Qur'an dan berzikir untuk mengingat Allah. Mereka memperoleh ketenangan dan kedamaian dalam berzikir kepada-Nya.

6. Menjaga Lidah dan Tindakan: Mereka berhati-hati dalam perkataan dan tindakan mereka, menjaga agar tidak melukai perasaan orang lain atau melakukan kecurangan.

7. Sabar dan Syukur: Orang-orang yang bertaqwa mampu bersabar dalam menghadapi cobaan dan ujian, serta selalu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah.

8. Tawakkal: Mereka memiliki keyakinan yang kuat bahwa segala sesuatu terjadi dengan kehendak Allah, sehingga mereka berserah diri dan bertawakkal sepenuhnya kepada-Nya dalam segala hal.

Ciri-ciri ini mencerminkan sikap dan perilaku orang-orang yang hidup dalam bertaqwa sesuai dengan ajaran Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad ﷺ.

Allah SWT berfirman

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمۡۚ إِنَّ زَلۡزَلَةَ ٱلسَّاعَةِ شَيۡءٌ عَظِيمٞ  

“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat).” (QS. Al-Hajj (22): 1)

Sobat. Ayat ini mengimbau agar manusia mawas diri serta menjaga diri-nya dari azab Allah pada hari Kiamat dengan beriman dan bertakwa. Wahai manusia! Saatnya kamu menyimak pesan Allah, Bertakwalah kepada Tuhanmu dengan beriman dan melaksanakan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya; sungguh, meskipun kamu belum meng-alami, guncangan hari Kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar, menyebabkan manusia takut, panik dan tak tahu harus berbuat apa.

يَوۡمَ تَرَوۡنَهَا تَذۡهَلُ كُلُّ مُرۡضِعَةٍ عَمَّآ أَرۡضَعَتۡ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمۡلٍ حَمۡلَهَا وَتَرَى ٱلنَّاسَ سُكَٰرَىٰ وَمَا هُم بِسُكَٰرَىٰ وَلَٰكِنَّ عَذَابَ ٱللَّهِ شَدِيدٞ  

“(Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya.” (QS. Al-Hajj (22): 2)

Sobat. Ingatlah wahai manusia, pada hari ketika kamu melihatnya, goncangan dahsyat pada hari Kiamat itu, semua perempuan yang menyusui anaknya akan lalai terhadap anak yang disusuinya, karena terkejut dan panik; dan setiap perempuan yang hamil akan keguguran kandungannya, karena goncangan dahsyat itu; dan kamu melihat manusia dalam keadaan mabuk, seperti orang yang tidak sadar, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk tetapi azab Allah yang terjadi pada hari Kiamat itu sangat keras dirasakan oleh orang-orang kafir.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمۡ وَٱخۡشَوۡاْ يَوۡمٗا لَّا يَجۡزِي وَالِدٌ عَن وَلَدِهِۦ وَلَا مَوۡلُودٌ هُوَ جَازٍ عَن وَالِدِهِۦ شَيًۡٔاۚ إِنَّ وَعۡدَ ٱللَّهِ حَقّٞۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِٱللَّهِ ٱلۡغَرُورُ  

“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.” (QS. Luqman (31): 33)

Sobat. Ayat ini menerangkan sifat-sifat orang-orang musyrik dengan melukiskan mereka, "Apabila orang-orang musyrik penyembah patung dan pemuja dewa itu berlayar ke tengah lautan, tiba-tiba datang gelombang besar dan menghempaskan bahtera mereka ke kiri dan ke kanan, dan merasa bahwa mereka tidak akan selamat, bahkan akan mati ditelan gelombang, maka di saat itulah mereka kembali kepada fitrahnya, dengan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan setulus-tulusnya. Pada saat serupa itu mereka berkeyakinan bahwa tidak ada sesuatupun yang dapat menyelamatkan mereka kecuali Allah semata, seperti yang pernah dilakukan Fir'aun di saat-saat ia akan tenggelam di laut.

Setelah Allah menerima doa dan menyelamatkan mereka dari amukan gelombang itu, maka di antara mereka hanya sebagian saja yang tetap mengakui keesaan Allah, adapun yang lainnya kembali menyekutukan Tuhan. 

Pada akhir ayat ini, Allah menegaskan bahwa yang mengingkari ayat-ayat-Nya itu dan kembali mempersekutukan Tuhan ialah orang-orang yang dalam hidupnya penuh dengan tipu daya dan kebusukan, serta mengingkari nikmat Allah.

Pada ayat ini, Allah memerintahkan kepada manusia untuk melaksanakan perintah-perintah dan menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang. Tuhan yang telah menciptakan manusia dan menciptakan langit dan bumi dengan segala isinya untuk kepentingannya. Manusia hendaklah takut pada hari dimana terjadi malapetaka yang dahsyat, tidak seorang pun yang dapat menyelamatkan dirinya dari malapetaka itu. 

Pada waktu itu, seorang ayah tidak kuasa menolong anaknya, demikian pula seorang anak tidak dapat menolong bapaknya, karena segala urusan waktu itu berada di tangan Allah. Tiap-tiap orang bertanggung jawab terhadap segala perbuatan yang telah dilakukannya. Mereka memikul dosanya masing-masing. Hanya perbuatan baik yang telah dilakukannya selama hidup di dunia yang dapat menolong manusia dari malapetaka itu.

Allah memperingatkan bahwa janji-Nya membangkitkan manusia dari kubur adalah sesuatu yang benar-benar akan terjadi dan suatu kebenaran yang tidak dapat diragukan sedikit pun. Oleh karena itu, janganlah sekali-kali manusia tertipu oleh kesenangan hidup di dunia dan segala kenikmatan yang ada padanya, sehingga mereka berusaha dan menghabiskan seluruh waktu yang ada untuk memperoleh dan menikmati kesenangan-kesenangan duniawi. 

Akibatnya, tidak ada waktu lagi untuk beribadah kepada Allah, serta mengerjakan kebajikan dan amal saleh. Padahal kehidupan akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, kehidupan yang kekal dan lebih baik.

Demikian pula Allah memperingatkan manusia akan tipu daya setan, yang selalu mencari-cari kesempatan untuk memperdaya manusia. Setan itu menjadikan kehidupan dunia itu indah dalam pandangan matanya, sehingga mereka lupa kepada tugas yang dipikulkan Allah kepada mereka sebagai khalifatullah fil ardh (makhluk yang diberi-Nya tugas memakmurkan bumi).

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis  Buku Jalan Keshalihan dan Kesuksesan Sejati dan Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar