Topswara.com -- Riuh masyarakat menyambut kemerdekaan, berbagai atribut sudah terpasang sejak awal bulan Agustus 2025, masyarakat sibuk mempersiapkan menyambut kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 80 tahun.
Dari mulai pemasangan bendera hingga persiapan lomba, semua seakan dibuat sibuk seolah-olah hidup benar-benar sudah merdeka, padahal kenyataan pahit sedang dialami oleh negeri yang katanya merdeka ini. Apakah benar kemerdekaan itu ada?
Berbanding terbalik di negeri yang katanya merdeka, kondisi ekonomi kelas menengah di Indonesia tahun ini masih pontang panting, daya beli masyarakat lemah, dan cenderung habis untuk sekedar urusan sandang dan berbagai kebutuhan operasional harian, narasi pemerintah yang menyebut perekonomian Indonesia melejit, itu hanya sebuah narasi, terus tumbuh namun tidak mampu berkembang.
Seperti yang dialami oleh sejumlah pengusaha kecil menengah di kota Bandung dan sekitarnya, mereka harus memutar otak agar kehidupan bisa tercukupi, sekolah anak, kesehatan dan lain-lain, semua harus terpenuhi, tidak jarang mereka mencari tambahan pekerjaan bahkan hingga larut malam, namun tetap saja belum bisa mencukupi. (tirto.id, 07/08/2025)
Peringatan kemerdekaan RI diliputi dengan ironi, sejumlah masalah di tengah-tengah masyarakat kian rumit, ada banyak persoalan diberbagai bidang kehidupan. Dibidang ekonomi, PHK di mana-mana, penghasilan masyarakat stagnan.
Bahkan turun, sedangkan pengeluaran makin besar karena harga-harga melambung tinggi, juga banyaknya pungutan dari negara, pajak kendaraan, pajak bumi dan bangunan (PBB) dan lain sebagainya. Akibatnya masyarakat yang memiliki tabungan mulai menguras tabungannya untuk menambal biaya hidup sehari-hari.
Jika kondisi ini terus dibiarkan sangat rawan menjatuhkan warga kelas menengah kejurang kemiskinan, apalagi warga yang dengan kategori miskin, dengan pengahasilan yang jauh dari kata cukup, apakah negara peduli?
Mungkin dengan sedikit bantuan kebutuhan pokok ada, tetapi tidak tepat sasaran, bahkan tidak sedikit kasus mereka pengabdi negara justru korupsi dana bantuan. (beritasatu.com 12/08/2025)
Selain itu masih banyak penderitaan rakyat di negeri ini, pembajakan potensi generasi untuk mengokohkan kapitalisme, penanaman berbagai pemikiran rusak, seperti deradikalisasi, Islam moderat, dialog antar agama, dan lain-lain, yang menjauhkan umat dari pemikiran Islam. Pemikiran inilah yang menjajah umat hari ini, sehingga tidak bisa berfikir shahih.
Secara fisik mungkin sudah tidak dijajah, namun secara pemikiran masih sangat terjajah, juga belum terbebasnya dari segala bentuk intimidasi pemikiran sekular (memisahkan agama dari kehidupan).
Kemerdekaan nampak ketika umat muslim Islam dapat berpikir sesuai dengan Islam, menghamba sepenuhnya kepada Rabb alam semesta yaitu Allah SWT.
Kondisi ini merupakan akibat dari penerapan sistem sekularisme kapitalisme yang tidak berpihak pada kesejahteraan rakyat, tetapi malah melayani kepentingan kapitalis, akibatnya mereka para elit kapitalis makin kaya sedangkan rakyat makin miskin.
Islam memandang bahwa kemerdekaan yang sesungguhnya adalah dengan penerapan sistem Islam secara kaffah, karena itu merupakan solusi hakiki atas berbagai macam persoalan saat ini.
Sistem Islam mampu mensejahterakan rakyat dengan mengelola kepemilikan umum dan mengalokasikan hasilnya untuk kesejahteraan rakyat. Sehingga rakyat merasakan arti dari kemerdekaan yang sesungguhnya.
Negara menjamin kesejahteraan rakyat dengan memenuhi seluruh kebutuhan pokok rakyatnya. Negara juga melakukan industrialisasi dengan membuka lapangan pekerjaan bagi rakyat yang membutuhkan.
Wallahu'alam bishawab.
Oleh: Ade Siti Rohmah
Aktivis Muslimah
0 Komentar