Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Bahaya Dominasi Dollar AS

Topswara.com -- Rupiah melemah, ekonomi Indonesia jadi payah. Seiring meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran di Timur Tengah, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) terus melemah. Bila konflik ini terus berlanjut, dikhawatirkan akan muncul dampak berantai yang dapat mengguncang ekonomi Indonesia.

Sebenarnya, pelemahan angka rupiah yang semakin kuat ini mempunyai banyak faktor yang berpengaruh. Namun pengaruh paling utama ialah ketergantungan pada dollar sebagai mata uang dunia. Sejatinya, kondisi saat ini berasal dari imperialisme AS.

Dikutip dari Kompas.com (19/04/2024), harga berbagai macam barang di pasaran berpotensi meningkat seiring pelemahan nilai tukar rupiah, yang saat ini menembus Rp. 16.200 per dollar AS. Kenaikan harga barang ini juga akan berefek terhadap kenaikkan laju inflasi.

Pada akhirnya, dampak pelemahan rupiah akan diraksakan oleh berbagai pihak dan semakin menyulitkan kondisi ekonomi rakyat di berbagai aspek. Dalam hal ini konsumen terkonsekuensi menjadi korban. Tidak hanya itu, bahkan perputaran ekonomi pun bakal tersendat.

Tidak dapat dipungkiri bahwa persoalan ekonomi ini merupakan persoalan sistemik. Sejatinya, hal ini merupakan kekuatan semu karena didasari perjanjian. Saat ini diperlukan nilai tukar yang stabil untuk kelangsungan hidup manusia, sehingga persoalan ekonomi negara bahkan dunia yang naik turun akan aman.

Karena itu, dalam menghadapi ketidakpastian terkait dollar AS ini, diperlukan alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap dollar AS. Alternatif tersebut adalah dengan memakai stansar emas dan perak. 

Dalam pandangan Muhammad Ishak dari Forum Analisis dan Kajian Kebijakan untuk Transparansi Anggaran (FAKKTA), pengganti dollar AS tersebut haruslah dalam standar bentuk emas dan perak. Penggunaan mata uang kertas hanya akan mengulangi masalah yang ditimbulkan oleh dollar AS saat ini.

Maka uang emas dan perak memiliki nilai intrinsik yang ditentukan oleh dirinya sendiri, bukan ditentukan oleh pemerintah ataupun bank sentral yang mengeluarkannya. Mata uang tersebut juga akan terjaga dari inflasi.

Karena itu, menurut syariat Islam, mata uang yang harus dijadikan standar moneter oleh negara adalah mata uang emas dan perak yang ditunjang dengan sistem anti ribawi dan penimbunan uang. Sehingga sistem moneter menjadi stabil dan memberikan keuntungan bagi ekonomi domestik dan global.


Oleh: Nabila Andifa
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar