Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tiga Benteng Orang Mukmin

Topswara.com -- Sobat. Benteng orang-orang mukmin yang dapat mencegah gangguan syetan ada tiga yaitu: 1. Masjid. 2.Dzikrullah (Mengingat Allah) 3. Membaca Al-Qur'an.

Ya, dalam Islam, terdapat keyakinan bahwa ada beberapa benteng yang dapat membantu mencegah gangguan syaitan. Ketiga benteng yang Anda sebutkan adalah contoh-contoh dari benteng-benteng ini:

1. Masjid: Masjid adalah tempat ibadah bagi umat Islam. Di samping berfungsi sebagai tempat untuk shalat berjamaah dan ibadah lainnya, masjid juga dianggap sebagai tempat yang suci dan dilindungi dari gangguan setan.

2. Dzikrullah: Dzikrullah adalah mengingat Allah dengan berbagai bentuk zikir, seperti berzikir, berdoa, atau membaca tasbih. Dengan mengingat Allah secara terus-menerus, seseorang memperkuat hubungan spiritualnya dan membuatnya lebih tahan terhadap godaan setan.

3. Membaca Al-Qur'an: Al-Qur'an dianggap sebagai pedoman utama bagi umat Islam. Membaca, mempelajari, dan mengamalkan ajaran-ajaran Al-Qur'an merupakan cara untuk memperkuat iman dan menjauhkan diri dari pengaruh syaitan.

Dengan memperkuat ikatan spiritual dan keimanan melalui praktik-praktik seperti ini, umat Islam diyakini dapat melindungi diri mereka dari gangguan dan godaan syaitan.

Sobat. Hari yang paling baik adalah Jumat. Bulan yang paling baik adalah Ramadhan. Amal perbuatan yang paling baik adalah melaksanakan shalat fardhu tepat waktu. Demikian kata Ibnu Abbas.

Pernyataan tersebut merujuk pada keutamaan-keutamaan dalam agama Islam, yang sering diajarkan dan diyakini oleh umat Islam. Berikut penjelasan singkatnya:

1. Hari Jumat: Dalam Islam, Jumat dianggap sebagai hari yang istimewa karena pada hari itu terdapat shalat Jumat yang wajib bagi kaum laki-laki. Selain itu, terdapat keutamaan-keutamaan lainnya seperti waktu diterimanya doa, serta berbagai hadis yang menekankan pentingnya shalat Jumat.

2. Bulan Ramadhan: Bulan Ramadhan dianggap sebagai bulan yang paling mulia dalam Islam. Pada bulan ini umat Islam berpuasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari, meningkatkan ibadah dan kebaikan, serta memperbanyak membaca Al-Qur'an. Di bulan ini juga diturunkannya Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi umat manusia.

3. Melaksanakan Shalat Fardhu Tepat Waktu: Shalat fardhu adalah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim. Melaksanakan shalat fardhu tepat waktu menunjukkan ketaatan dan ketaqwaan kepada Allah. Hal ini penting dalam memperkuat hubungan spiritual dengan Sang Pencipta dan menjaga kedisiplinan dalam ibadah.

Pernyataan yang dikutip dari Ibnu Abbas tersebut menggarisbawahi pentingnya memperhatikan ketaatan dalam ibadah dan menjaga hubungan yang baik dengan Allah SWT.

Sobat. Ciri-ciri orang yang makrifat kepada Allah adalah: Pertama. Menepat panggilan Allah. Kedua. Hatinya selalu bersih. Ketiga. Amalnya selalu murni karena Allah SWT.

Ciri-ciri orang yang memiliki ma'rifat (pengenalan atau kesadaran yang mendalam) kepada Allah memang sering dibahas dalam tradisi spiritual Islam. Ciri-ciri yang Anda sebutkan merupakan gambaran umum dari karakteristik orang yang telah mencapai makrifat kepada Allah. Berikut adalah penjelasan singkat tentang masing-masing ciri tersebut:

1. Menepati Panggilan Allah: Orang yang memiliki makrifat kepada Allah akan selalu taat dan responsif terhadap panggilan-Nya. Mereka menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama dengan sungguh-sungguh, baik itu dalam hal ibadah, akhlak, maupun perilaku sehari-hari.

2. Hatinya Selalu Bersih: Kebersihan hati mencerminkan kesucian dan kedalaman hubungan spiritual seseorang dengan Allah. Orang yang memiliki makrifat kepada Allah akan menjaga hatinya dari segala bentuk penyimpangan, kedengkian, iri hati, dan sejenisnya. Mereka berusaha menjaga hati agar senantiasa terhubung dengan kebenaran dan ketulusan.

3. Amalnya Selalu Murni karena Allah SWT: Amal yang murni adalah amal yang dilakukan dengan niat yang tulus, tanpa mencari pujian atau imbalan dari manusia. Orang yang memiliki makrifat kepada Allah melakukan amal perbuatan semata-mata karena cinta dan ketakwaan kepada-Nya. Mereka tidak terpengaruh oleh kepentingan duniawi atau pujian manusia karena mereka sadar bahwa Allah-lah yang melihat dan menghargai setiap amal perbuatan.

Ciri-ciri ini merupakan manifestasi dari kesadaran yang mendalam akan kehadiran Allah dalam kehidupan seseorang. Orang yang mencapai makrifat kepada Allah akan mengalami transformasi spiritual yang mendalam, yang tercermin dalam sikap dan perilaku mereka sehari-hari.

Sobat. Selalu mencintai-Nya, hatinya selalu melihat kebenaran dan banyak beramal saleh. itulah cir-ciri orang yang makrifat kepada Allah menurut Dzun Nun al-Mishri.

Benar, pernyataan tersebut menggambarkan ciri-ciri orang yang memiliki makrifat (kesadaran atau pengenalan yang mendalam) kepada Allah, seperti yang disebutkan oleh Dzun Nun al-Misri, seorang sufi terkenal dalam tradisi Islam. Berikut adalah penjelasan singkat tentang ciri-ciri yang disebutkan:

1. Selalu Mencintai-Nya: Orang yang memiliki makrifat kepada Allah akan memiliki cinta yang mendalam dan tulus kepada-Nya. Cinta ini merupakan dorongan utama dalam setiap tindakan dan ibadah yang dilakukan oleh individu tersebut. Mereka merasa terikat oleh kasih sayang Allah dan mengalami kebahagiaan yang mendalam dalam hubungan spiritual dengan-Nya.

2. Hatinya Selalu Melihat Kebenaran: Individu yang memiliki makrifat kepada Allah memiliki pengertian yang dalam tentang kebenaran dan keadilan. Mereka melihat segala sesuatu dari perspektif ilahi dan mencari kebenaran dalam segala aspek kehidupan. Sikap ini mendorong mereka untuk selalu bertindak sesuai dengan nilai-nilai yang benar dan mulia.

3. Banyak Beramal Sholeh: Orang yang memiliki makrifat kepada Allah akan aktif dalam berbuat kebaikan dan amal sholeh. Mereka menyadari pentingnya amal perbuatan yang baik dalam memperkuat hubungan spiritual dengan Allah dan dalam memberikan manfaat bagi sesama manusia. Amal saleh yang dilakukan dengan tulus merupakan ekspresi dari cinta dan kesadaran spiritual yang mendalam.

Ciri-ciri ini mencerminkan keselarasan antara cinta kepada Allah, pemahaman akan kebenaran, dan praktik kebaikan dalam kehidupan seorang yang memiliki makrifat kepada-Nya. Ini menunjukkan bahwa makrifat kepada Allah tidak hanya merupakan pengetahuan teoritis, tetapi juga manifestasi dari kehidupan spiritual yang aktif dan berkelanjutan.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar