Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Hari Kemenangan yang Hakiki bagi Kaum Muslim

Topswara.com -- Ramadhan telah berakhir dan kaum Muslim merasakan kebahagiaan Idul Fitri sekaligus haru karena harus ditinggalkan bulan Ramadhan. Namun kaum muslimin masih dalam kondisi terpuruk, bahkan ada yang mengalami penindasan. Kehancuran yang terjadi di seluruh wilayah Gaza akibat serangan entitas Yahudi, memaksa kaum Muslim Gaza untuk merayakan Idul Fitri di bawah reruntuhan masjid. 

Fakta ini menunjukkan kepada kita bahwa kemenangan hakiki belum terwujud tengah-tengah umat. Kemenangan hakiki bagi kaum Muslim adalah tegaknya kehidupan Islam, melalui penerapan syariat Islam secara sempurna dalam sebuah institusi. 

Kehidupan Islam inilah yang akan menyelamatkan manusia dari berbagai malapetaka, membebaskan Muslim Palestina, Muslim Uighur dan Muslim Rohingya dari penjajahan kaum kafir laknatullah. 

Para pengemban dakwah seharusnya terus melayakkan diri untuk meraih kemenangan dari Allah SWT. Diantara yang dituntut dari seorang Mukmin, apalagi pengemban dakwah adalah pengorbanan di jalan Allah, yakni berkorban demi tegaknya agama Allah yaitu li i'lai li kalimatiLlah. 

Setelah Rasulullah SAW, para sahabat adalah generasi yang sangat memahami bahwa pengorbanan di jalan Allah adalah perwujudan dari cintanya yang sejati kepada Allah SWT. Sahabat Rasulullah SAW, Haram bin Milham, pernah terbusuk tombak di dalam sebuah peperangan. Tombak itu lalu dicabut dan darah pun mengucur dari tubuhnya. Akan tetapi, Haram bin Milham malah berkata:

"Demi Allah, aku beruntung !"
(HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad)

Generasi terdahulu telah memberi teladan kepada kita, bagaimana mereka merindukan bahkan menikmati pengorbanan di jalan Allah lebih daripada mencintai diri mereka sendiri. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita mempertaruhkan kehidupan kita di jalan Allah? 

Sungguh, terwujudnya daulah Islam di Madinah di masa lalu, telah menguras begitu banyak keringat, air mata bahkan darah kaum Muslim, menyita harta dan mengorbankan jiwa mereka. Karena itu, tegaknya kembali Islam yang kita cita-citakan, juga membutuhkan pengorbanan yang serupa dengan pengorbanan generasi Muslim pada masa lalu.

Jelaslah Islam sangat membutuhkan pengorbanan kita. Makin banyak kita berkorban, semakin dekat kita kepada kemenangan. Sebaliknya, semakin sedikit kita berkorban, semakin jauh pula umat Islam dalam meraih kemenangan. 

Oleh karena itu, para pengemban dakwah tidak boleh merasa cukup di dalam beramal dakwah, hanya karena mereka telah menjadi bagian dari sebuah jamaah dakwah, apalagi sampai menempatkan dakwah sebagai aktivitas sampingan setelah mereka melakukan banyak kemubahan di dalam hidupnya. 

Dakwah harus dijadikan sebagai poros hidup para pengemban dakwah. Dakwah bukan amalan pilihan, tetapi amalan wajib. Oleh karena itu, jangan sampai ada pengemban dakwah yang malah tidak lagi aktif berdakwah setelah lulus kuliah, setelah menikah, setelah punya anak, ataupun setelah disibukkan oleh kerja mencari nafkah atau berbisnis. Insya Allah pengorbanan di jalan dakwah akan menjadikan kehidupan kita mulia di hadapan Allah SWT.

Wallahu a'lam bishshawab.


Oleh: Sumariya
Anggota LISMA Bali
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar