Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Harga Kebutuhan Pokok Makin "Mencekik" Rakyat

Topswara.com -- Belum usai kesulitan yang di hadapi rakyat oleh kenaikan harga beras yang cukup melambung tinggi, kini di tambah oleh harga gula yang melangit, sungguh sekarang ekonomi rakyat semakin sulit. 

Dilansir dari CNN Indonesia, kementrian perdagangan (kemenenag) Isy Kasim mengungkapkan tentang kelangkaan gula. Kelangkaan tersebut terjadi karena pelaku usaha kesulitan mendapatkan stok gula dari impor dan harga yang tinggi. Jumat 19/4))

Ia menambahkan saat ini harga gula internasional sepertinya sudah turun. Namun, pasokan yang saat ini di impor di dapatkan menggunakan harga sebelum mengalami penurunan. Penyebab lainnya, saat ini pabrik gula juga belum melakukan penggilingan. Gula dari sejumlah toko ritel modern langka dalam benerapa waktu terakhir. 

Salah satu nya terjadi di Indomaret di kawasan Otista, Jakarta Timur. Salah satu petugas indomaret bercerita pasokan gula terakhir masuk ke toko yang di jaganya sejak seminggu sebelum lebaran lalu. 

Saat itu pasokan masuk sebanyak 2 karung gula berisi 20 kg. Harga gula beransur naik dari Rp 16 ribu menjadi Rp 17.500 per kg itu terjadi seminggu sebelum lebaran. Padahal banyak masyarakat yang mencari gula. 

Pada dasarnya lonjakan harga yang terjadi secara berulang bukan hanya sekedar masalah teknis. Seperti tingkat permintaan yang tinggi, ketersedian stok pangan dari segi produksi domestik maupun impor dan kelancaran distribusi maupun retail. Ternyata ada hal yang mendasar yang mempengarungi masalah teknis yaitu prinsip dasar ekonomi.

Perlu kita ketahui bahwa sistem ekonomi saat ini di pengaruhi oleh paradigma kapitalisme. Konsep ekonomi kapitalisme adalah adanya persaingan bebas sedangkan harga yang di bentuk oleh hukum permintaan dan penawaran. 

Maka dari prinsip pasar bebas di pandang bisa menghasilkan keseimbangan pada kehidupan masyarakat. bahkan beranggapan akan menghasilkan laba yang adil, harga barang yang stabil sampai tingkat pengangguran yang rendah.

Sistem ekonomi kapitalisme berprinsip meminimalisir peran negara, karena apabila negara turun tangan akan bisa menyingkirkan sektor swasta. Dampaknya memberikan peluang agar pasar dikuasai oleh satu produsen (monopoli) atau beberapa produsen (oligopoli). Lalu para pelaku kartel (penimbunan) dengan mudah mempermainkan harga sesuai keinginan mereka sekalipun stok barang-barang tersedia banyak. 

Seperti kenaikan gula mislanya, penguasa menganggap kenaikan harga yang kontinyu naik adalah hal yang biasa tapi melupakan aspek bahwa itu bisa menderitakan rakyat.

Sebagai masyarakat seharusnya tidak pasrah dan menormalisasi kenaikan harga-harga. Sebab kenaikan-kenaikan harga yang di anggap biasa justru menimbulkan bahaya bagi stabilitas ekonomi dan bangsa, efek buruknya bisa menyebabkan kekacauan dan krisis politik yang memakan korban jiwa sebagaimana yang sudah pernah terjadi sebelumnya. Maka hal ini wajar terjadi pada sistem ini, karena peran negara hanya sebagai regilator saja.

Berbeda dengan negara yang menerapkan sistem ekonomi Islam, negara berperan sebagai pengelola bukan sebagai regulator. Negara dalam Islam menjadikan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, individu per individu sebagai suatu kewajiban negara. 

Akan mewujudkan ketahanan pangan yang ditandai dengan adanya jaminan pemenuhan kebutuhan pangan serta kemandirian negara mengelola pangan dan harga pangan yang terjangkai oleh seluruh masyarakat. Dan menjamin agar mekanisme harga komoditas pertanian dan harga komoditas hasil industri pertanian berjalan secara transparan tanpa ada manipulasi. 

Negara akan membuat kebijakan yang dapat menjamin terciptanya harga yang wajar berdasarkan mekanisme permitaan dan penawaran. Aturan ini secara praktis akan di terapkan dalam sebuah negara yaitu khilafah.

Wallahu alam bishawwab.


Oleh: Rita Novita
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar