Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kekerasan Seksual pada Anak Kian Marak, Bukti Buruknya Penerapan Kapitalisme


Topswara.com -- Kekerasan seksual pada anak merupakan penyebab yang bersifat sistemis. Yang disebut sebagai penyebab selama ini pada hakikatnya adalah suatu akibat dari penerapan sistem kapitalisme isme, liberalisme, dan demokrasi yang merupakan anak-anak dari sekularisme. 

Nilai agama menjadi salah satu nilai yang sangat dijunjung tinggi di Indonesia, juga tata krama, norma, sopan santun yang kemudian diterapkan dalam bermasyarakat. Permasalahan mulai berdatangan Ketika nilai-nilai ini di tinggalkan.

Dunia ibarat panggung sandiwara, mulai dari drama korupsi sampai kekerasan seksual pada anak kian marak, seolah menjadi tontonan yang biasa. Anak berusia 15 tahun kasus pemerkosaan oleh 11 tersangka di Parimo dan salah satu tersangka adalah oknum anggota Polri berpangkat Inspektur Dua (04/06/2023).

Tidak tanggung-tanggung, Guspardi Gaus yang merupakan anggota DPR RI dari Fraksi PAN dengan tegas agar kasus ini ditindak tegas oknum-oknumnya, karena tidak mencerminkan apparat penegak hukum yang melindungi rakyatnya, justru melakukan perbuatan keji itu (liputan6, 06/06/2023).

Indonesia darurat kekerasan seksual terhadap anak, disampaikan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), mencatat sebanyak 9.588 kasus kekerasan seksual terhadap anak pada 2022 (cnnindonesia, 28/05/2023). 

Problematika dan penyebabnya tidak akan pernah usai, jika tidak menyentuh sampai ke akar masalahnya serta solusi apa yang digunakan untuk mengamputasi permasalahan ini.

Adapun kekerasan seksual pada anak memiliki faktor penyebab yang beragam. Mulai dari penerimaan informasi yang tidak tepat, contohnya tontonan senonoh, tarian-tarian yang mengumbar aurat, musik erotis, pergaulan. 

Selain itu ada pula faktor yang membuat kekerasan pada anak makin marak, Ketika hukum longgar terhadap pelaku (ada kompromi) sehingga tidak memberikan efek jera pada para pelaku dan sistem pendidikan yang diberikan jauh dari penerapan sistem pendidikan yang baik, yang berlandaskan pada pendidikan kidah dan syariah, sehingga mampu mencegah perbuatan keji.

Tidak bisa dipungkiri bahwa Indonesia merupakan negara yang memakai paham kapitalisme dalam semua lini kehidupan. Dimana kapitalisme hanya memikirkan bagaimana mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa melihat efek buruk dari penerapannya. 

Sepaket dengan kapitalisme, hedonisme dan liberalisme menjadi paket komplit yang tak terpisahkan. Maka sebuah hal yang wajar pada paham kapitalisme, kebebasan, keuntungan sebanyak-banyaknya menjadi ruhnya. Semua boleh dilakukan asal tidak merugikan (secara materi) maka akan terus dilaksanakan.

Media informasi yang dipasarkan oleh kapital bukan yang baik dikonsumsi oleh masyarakat, namun yang digandrungi oleh masyarakat. 

Tontonan yang vulgar (berbau pornografi), musik yang erotis, dan bacaan komik mengarah pada pornografi sengaja diproduksi, selama itu disukai masyarakat maka akan terus diproduksi besar-besaran, tanpa memikirkan dampak negatif pada individu masyarakat. 

Ditambah lagi sistem pendidikan di Indonesia yang hanya mencetak prestis nilai bukan moral, menjadi penyebab jauhnya norma pada diri masyarakat. Hasil dari semua ini, salah satunya meningkatnya angka kekerasan seksual pada anak. 

Islam adalah agama yang sempurna dengan solusi paripurna dalam menyelesaikan semua problematika kehidupan yang tidak habis-habisnya. Karena Islam hadir untuk menjadi penawar masalah manusia. 

Permasalahan kekerasan seksual pada anak harus dituntaskan sehingga tidak menyisakan trauma yang mendalam pada korban ke depannya dan bagi pelaku harus di tindak tegas sehingga tidak lagi mengulangi perbuatan bejatnya. Untuk itu, Islam mempunyai beberapa mekanisme yang bisa di terapkan, diantaranya:

Pertama, penjagaan individu (diri sendiri) harus dipastikan bertakwa. Salah satu penyebab utama dari kekerasan seksual pada anak adalah efek informasi yang negatif masuk dalam individu (tontonan pornografi, musik erotis dan bacaan yang vulgar) harus diputus, dijauhkan, dan diganti dengan memasukkan informasi positif ke individu. 

Mengkaji ilmu Islam dan men-support dengan ilmu lain sangat diutamakan. Ketakwaan individu akan mudah diwujudkan jika ditopang oleh masyarakat.

Kedua, masyarakat. Masyarakat di dalam sistem Islam bukan masyarakat yang abai dan hanya mementingkan kepentingan pribadi semata, namun masyarakat di dalam sistem Islam adalah masyarakat yang saling support dalam kebaikan dan ketakwaan. 

Mereka akan saling mengingatkan, saling mengontrol satu sama lain. Sampai bagaimana cara mengontrol, men-support pun diperhatikan didalam Islam bukan sembarang.

Ketiga, negara. Poin terpenting dan paling efektif dalam menjaga individu dan masyarakat tetap dalam syariat ialah negara. Negara mempunyai segalanya, negara mempunyai peran penting dalam menciptakan dan mensuasanakan masyarakat menjadi masyarakat islami. Mulai dari menciptakan, meregulasi peraturan hingga penerapan segala sistem Islam dalam kehidupan masyarakat. 

Negara akan memotong segala yang berbau maksiat dan yang mengarah kepada kemaksiatan, mulai dari tontonan, musik, dan lain-lain sangat diperhatikan. Jika ada negara tetangga akan mengimpor barang atau sejenisnya ia akan diseleksi ketat oleh negara. Hukum tegas diterapkan di dalam Islam, tidak tebang pilih atau pilih kasih.

Jika ketiga hal di atas sudah diterapkan secara sempurna, mustahil kita temui pelaku dan korban kejahatan akan terjadi. Namun semua itu tidak akan bisa dengan mulus terwujud jika kita hanya menjadi penonton semata, menjadi pengamat semata tanpa menjadi pelaku perubahan yang lebih baik. 

Maka sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain, salah satunya adalah orang yang mengajak pada perubahan hakiki, karena kejahatan akan terus terjadi jika tidak ada yang berusaha untuk menghentikannya, sembari memohon pertolongan Allah segera turun. Maka mari kita terus berjuang.


Oleh: Mimi Husni 
(Aktivis Muslimah)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar