Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Sigap Perbaiki Jalan Rusak, Bentuk Tanggung jawab atau Pencitraan?


Topswara.com -- Viral jalan rusak di Lampung, berawal dari unggahan TikTok Bimo Yudo Saputro @awbimaxreborn yang mengkritik dalam unggahan video yang berjudul, "Alasan Lampung Gak Maju-maju". Membuat orang nomor 1 di Indonesia ini turun gunung untuk mengecek kebenaran.

Presiden Joko Widodo mendatangi Lampung pada Jumat, 5 Mei 2023 untuk mengecek jalan yang rusak. Usai membuktikan jalan yang rusak maka presiden menyindir pemerintah daerah, bahwa jalan yang dilaluinya adalah jalan yang mulus yang membuatnya tertidur selama perjalanan.

Menanggapi hal ini gubernur Lampung Arinal Junaidi, justru menyalahkan para pengusaha yang memiliki kendaraan akuntan barat yang menyebabkan jalan rusak di Lampung. Kerusakan jalan memang sudah lama terjadi, untuk itu pemerintah pusat akan mengucurkan dana kurang lebih Rp 800 miliar untuk perbaikan 15 ruas jalan daerah khusus Lampung (Liputan6, 9/5/23).

Direktur Center of Economic and Law Studies (Chelios) Bhima Yudhistira tidak sepakat dengan aksi Jokowi. Menurutnya pengambilalihan perbaikan jalan di Lampung oleh pemerintah pusat seperti pahlawan yang kesiangan sebab kondisi jalan rusak tidak hanya di Lampung. 

Masih banyak jalur rusak di pulau Jawa dan tempat-tempat yang lain, sehingga bisa menjadikan iri kepada provinsi yang lain yang mengalami jalan rusak dengan kondisi yang sama (CNN Indonesia, 9/5/2023).

Masih banyak jalan rusak yang bertahun-tahun tidak pernah tersentuh di Provinsi Lampung maupun di provinsi lain. Bahkan ada yang diperbaiki namun tidak berlangsung lama mengalami kerusakan kembali. Ini bukti bahwa abainya penguasa baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah dalam memandang sebuah persoalan yang dihadapi masyarakat. 

Jalan merupakan hal yang penting bagi masyarakat. Jika jalan mulus maka aktivitas masyarakat akan lancar tetapi sebaliknya jika jalan rusak maka aktivitas masyarakat akan terganggu baik dalam kegiatan sosial maupun aktivitas ekonomi.

Penguasa bergerak untuk memperbaiki jalan yang rusak karena telah viral di medsos, bagaimana jika tidak diviralkan apakah jalan-jalan yang sudah bertahun-tahun rusak akan segera diperbaiki bahkan tetap dibiarkan tidak tersentuh. 

Pernyataan gubernur yang mengatakan bahwa kerusakan ini dipicu oleh kendaraan perusahaan yang berlalu lalang sebab beban kendaraan melebihi kapasitas kekuatan jalan. Namun di sisi lain para pengusaha juga tidak mau disalahkan sebab mereka telah membayar pajak sebagai tanda kewajibannya sebagai warga negara kepada penguasa atau negara.

Berawal dari vitalnya jalan rusak di Lampung, maka terkuak bahwa ternyata di Indonesia terdapat 52 persen jalan yang rusak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak meratanya pembangunan di seluruh wilayah Indonesia.

Kepedulian penguasa terhadap rakyat merupakan kewajiban yang harus dipenuhi, sebab penguasa merupakan pelayan bagi rakyat. Hal ini tidak terjadi dalam sistem yang diemban hari ini yaitu sistem kapitalisme. Dalam sistem yang berasaskan manfaat ini, para penguasa dekat dengan rakyat di saat menjelang pemilihan umum tiba. 

Sebab mereka berharap suara rakyat demi untuk meraih kursi kekuasaan. Setelah apa yang diinginkan tercapai, bak kacang lupa akan kulitnya. Janji tinggal janji. Rakyat kembali yang harus menelan pil pahit.

Kondisi ini berbanding terbalik dengan cara pandang Islam. Kekuasaan adalah amanah yang dibebankan ayat kepada penguasa. Penguasa sangat berhati-hati menjalankan amanah yang diberikan. 

Sebab setiap amanah akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah subhanahu wa ta'ala. Untuk itu penguasa di dalam Islam melayani, mengayomi, memelihara rakyat dengan memenuhi kebutuhan dan menjamin layanan publik, agar rakyat merasakan kemudahan dan kemaslahatan di dalam hidupnya.

Sebagaimana penguasa membangun infrastruktur yang merata di seluruh wilayah agar rakyat tidak kesulitan dalam bertransportasi. Demikianlah cara Islam mengatur perbaikan dan pembangunan infrastruktur yang merupakan tanggung jawab penguasa. Bukan sebuah pencitraan untuk meraih simpati demi kokohnya sebuah kekuasaan.

Sudah saatnya kembali kepada sistem Islam. Sistem yang mampu memberikan solusi di setiap persoalan. Sebab aturan Islam datang dari sang khalik penguasa semesta alam. Bukan sistem buatan manusia yang menyelesaikan masalah dengan menimbulkan masalah yang baru
Wallahualam bishawab.


Oleh: Endang Seruni
Muslimah Peduli Generasi
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar