Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

DIY Provinsi Termiskin se-Jawa tetapi Penduduknya Bahagia, Benarkah?


Topswara.com -- Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dikenal sebagai Kota Budaya, Kota Pelajar, dan Kota Wisata. Dari berbagai sektor itulah salah satu sumber pendapatan daerah diterima. Namun dampak pandemi Corona menyebabkan penurunan pendapatan dari berbagai sektor terutama sektor wisata. Dan itupun berpengaruh pada kondisi perekonomian di DIY. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Januari 2023 ini, persentase penduduk miskin di DIY meningkat menjadi 11,49 persen jika dibandingkan dengan posisi Maret 2022 yakni 11,34 persen. Dengan begitu, DIY menduduki peringkat ke-12 provinsi dengan kemiskinan tertinggi di Indonesia, dan menjadi provinsi termiskin se-Pulau Jawa (republika.co.id, 20/01/2023)

Jika berbicara tentang problem kemiskinan, sebenarnya tidak hanya DIY yang mengalaminya tapi seluruh wilayah Indonesia pun sebenarnya merasakannya. 

Apakah sifat orang Yogya yang nerimo, urip prasojo, ora neko-neko, itu bisa dijadikan indikasi mereka bahagia? Bahagia itu merasa cukup dengan apa yang sudah ada.

Meskipun tercatat sebagai provinsi termiskin se-Jawa, namun terkait angka harapan hidup masih peringkat tertinggi di Indonesia, mungkin itu salah satu faktor yang membuat penduduknya terlihat bahagia.

Memang jika kita merasa bahagia akan membuat usia harapan hidup tinggi, mungkin karena semua kebutuhan hidup terpenuhi baik lahir maupun batin, sifat gotong royong dan kepedulian sosial yang tinggi. Jadi relatif kecil orang hidup susah walaupun pendapatan nya rendah.

Beberapa cara dilakukan oleh pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan pendapatan warga, salah satunya dengan memberi bantuan kepada warga miskin. Misalnya dengan bantuan langsung Tltunai (BLT). Namun realisasinya tidak semua warga miskin menerima. Karena kadang tidak tepat sasaran dan kurang signifikan. 

Selain itu, ada wacana bansos seumur hidup bagi lansia untuk mengentaskan kemiskinan, itupun tidak efektif karena hanya bersifat pragmatis. Kemiskinan tidak hanya dialami lansia yang sudah tidak mampu bekerja namun juga menimpa usia produktif yang kena PHK. Pemberian bantuan ini justru menimbulkan kecemburuan sosial jika pembagiannya tidak merata. 

Bantuan juga hanya bersifat sementara dan seperti untuk tambal sulam saja. Mendapat bantuan, jika harga kebutuhan pokok naik, BBM naik, biaya pendidikan naik, kesehatan naik ya, sama saja. Semua hanya solusi sementara. 

Kebutuhan kesehatan, pendidikan, keamanan dan lain-lain adalah tanggung jawab negara. Jika diatur dengan tata kelola sistem ekonomi 
kapitalisme seperti sekarang, maka orang kecil makin miskin, para kapital makin kaya. 

Dalam sistem kapitalisme, peran negara berfungsi sebagai fasilitator dan regulator. Hubungan rakyat dan penguasa seperti jual beli. Penyerahan kepemilikan pada perusahaan swasta menyebabkan harga tidak terkendali, harga kebutuhan pokok makin melonjak tinggi. 

Jika kebutuhan pokok naik, masyarakat mengurangi konsumsi, daya beli masyarakat berkurang akhirnya perusahaan mengurangi produksi dan berdampak PHK menjadikan angka pengangguran makin tinggi. 

Kapitalisme justru menciptakan masalah baru. Masalah ekonomi, konflik sosial, mahalnya biaya pendidikan, mahal nya kesehatan, naiknya angka kriminalitas, dan sebagainya. Problem kemiskinan ini tidak bisa diselesaikan secara pragmatis tapi harus secara sistemis. 

Islam Menyelesaikan Problem Kemiskinan

Dalam Islam, negara berfungsi sebagai riayatusy syu'unil ummah (mengurusi kepentingan rakyat). Maka langkah yang harus dilakukan negara adalah:

Pertama, negara dengan menggunakan sistem ekonomi Islam memberikan jaminan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat. 

Kedua, negara mewajibkan setiap Muslim yg mampu untuk bekerja mencari nafkah untuk dirinya pun keluarganya jika tidak mampu. Bila tidak ada wali yang mampu menafkahi maka menjadi tanggung jawab negara. 

Ketiga, negara memfasilitasi rakyat untuk mendapatkan pekerjaan dengan mudah. 

_Keempat,_ negara yang mengelola sumber daya alam untuk mengurusi rakyat, digunakan untuk kemakmuran rakyat bukan untuk diserahkan ke swasta. 

Bahagia tidak cukup tapi juga harus sejahtera. Dan hanya dengan sistem Islam yang akan menyejahterakan umat manusia. Untuk itulah saatnya kita tinggalkan sistem kapitalisme dan kembali menerapkan syariat Islam secara kaffah agar tercipta kesejahteraan, keadilan, dan kedamaian di seluruh dunia.


Oleh: Rina Eka 
(Aktivis Muslimah Bantul, DIY)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar