Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Bukti Cinta Ayah Kepada Anaknya


Topswara.com -- Ayah adalah sosok lelaki yang begitu tangguh, ia mampu melewati segala rintangan di hadapannya demi mendapatkan sesuap nasi untuk putra-putrinya. Pantaslah ayah diberi gelar sebagai pemimpin dalam rumah, sebab ditangannyalah segala sesuatu bisa menjadi baik. 

Lihatlah perjuangannya mencari nafkah untuk istri dan anaknya, tak pernah ada kata menyerah walau tangan melepuh, tubuh dingin karena kehujanan, bahkan tubuhnya panas karena panasnya sang mentari.

Begitulah seorang ayah, pantang pulang sebelum dapat serpihan nafkah yang bisa diberikan pada anak dan istrinya. Selain itu, ia juga selalu sigap dalam menjaga kesehatan putra-putrinya, hingga kadang ketika buah hatinya ada yang sakit seperti. 

Sosok ayah tak tanggung-tanggung dalam mencari biaya untuk pengobatan anak-anaknya, jangankan panas atau hujan ia lalui bahkan menjual organ tubuhnya pun mereka siap melakukannya demi si buah hati.

Sebagaimana yang terjadi baru-baru ini di Kota Bau-Bau, Kelurahan Bone-Bone, Provinsi Sulawesi Tenggara. Seorang Ayah bernama Suryadi, rela untuk menjual organ tubuhnya demi mendapatkan uang operasi buat putranya yang sedang sakit atas nama Muhammad Sayid Alwi Alfarizie. 

Karena sejak usia 8 bulan putra Pak Suryadi itu telah terkena penyakit jantung bocor dan penyempitan saluran paru-paru. Oleh karena itu, dari awal operasi putranya telah melakukan berbagai cara untuk mendapatkan biaya operasi hingga memiliki niat untuk menjual ginjalnya sendiri demi kesembuhan putranya. (TribunnewsSultra.com, 23/12/2022)

Sungguh besar cinta sang ayah, namun ironisnya di Negara yang begitu kaya sumber daya alamnya (SDA) justru ada sang ayah yang harus mengambil jalan yang menyedihkan demi pengobatan buah hatinya. 

Padahal, jika SDA di Indonesia dikelola dengan baik dan hasilnya diserahkan kepada negara agar di bagikan kepada rakyat yang membutuhkan, maka takkan ada ayah yang bernasib sama dengan Pak Suryadi. 

Karena itu, penting kita ketahui bahwa dalam hal problem rakyat jelas ada tanggungjawab negara di dalamnya. Bahkan masalah kesehatan seharusnya ada kebijakan dari negara untuk memberikan pengobatan gratis untuk seluruh rakyatnya tanpa memandang kaya atau miskin.

Namun faktanya dalam sistem yang menganut kapitalisme, kesejahteraan rakyat itu hanya cita-cita belaka bagi para pemimpin dan pejabat negara. Bagi mereka rakyat hanya alat untuk mendapatkan cuan yang akhirnya rakyat takkan makan tanpa bekerja keras dan takkan mendapatkan perawatan kala tak punya duit. 

Oleh karena itu, banyak rakyat yang terpaksa meninggalkan keluarga pergi ke Negeri orang demi mendapatkan biaya hidup untuk anak dan istrinya bahkan banyak pula yang terpaksa menjual organ tubuhnya demi mendapat uang untuk keluarganya.

Berbeda dengan sistem Islam yang mulai dari kesehatan, pendidikan serta biaya hidup bagi rakyat yang tak mampu dijamin oleh penguasa negara (pemimpin). Oleh karena itu, pelayanan kesehatan wajib diberikan secara gratis (cuma-cuma) kepada rakyat. 

Dalam Islam, Negara meminta seluruh pihak yang bertugas dalam kesehatan tidak boleh meminta rakyat untuk membayar sepeser pun layanan kesehatan jika ada rakyat yang datang berobat.

Pada masa kepemimpinan Rasulullah SAW., beliau telah menjamin kesehatan rakyatnya secara gratis atau cuma-cuma. Sebagaimana yang pernah di lakukan oleh Rasulullah ketika rakyatnya sedang sakit, beliau langsung mengirimkan dokter kepada rakyatnya yang sakit tanpa harus membebankan biaya hasil pengobatan untuk rakyatnya itu (An-Nabhani, Muqaddimah ad-Dustur, II/143).

Selain itu, Khalifah Umar selaku kepala Negara Islam saat itu juga telah menjamin kesehatan rakyatnya secara gratis atau Cuma-cuma dengan cara mengirimkan dokter kepada rakyatnya yang sakit tanpa meminta sedikit pun upah dari rakyatnya (An-Nabhani, Muqaddimah ad-Dustur, 2/143).

Dengan demikian, pemimpin dalam Islam telah dicatat oleh sejarah sebagai negara yang memberi jaminan kesehatan kepada rakyatnya secara gratis, sebab bagi pemimpin muslim itu adalah hal yang wajib dilakukan untuk kesejahteraan rakyatnya. Maka pemimpin atau pihak kesehatan mana pun tidak berhak memaksa rakyat untuk membayar hasil pengobatan mereka. Karena pihak kesehatan telah di beri upah oleh negara.

Mengapa negara harus mengadakan layanan kesehatan secara gratis? Sebab, jika pengadaan layanan kesehatan itu tidak ada maka akan dapat mengakibatkan bahaya (dharar), yang dapat mengancam jiwa rakyatnya. Menghilangkan bahaya yang dapat mengancam rakyat itu jelas merupakan tanggung jawab Negara. Rasulullah SAW. Bersabda:

لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ فِي اْلإِسْلاَمِ

Tidak boleh menimbulkan madarat (bahaya) bagi diri sendiri maupun madarat (bahaya) bagi orang lain di dalam Islam (HR Ibnu Majah dan Ahmad).

Oleh karena itu, negara berkewajiban untuk selalu mengalokasikan anggaran belanja untuk pemenuhan kebutuhan kesehatan bagi seluruh rakyatnya. Negara tidak boleh melalaikan kewajibannya tersebut dan negara tidak diperbolehkan untuk melempar tanggung jawabnya tersebut kepada orang lain apa lagi individu masing-masing. 

Sebab, jika negara melakukan hal itu, maka pemerintah dalam negara tersebut akan berdosa karena kelak mereka akan dimintai pertanggungjawaban secara langsung oleh Allah SWT. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW.

فَاْلأَمِيْرُ الَّذِيْ عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Pemimpin yang mengatur urusan manusia (Imam/Khalifah) adalah pengurus rakyat dan dia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus (HR al-Bukhari dan Muslim).
Wallahu a’lam bissawab.


Oleh: Rismawati, S.Pd.
Sahabat Topswara
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar