Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kisah Mantan Rocker yang Istiqamah dalam Hijrah Sampai Wafatnya


Topswara.com -- Namanya dikenal oleh generasi tahun 80an sampai 90an, saat itu sosoknya menjadi idola para pemuda. Karirnya didunia musik sudah tidak diragukan lagi. Lagu-lagu yang dibawakannya menjadi hits hingga albumnya meledak dipasaran. 

Hari Moekti seorang roeker yang telah banyak menelurkan karya luar biasa di dunia musik. Alhasil kesuksesan, ketenaran dan kemapanan ekonomi semua ia rasakan. Tur konser keliling kota di Indonesia hingga mancanegara sudah dilalui. Gajinya saat itu bisa mencapai 60 juta per-bulan bahkan lebih.

Hari Moekti terlahir dari orang tua yang punya latar belakang militer, ayahnya adalah seorang tentara. Ia melalui masa kecilnya dengan didikan yang keras, tegas utamanya soal pendidikan dan kedisplinan. Ia menghabiskan masa kecil hingga lulus SMA di kota Cimahi. 

Dalam pendengaran Hari Moekti tertancap perkataan ayahnya. Seolah itu adalah nasehat khusus yang harus ia lakukan dalam kehidupan. Ayahnya selalu mengulang-ulang perkataan, "Berlatih adalah modal dari sukses, kerjakan sekarang jangan tunggu besok, tidak ada orang sukses tanpa berlatih." Mendengar ucapan ayahnya, ia langsung menjadikan perkataan itu sebagai motto hidupnya, dan berkata, "saya bukan orang hebat. Tetapi, saya orang yang terlatih. Mau jadi apapun perlu latihan, enggak ada yang instan."

Belasan tahun membangun karir, tenar dan mapan ternyata tidak membuat Hari Moekti merasa cukup puas dengan pencapaiannya. Suatu saat ia merasa sangat gelisah, tidak bahagia bahkan sampai stres . Ditambah lagi mendengar kabar banyak rekan sesama artis yang meninggal dunia sepanjang tahun 1995 mulai dari Nike Ardila, Poppy Mercury totalnya ada 15 orang artis yang meninggal di tahun itu. "jangan-jangan giliran gue yang ke-16 lagi," gumamnya. Sejak saat itu ia dihantui rasa ngeri, paranoid dan sangat takut dengan kematian.

Akhir tahun 1995 tepatnya pada bulan Ramadhan. Berawal dari rasa gelisah, tidak bahagia dan takut mati, kemudian ia mulai mencari kajian dan bertemu seorang guru sekaligus trainer handal, beliau adalah Ustaz Samsul Bahri. Selama dua jam berdiskusi, terjawab sudah segala pertanyaan dan jawabannya sangat memuaskan akal terkait segala hal tentang kehidupan ini dan problematikanya.

"Saya tercerahkan, puas banget dengar jawabannya, jantung saya sampai berdegup karena semua pertanyaan terjawab kemudian saya komitmen harus bertobat, besoknya saya langsung memutuskan untuk meninggalkan dunia artis," ungkapnya.

Salah seorang teman dengan sinis bertanya "nanti lo mau makan apa Har?, lo dapet duit kan karena jadi artis." Lalu ia menjawab "rezeki Allah yang atur, nyamuk aja dijamin rezekinya sama Allah, apalagi manusia." dikutip dari kanal Youtube Cinta Quran Foundation, Senin (03/10/2016)

Keputusannya untuk hijrah membuat dunianya drastis berubah. Semua orang kaget dan tak habis pikir dengan keputusan yang ia buat. Hari itu awal kehancuran dunia gemilang yang telah ia rintis selama belasan tahun. Semua keluarga marah lalu meninggalkannya, caci maki, hinaan, bangkrut dan dililit hutang mesti ia hadapi sendiri. 

Kata-kata kasar pun dilontarkan orang tuanya "kamu bodoh dan gila bikin keputusan ini!" cacian dan hinaan dari keluarga berlangsung selama sembilan tahun. Salah satu yang membuatnya tetap kuat dan tetap teguh di jalan hijrah adalah karena berjamaah bersama komunitasnya.

Ia merasa semua resiko dan hambatan yang dihadapi ketika hijrah tidak lah sebanding dengan dosa jariyah yang mengalir ketika menjadi publik figur yang tidak pernah mencontohkan kebaikan malah sebaliknya menginsipirasi keburukan maka hal itu menjadi pemicu untuk ia harus meraih banyak pahala untuk memperbaiki kesalahannya dimasa lalu. Ia benar-benar menyesal dan tobat secara total.

Setelah hampir satu tahun mengkaji Islam kemudian berdakwah disitu ia mendapat hikmah yang sangat besar yaitu kebahagiaan, "saya baru dapat makna kebahagiaan ketika saya komitmen atau terikat dengan syariat Islam, Apa saja yg saya lakukan standar perbuatannya adalah syariatnya Allah, berusaha menjadi pribadi yang taqwa dan kebahagiaan itu datang dengan sendirinya."

Beliau memang sosok yang punya semangat, gigih, dan energik karakter kuat ini masih tetap sama seperti kehidupan sebelum hijrah hanya saja hal yang berbeda sekarang adalah ia sudah punya tujuan yang jelas, dakwah kini menjadi poros hidupnya. 

Dalam dakwahnya ia kerap menyeru kepada pemuda untuk meraih kemuliaan hidup dengan mengaji dan berdakwah. "Ayo, Pemuda! Ayo bergabung! Ayo ngaji! Ayo berdakwah, tegakkan syariah dan khilafah! Maka kita akan mulia di sisi Allah, Apalagi kalau kamu membela Islam kemudian mati syahid, ibumu dan 70 anggota keluargamu bisa masuk surga, Takbir!" serunya.

Sepak terjangnya di medan dakwah sungguh luar biasa. Keliling Indonesia bahkan sampai ke pelosok negeri ia lakukan untuk berdakwah. Ia konsisten dijalan dakwah sampai akhir hayatnya. 

Pada suatu Jumat Faqih anak sulungnya datang berkunjung ke rumah beliau di Bogor, ia bertanya "Aa kamu tau engga rasa sayang Abi sama kamu?" Faqih terdiam, hanya menunggu jawaban dari sang Ayah. "Rasa sayang Abi itu sama seperti sayang kamu sama anakmu, Nak..Abi suatu hari pasti meninggal, kamu bagaimana, Abi memikirkan umat ini, kamu pun harus bisa nak, Abi paham pasti berat untuk kamu tetapi Abi yakin anak Abi bisa dan akan memberikan aliran pahala ke Abi." ujarnya.

Ternyata itu adalah nasehat terakhir yang diterima Faqih, tiga hari setelahnya sang ayah pulang keharibaan Allah SWT. 

Momen haru saat ia dijenguk rekan dan kerabatnya di rumah sakit. Kondisi yang sedang terbaring lemah, terdengar suaranya bergetar menahan tangis dengan lirih ia memanjatkan doa "Yaa Rabb berikanlah kami kekuatan untuk senantiasa berjuang dan panjangkan umurku dalam dakwah, satukanlah kaum muslimin di muka bumi ini untuk menerapkan syariat-Mu secara kaffah, aamiin Yaa Rabb," tutupnya. [] Tenira
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar