Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Taat Membawa Berkah, Maksiat Membawa Sengsara


Topswara.com -- Kalau kita disuruh memilih antara menjadi Muslim taat atau tidak taat, pilih yang mana? Sebagai manusia beriman tentu kita lebih memilih taat.

Sayangnya, banyak sekali godaannya untuk menjadi taat. Seolah-olah bermaksiat kepada Allah SWT itu lebih enak. Karena dianggap bisa mewujudkan berbagai keinginannya dengan cara instan. 

Misalnya ingin kaya, karena tidak sabar dengan proses jadinya korupsi, bermain judi, mencuri, merampok bahkan menjual harga diri atau suka sama lawan jenis, karena belum siap menikah jadinya pacaran, atau ingin mendapat nilai yang bagus, karena malas belajar jadinya mencontek. Pokoknya maksiat itu enak, bagi orang yang lemah imannya dan tidak mau belajar Islam.

Jika kita mau berpikir lebih mendalam, sebenarnya taat kepada Allah SWT justru lebih nikmat. Coba kita renungkan Allah SWT itu siapa, Allah SWT adalah pencipta kita yang paling paham terhadap ciptaan-Nya. Sehingga jika memberi aturan sudah pasti yang terbaik. 

Sedangkan kita yang cuma makhluk, kadang menebak-nebak sendiri apa yang terbaik untuk kita, namun belum tentu kebenarannya. Bisa jadi apa yang menurut kita baik ternyata buruk dan yang menurut kita buruk ternyata baik. Jumlah rambut kita sendiri saja tidak tahu, apalagi baik dan buruk untuk kita di masa depan yang akal kita tidak mampu untuk menjangkaunya.

Aturan Allah SWT sudah paling pas buat manusia. Aturannya tidak mengekang manusia. Saat Allah SWT memberi manusia potensi kehidupan berupa kebutuhan jasmani dan naluri, maka Allah SWT membiarkan kita memenuhi itu semua, misalnya saat kita tertarik sama lawan jenis, Islam tidak melarang kita menikah. Saat kita diberi rasa lapar, Allah SWT tidak melarang kita makan dan lain-lain.

Semuanya boleh kita penuhi, tetapi Allah SWT tidak membiarkan kita bebas sebebas binatang, semua ada aturannya. Allah SWT mengatur supaya kebutuhan jasmani dan naluri tersebut tidak membuat manusia jatuh pada kerusakan. 

Coba bayangkan, jika tidak diatur, misalkan ada orang yang suka dengan lawan jenisnya, tapi tidak ada aturan pernikahan yang menghalalkan hubungan tersebut pasti mereka akan bebas berhubungan sebagaimana binatang. 

Akibatnya banyak terjadi perzinaan, aborsi, penyakit menular seksual, dan lain-lain. Begitu pun ketika manusia yang membutuhkan uang tidak diberi aturan untuk mendapatkan harta, pasti segala cara akan dilakukan korupsi, mencuri, begal, dan lain-lain. Apakah tenang kehidupan yang bebas bablas begitu? 

Makanya beruntung sekali Allah SWT memberi kita aturan. Aturan itu akan membawa kebaikan jika ditaati. Sebaliknya akan membawa kerusakan jika diingkari. Coba bayangkan, jika semua manusia di dunia ini taat, masya Allah pasti luar biasa enaknya, sejahteranya, tenangnya dan makmurnya.

Sayangnya sistem kapitalisme yang diterapkan saat ini membuat manusia tidak mampu berpikir panjang. Kebahagiaan hanya diartikan sebatas kenikmatan duniawi untuk diri sendiri. Hidup ini dikira hanya untuk mendapatkan keuntungan materi sebesar-besarnya, jadinya yang tidak mau diatur. Bahkan merasa aturan Allah SWT mengekangnya untuk mendapatkan kenikmatan hidup sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya. 

Namun mereka seperti itu karena tidak ada negara yang mengedukasi. Ada pendidikan, tapi sistem pendidikan yang diadopsi basisnya sekuler alias memisahkan agama dari kehidupan. Bagaimana manusia bisa menjadi generasi Muslim yang mempunyai pola pikir dan pola sikap Islam? Yang ada justru semakin cinta dunia dan merasa bebas tanpa butuh aturan Islam.

Oleh karena itu, kita sangat membutuhkan khilafah, yaitu negara yang menerapkan aturan Islam secara kaffah. Hanya khilafah yang bisa menerapkan sistem pendidikan Islam yang basisnya akidah Islam. 

Tujuannya untuk membentuk generasi yang mempunyai pola pikir dan pola sikap Islam, generasi yang paham hakikat kehidupannya dan apa yang harus mereka lakukan di dunia ini, yaitu beribadah kepada Allah SWT yang artinya menjalankan semua perintah dan menjauhi larangan Allah SWT. Pun mereka yakin betul bahwa itu yang terbaik untuknya meskipun tidak bisa membuatnya mendapatkan keinginan secara instan.

Bukankah dunia ini adalah ladang beramal? Oleh karena itu, teruslah bersemangat dalam ketaatan, supaya ketika malaikat maut datang, maka mereka akan siap pulang ke kampung halamannya yaitu surga.


Oleh: Nabila Zidane
(Analis Mutiara Umat Institute)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar