Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Intelektual Bejat, Potret Buram Pendidikan Sekuler nan Jahat


Topswara.com -- Mengamati peristiwa yang terjadi belakangan ini di negeri tercinta membuat publik akhirnya bertanya-tanya, beginikah potret kaum intelektual kita hari ini? 

Pasalnya, belum selesai kasus pembunuhan yang melibatkan anggota penegak hukum. Muncul pimpinan universitas tertangkap tangan KPK karena kasus suap yang diterimanya. Lalu, muncul lagi seorang polisi yang ditemukan sedang mengonsumsi barang haram. Dan yang terbaru, kasus mutilasi yang melibatkan oknum TNI (04/09/2022).

Mengapa semua ini bisa terjadi? Padahal, jika hendak jujur, mereka semua adalah kalangan yang berintelektualitas. Yang seharusnya menjadi miniatur dari penegakan hukum dan penarapan nilai- nilai kebenaran dan keadilan. Tetapi mengapa, justru menjadi pelaku kejahatan?!

Peran Akal Tergadap Lahirnya Perbuatan 

Manusia pada hakikatnya berbuat berdasarkan pada akal dan pemikirannya. Pemikiran ini bergantung pada pemahaman atau pandangannya atas segalah sesuatu. 

Manusia, jika mengutip kalimat dari Buya Hamka, ia mempunyai dua sifat yang sudah ada dalam dirinya. Sifat baik dan buruk itu sudah ada dalam diri masing- masing individu. Lantas, kapan keduanya bisa teraktualisasi dalam kehidupan? Ya, tentu semua itu bergantung pada si manusianya itu sendiri. 

Di dalam buku Peraturan Hidup Dalam Islam Karya Syekh Taqiyuddin, manusia itu akan berbuat sesuai dengan dorongan pemahamannya. Dan pemahaman ini adalah hasil dari proses berpikir yang di sana melibatkan banyak komponen seperti, adanya fakta, indera, otak, dan informasi sebelumnya. Semua komponen ini akan bekerja hingga melahirkan sebuah perbuatan.

Itulah mengapa Syekh Taqiyuddin An- Nabahani mengatakan, ketika pemahaman yang melekat pada diri setiap individu itu sesuai dengan keinginan penciptanya (sesuai hukum syarak) maka baiklah pula perbuatan individu tersebut.

Namun, ketika pemahamannya jauh dari prinsip-prinsip hukum agama maka buruk pula cerminan perbuatannya. Sebagai seorang Muslim tolak ukur perbuatan kita dalam kehidupan, baik dan buruknya tentu harus sesuai dengan takaran hukum syara. Dan proses pendidikan adalah hal yang paling berperan dalam pembentukan pemahaman.

Peran Pendidikan Terhadap Pembentukan Pemahaman

Pendidikan adalah hal penting yang menjadi suplai pemahaman atas manusia. Karena di sana terjadi transaksi pengetahuan dan pembentukan karakter. 

Kita tahu bahwa sistem pendidikan kita hari ini kental dengan nuansa sekularisme, kapitalisme, dan liberalisme. Dimana ketiganya membawa semangat yang sama yakni, mengesampingkan urusan agama dan kehidupan. 

Di dalam sistem ini tidak ada pengkaitan antara perbuatan hamba dengan penciptanya. Rata-rata individu diarahkan berbuat sesuai dengan dorongan hawa nafsu semata. 

Standar agama hanya bisa digunakan ketika berbicara agama saja. Untuk transaksi dalam kehidupan janganlah membawa- bawa agama. 

Padahal kita tentu tahu bersama, bahwa agama adalah petunjuk sekaligus pedoman bagi manusia agar tak tersesat jalannya dan tak beringas hidupnya. Dan manusia dalam hidup ini tidak boleh jauh darinya. Bila ingin selamat. 

Sayangnya, sistem sekuler tak menghendaki semua itu. Paham liberal yang hadir bersamanya semakin membuat individu taat pada hawa nafsunya. Maka tidak heran bila kita akan menemukan fakta dimana tingginya gelar pendidikan seseorang tidak berbanding lurus dengan tingkat keimanan dan ketakwaannya. Dan akhirnya kita juga akan menyaksikan banyak kalangan intelektual sanggup melakukan perbuatan tidak terpuji. Inilah potret pendidikan di dalam kehidupan sekuler. 

Pandangan Islam Terhadap Pendidikan

Di dalam Islam tujuan pendidikan ialah untuk mencetak individu yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT dengan ketundukan pada aturannya dengan sebenar-benarnya. Pendidikan Islam pada masanya tak hanya mencetak SDM yang unggul dan terampil di bidang sains dan teknologi tetapi juga mampu melahirkan individu- individu yang beriman dan berakhlak mulia serta berkepribadian luhur. Aqliyah dan nafsiyahnya terpaut dengan aturan sang Penciptanya, Allah swt.

Alih-alih mereka melakukan tindakan tercela dengan keilmuannya. Takutnya kepada Allah bukan kepayang. Maka tak ayal, bila mereka mampu menjadi pioner- pioner dalam mercusuar peradaban Islam yang gemilang. 

Hal ini tercapai karena Islam tidak mengenal konsep pemisahan agama dan kehidupan serta agama dengan negara. Semuanya di dalam Islam saling berhubungan.

Lembaga Pendidikan di dalam Islam menjadi ruang untuk memupuk rasa keimanan dan kecintaan kepada Allah SWT. Alhasil, setiap individu akan sadar bahwa keberadaannya di dunia ialah untuk beribadah kepada Allah saja. Apapun yang ia lakukan dalam hidup ini semua akan dimintai pertanggungjawaban. Maka tak ada kata lain, selain taat kepadaNya. 

Inilah perbedaan sistem pendidikan Islam dengan sistem pendidikan di dalam sistem sekuler. Sistem Islam melahirkan generasi-generasi yang takut akan Tuhan sedang sistem sekuler melahirkan generasi yang sanggup menentang bahkan mengompromikan aturan Allah SWT. 

Sungguh hanya sistem pendidikan yang berbasis Ilahialah yang akan membawa manusia pada keluhuran adab dan ketinggian peradaban. Wallahu'alam bishawab


Oleh: Aina Syahidah
Sahabat Topswara 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar